Puluhan seniman aksi mural-grafiti "Ayo Rukun" di kawasan Pecinan Kota Magelang
Magelang (ANTARA) - Sebanyak 28 perupa jalanan Kota Magelang, Jawa Tengah membuat aksi mural dan grafiti dengan mengusung tema "Ayo Rukun" guna memantapkan semangat persatuan, persaudaraan, serta optimisme masyarakat menjalani aktivitas sehari-hari seiring dengan masa transisi pandemi ke endemi COVID-19.
Kegiatan mereka di tembok samping Toko Buku Jaya di Jalan Pajajaran Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu tersebut, dengan dukungan Dewan Kesenian Kota Magelang, antara lain disaksikan sejumlah penyuka seni dan selama beberapa waktu disaksikan kolektor seni rupa Indonesia yang juga pemilik museum seni rupa "Museum OHD" Kota Magelang Oei Hong Djien.
Beberapa warga yang melintasi jalan di kawasan pusat pertokoan "Pecinan" Kota Magelang, sejenak waktu juga menonton aksi seniman "street art" setempat yang oleh Ketua DKM Kota Magelang Muhammad Nafi disebut sebagai perupa jalanan itu.
Mereka dari kalangan perupa jalanan dengan latar belakang pendidikan seni maupun seniman autodidak, baik secara perorangan maupun dari beberapa kelompok seniman di daerah setempat.
Ia mengemukakan pentingnya semangat kerukunan berbagai kalangan masyarakat dalam memasuki situasi kehidupan di berbagai aspek yang lebih baik, dari dampak pandemi selama dua tahun terakhir.
"Pesan 'Ayo Rukun' memperoleh momentum saat ini, ketika pandemi mulai melandai, dan aktivitas masyarakat yang mengarah kepada situasi normal," katanya.
Karya mural dan grafiti "Ayo Rukun" mereka, ujarnya, juga simbol tentang pentingnya berbagai ketegangan dalam relasi dan koneksi antarwarga, termasuk dikalangan para pelaku seni, dikelola secara cerdas, bijaksana, dan inspiratif untuk mendorong kemajuan hidup bersama pascapandemi.
"Kita semua perlu menemukan momentum sebagai wahana titik temu dari ketegangan- ketegangan yang muncul dalam dinamika masyarakat, baik ketegangan dampak dari isu-isu sosial politik yang bertebaran di media sosial maupun dampak pandemi COVID-19 yang masih sangat terasa hingga sekarang," ucapnya.
Ia menyebut tentang pentingnya titik temu yang bisa menyatukan, baik antarindividu maupun antarkomunitas, karena membuat semangat persaudaraan itu semakin kuat.
Ia juga menyebut kegiatan mereka membuat karya mural-grafiti itu juga menjadi cara para seniman setempat memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh setiap 20 Mei.
Selain itu, ucap Nafi, wujud pemenuhan kebutuhan akan eksistensi diri dan komunitas mereka, semangat berbagi, dan menaburkan inspirasi kebaikan secara kreatif kepada masyarakat luas.
"Dengan menggunakan nama jalanan dan ideologi masing-masing, menumpahkan ekspresinya melalui penampakan warna, objek, dan kata-kata dalam karyanya," katanya.
Aksi mural-grafiti mereka, antara lain berupa simbol rukun antara sosok Gatotkaca dan Superman dan tulisan "Rukun" bersusun sembilan yang cukup mencolok dengan huruf kapital, serta sejumlah sosok beragam yang berjajar.
Selain itu, figur manusia pohon dengan flora-fauna dan tulisan berbahasa Jawa "Ojo dadi kembang lambe tapi golek sedulur sing akeh wae" (Jangan menjadi bahan perbincangan tetapi mencari banyak saudara saja), dan sosok beriket terkesan lucu sambil membawa benda dengan tulisan di kaos "judeg (judek, red.) rukun" dan "Senenge mbandemi kancane".
Pemilik "Museum OHD" Kota Magelang Oei Hong Djien saat menyaksikan kegiatan para seniman itu juga bercerita tentang sejarah "street art" dunia pada abad ke-20 yang semula dianggap menjadikan wajah kota terkesan kotor hingga saat ini diterima masyarakat, memuat pesan-pesan penting serta aktual, dan bahkan memiliki nilai jual mahal.
