Semarang (ANTARA) - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jawa Tengah mengimbau jajaran guru, terutama jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat untuk mengedukasi siswa agar tidak mudah terprovokasi seiring dinamika politik belakangan ini.
"Saya harap semua warga masyarakat pada umumnya, dan khususnya pada keluarga PGRI bisa ikut yang menjaga ketenangan," kata Ketua PGRI Jateng Muhdi di Semarang, Minggu.
Ia berharap, anggota PGRI yang merupakan guru sebagai pendidik ikut memberikan edukasi kepada lingkungannya, lebih khusus lagi kepada siswanya.
"Agar jangan sampai terprovokasi, melakukan tindakan-tindakan yang sebut saja, mungkin anarkis," kata mantan Rektor Universitas PGRI Semarang itu.
Menurut dia, penyampaian aspirasi maupun pendapat diperbolehkan oleh perundang-undangan, tetapi dilakukan dengan cara yang baik.
"Kalaupun masih akan menyampaikan aspirasi, silakan dengan cara-cara yang baik, sehingga tidak menimbulkan kerugian yang lebih luas lagi bagi kehidupan kita," katanya.
Mencermati situasi belakangan ini, ia khawatir sudah tidak sepenuhnya lagi murni sebagai penyampaian aspirasi, sebab sudah mengarah pada penjarahan dan hal-hal yang anarkis lainnya.
"Saya kira ini nanti semua efeknya kan ke semua. Nanti rupiah melemah, ya barang-barang nanti sulit. karena mungkin distribusi juga terganggu, kita semuanya juga akan rugi. Apalagi, kalau sampai merusak, saya harap jangan dilakukan," katanya.
Perusakan terhadap fasilitas umum yang dibangun negara, kata dia, pada akhirnya akan menjadi beban rakyat karena butuh dana untuk memperbaiki atau membangun fasilitas yang baru.
"Maka sekali lagi saya pesan, terutama untuk para guru, apalagi guru-guru SMA, SMK ya, agar bisa ikut mengedukasi anak-anaknya (siswa, red.) jangan mudah terprovokasi," katanya.
Muhdi berharap pemerintah, terutama presiden mendengar dan memperhatikan aspirasi masyarakat, serta segera memenuhi harapan masyarakat agar bisa bersama-sama kembali membangun negeri ini.

