Solo (ANTARA) - Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) menegaskan tidak ingin dikaitkan dengan isu ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
Ketua 1 ITMI Eka Setiawan di Boyolali, Jawa Tengah, Senin mengatakan belum lama ini mengunjungi kediaman Jokowi di Solo untuk meminta doa restu pelaksanaan Muktamar ITMI yang sudah terselenggara beberapa waktu lalu.
Namun demikian, pihaknya keberatan karena oleh sejumlah pihak, kedatangan mereka dikaitkan dengan ijazah Jokowi. Ia mengatakan ada video beredar yang menarasikan bahwa Jokowi memperlihatkan ijazah kepada tuna netra.
“Seolah Pak Jokowi mengundang tuna netra untuk melihat, padahal jelas tuna netra tidak bisa melihat. Ini buat kami tidak nyaman dan kami tidak berkenan dengan kalimat-kalimat seperti itu,” katanya.
Terkait hal itu, ia meminta agar pihak yang mengedit video tersebut untuk segera meminta maaf.
“Mereka harus belajar, memahami UU ITE. Ini soal pelecehan, ini penyudutan. Kami tidak ingin dikaitkan dengan isu itu, kami hanya ingin silaturahmi, sayang kalau kami di tempatkan di posisi yang sedemikian sempit,” katanya.
Ia menegaskan jika tidak ada permintaan maaf maka pihaknya akan mengambil langkah yang lebih tegas.
“Ini kami pertimbangkan di pengurus pusat, kalau tidak ada reaksi kami akan melakukan upaya pembelajaran dari kami, bagaimana seharusnya bersosialisasi,” katanya.
Terkait hal itu, Ketua Umum ITMI Yogi Madsuni menyayangkan adanya isu tersebut.
“Kami hanya silaturahmi. Kemudian kami mohon restu karena akan mengadakan muktamar, karena Pak Jokowi adalah presiden ke-7, beliau adalah tokoh. Kami mendoakan beliau dan keluarga dan seluruh Bangsa Indonesia ini,” katanya.
Menurut dia, meme tersebut merupakan pelecehan bagi kaum disabilitas.
“Itu untuk keperluan muktamar saja. Oleh karena itu, kami minta ada permohonan maaf dari akun terkait. Ini tidak bisa didiamkan,” katanya.

