Temanggung (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, menggelar pelatihan mitigasi bencana desa siaga berbasis masyarakat di Desa Pringapus, Ngadirejo, Temanggung.
Sekretaris PMI Kabupaten Temanggung Ahmad Saryono di Temanggung, Selasa, menyampaikan kegiatan ini merupakan lanjutan tahun 2024, yang waktu itu dilakukan di delapan kecamatan. Giliran tahun ini di enam kecamatan.
Ia menyampaikan peserta hari ini dari semua desa dan kelurahan yang berada di Kecamatan Ngadirejo , Jumo, dan Gemawang, masing-masing tiga orang yang diambil benar-benar kader desa yang siap melaksanakan misi kemanusiaan.
Tujuan kegiatan ini, kata dia, agar masyarakat memiliki pengetahuan minimal untuk menolong diri sendiri ketika terjadi bencana alam. Selanjutnya membentuk masyarakat yang yang tangguh dan siap menghadapi bencana secara kolektif.
Bupati Temanggung Agus Setyawan menyampaikan Kabupaten Temanggung merupakan wilayah yang memiliki kondisi geografis dan morfologis yang kompleks, berupa daerah perbukitan dan lereng gunung yang menjadikan wilayah ini rawan terhadap bencana hidrometeorologi, khususnya tanah longsor, banjir bandang, dan angin kencang.
Ia menyebutkan pada tahun 2024 jumlah kejadian bencana terjadi 308 kejadian di 20 kecamatan , dengan 274 unit infrastruktur dan perumahan terdampak, 50 jiwa mengungsi dan dua orang meninggal dunia.
Sementara itu hingga bulan September tahun 2025 telah tercatat 291 kejadian bencana di 20 kecamatan di Kabupaten Temanggung, kejadian tersebut mengakibatkan 2.448 fasilitas umum, fasilitas sosial, dan rumah terdampak . Selain itu 87 jiwa mengungsi serta tiga orang meninggal dunia.
Dalam konteks penanggulangan bencana, lanjut Agus Setyawan, setidaknya ada tiga tahapan penting yang harus diperhatikan bersama. Pertama, tahap pra-bencana yaitu masa sebelumnya terjadi bencana, dimana seluruh elemen masyarakat harus tetap waspada meskipun berada dalam kondisi aman.
"Antisipasi perlu dilakukan melalui penyusunan rencana penanggulangan bencana yang matang," katanya.
Kemudian, tahap tanggap darurat bencana, penanganan tepat, dan terkoordinasi sangat dibutuhkan agar dapat meminimalkan korban jiwa dan kerugian material. Kesiapan pada tahap pra-bencana menjadi penentu keberhasilan dalam pelaksanaan tanggap bencana.
Selanjutnya tahap pemulihan, kata dia, meliputi proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana . Tujuannya mengembalikan kondisi wilayah terdampak ke situasi normal bahkan lebih baik dari sebelumnya.
Baca juga: PMI Kota Semarang catat seribu donor darah anak muda