"Seperti tema 'Ayo Rukun' yang mereka buat ini, memiliki makna aktual penting saat ini dan juga untuk menghadapi kehidupan pada masa mendatang. Hidup rukun itu jalan mencapai kemajuan manusia," ujarnya.
Kegiatan mereka di tembok samping Toko Buku Jaya di Jalan Pajajaran Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu tersebut, dengan dukungan Dewan Kesenian Kota Magelang, antara lain disaksikan sejumlah penyuka seni dan selama beberapa waktu disaksikan kolektor seni rupa Indonesia yang juga pemilik museum seni rupa "Museum OHD" Kota Magelang Oei Hong Djien.
Beberapa warga yang melintasi jalan di kawasan pusat pertokoan "Pecinan" Kota Magelang, sejenak waktu juga menonton aksi seniman "street art" setempat yang oleh Ketua DKM Kota Magelang Muhammad Nafi disebut sebagai perupa jalanan itu.
Mereka dari kalangan perupa jalanan dengan latar belakang pendidikan seni maupun seniman autodidak, baik secara perorangan maupun dari beberapa kelompok seniman di daerah setempat.
Ia mengemukakan pentingnya semangat kerukunan berbagai kalangan masyarakat dalam memasuki situasi kehidupan di berbagai aspek yang lebih baik, dari dampak pandemi selama dua tahun terakhir.
"Pesan 'Ayo Rukun' memperoleh momentum saat ini, ketika pandemi mulai melandai, dan aktivitas masyarakat yang mengarah kepada situasi normal," katanya.
Karya mural dan grafiti "Ayo Rukun" mereka, ujarnya, juga simbol tentang pentingnya berbagai ketegangan dalam relasi dan koneksi antarwarga, termasuk dikalangan para pelaku seni, dikelola secara cerdas, bijaksana, dan inspiratif untuk mendorong kemajuan hidup bersama pascapandemi.
"Kita semua perlu menemukan momentum sebagai wahana titik temu dari ketegangan- ketegangan yang muncul dalam dinamika masyarakat, baik ketegangan dampak dari isu-isu sosial politik yang bertebaran di media sosial maupun dampak pandemi COVID-19 yang masih sangat terasa hingga sekarang," ucapnya.
Ia menyebut tentang pentingnya titik temu yang bisa menyatukan, baik antarindividu maupun antarkomunitas, karena membuat semangat persaudaraan itu semakin kuat.
Ia juga menyebut kegiatan mereka membuat karya mural-grafiti itu juga menjadi cara para seniman setempat memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh setiap 20 Mei.
Selain itu, ucap Nafi, wujud pemenuhan kebutuhan akan eksistensi diri dan komunitas mereka, semangat berbagi, dan menaburkan inspirasi kebaikan secara kreatif kepada masyarakat luas.
"Dengan menggunakan nama jalanan dan ideologi masing-masing, menumpahkan ekspresinya melalui penampakan warna, objek, dan kata-kata dalam karyanya," katanya.
Aksi mural-grafiti mereka, antara lain berupa simbol rukun antara sosok Gatotkaca dan Superman dan tulisan "Rukun" bersusun sembilan yang cukup mencolok dengan huruf kapital, serta sejumlah sosok beragam yang berjajar.
Selain itu, figur manusia pohon dengan flora-fauna dan tulisan berbahasa Jawa "Ojo dadi kembang lambe tapi golek sedulur sing akeh wae" (Jangan menjadi bahan perbincangan tetapi mencari banyak saudara saja), dan sosok beriket terkesan lucu sambil membawa benda dengan tulisan di kaos "judeg (judek, red.) rukun" dan "Senenge mbandemi kancane".
Pemilik "Museum OHD" Kota Magelang Oei Hong Djien saat menyaksikan kegiatan para seniman itu juga bercerita tentang sejarah "street art" dunia pada abad ke-20 yang semula dianggap menjadikan wajah kota terkesan kotor hingga saat ini diterima masyarakat, memuat pesan-pesan penting serta aktual, dan bahkan memiliki nilai jual mahal.
"Seperti tema 'Ayo Rukun' yang mereka buat ini, memiliki makna aktual penting saat ini dan juga untuk menghadapi kehidupan pada masa mendatang. Hidup rukun itu jalan mencapai kemajuan manusia," ujarnya.