Purwokerto (ANTARA) - Kejahatan digital yang kian marak mendorong kalangan akademisi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto menggelar pelatihan literasi digital bagi kaum perempuan, khususnya anggota PKK di Kelurahan Bancarkembar, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Selasa (11/6) itu merupakan bagian dari program pengabdian kepada masyarakat (PkM) Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed, dengan menghadirkan sejumlah akademisi sebagai narasumber, antara lain Prof Dr Mite Setiansah, Prof Dr Nana Sutikna, Dr Edi Santoso, Dr Nuryanti, dan King Anugrah MA, serta fasilitator mahasiswa dari Program Studi S1 dan S2 Ilmu Komunikasi.
Dalam paparannya, Guru Besar Ilmu Komunikasi Unsoed Prof Mite Setiansah mengatakan perempuan termasuk kelompok paling rentan menjadi korban kejahatan digital, termasuk penipuan berbasis pinjaman online (pinjol) atau pinjaman daring.
“Perempuan menjadi salah satu pihak yang paling rentan terhadap kejahatan ini, sehingga perlu upaya khusus untuk mengatasinya," katanya.
Ia menyoroti bahaya budaya konsumtif yang dimediasi layanan keuangan digital seperti e-wallet, paylater, dan pinjol ilegal.
Menurut dia, sistem "beli sekarang, bayar nanti" kerap menjerumuskan masyarakat ke dalam ilusi mampu membayar.
Baca juga: Unsoed mewisuda 1.332 lulusan pada wisuda periode ke-157
“Banyak orang membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan. Ketika tagihan menumpuk dan limit habis, pinjol ilegal datang menawarkan kemudahan palsu yang ujung-ujungnya menjerat," katanya.
Dalam sesi diskusi, sejumlah peserta mengaku pernah menjadi korban pinjol ilegal. Salah satunya bahkan harus melunasi tagihan hingga Rp30 juta dari pinjaman awal Rp3 juta.
Sementara itu, dosen muda sekaligus pegiat literasi digital, King Anugrah MA mengajak peserta untuk membekali diri dengan pola pikir kritis dalam menghadapi konten digital. Ia memperkenalkan metode “ABCD” sebagai pedoman dasar yang terdiri atas Amati, Baca, Cek, dan Diskusikan.
“Jangan tergesa-gesa mengambil keputusan, apalagi saat berhadapan dengan informasi atau tawaran yang tampak terlalu mudah dan menggiurkan," katanya.
Pelatihan tersebut menitikberatkan pada empat pilar literasi digital: budaya digital, kecakapan digital, etika digital, dan keamanan digital. Seluruh materi disusun dalam bentuk buku panduan (handbook) yang dibagikan kepada para peserta.
Buku panduan tersebut merupakan hasil luaran mata kuliah Literasi Digital yang dikembangkan oleh Tim Lentera Digital, yang beranggotakan mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Unsoed.
Baca juga: Pakar: Penanganan premanisme harus libatkan semua pihak
Baca juga: FEB Unsoed perkuat jejaring internasional dengan UiTM Malaysia