Solo (ANTARA) - Lebih dari 100 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Solo Raya mengikuti workshop wirausaha tangguh yang diselenggarakan oleh Diplomat Success Challenge (DSC) Season 16.
Pada Workshop UMKM Tangguh, Ekonomi Tumbuh dengan tema Brand Lokal, Nafas Panjang: Membangun Branding UMKM yang Konsisten dan Berkelanjutan yang diselenggarakan di Multifunction Hall Radya Litera Griya Solopos, Solo, Jawa Tengah, Kamis tersebut, Wakil Wali Kota Surakarta Astrid Widayani memberikan banyak pesan kepada para pelaku usaha.
Ia mengatakan untuk mengembangkan usahanya maka para pelaku UMKM harus belajar manajemen. Selain itu, juga strategi pemasaran hingga pengembangan produk.
“Harapannya UMKM berbasis rumah tangga siap berkolaborasi dengan industri,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya kewirausahaan berkelanjutan dan pemanfaatan potensi lokal tanpa mengabaikan prinsip ramah lingkungan.
Terkait dengan kegiatan tersebut, menurut dia selaras dengan Asta Cita Kota Solo 2025-2030.
Menurut dia, Solo sebagai bagian dari kota jasa dan berbasis investasi juga melakukan penguatan kepada para pelaku UMKM.
“Dalam hal ini, penguatan pelaku UMKM menjadi salah satu prioritas program daerah kami yang tertuang dalam Asta Cita Solo, yang mana pada nomor dua disebutkan penguatan UMKM berbasis ekosistem bisnis,” katanya.
Ia berharap dengan diberikannya pelatihan, para pelaku usaha bisa belajar manajemen dan strategi pemasaran serta pengembangan yang berkelanjutan, untuk selanjutnya pelaku usaha tersebut mampu berkolaborasi dengan industri yang dalam skala bisnis lebih besar.
Sementara itu, kegiatan tersebut juga menghadirkan narasumber lain, di antaranya Konsultan Brand Arto Biantoro, CMO & Co-Founder MR Epple Marcell Radiktya, dan Founder Creative Space sekaligus DSC Representative Joko Purwono.
Pada kesempatan itu, Joko Purwono mengajak pelaku UMKM Solo untuk mengangkat ciri khas daerah dalam setiap produk.
“Brand itu seperti anak, harus dirawat. Meski produk bisa dipasarkan nasional, tetap harus ada nuansa Solo, misalnya motif batik pada kemasan, dan meminimalkan limbah. Kualitas harus konsisten meski permintaan meningkat,” katanya.

