Solo (ANTARA) - Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyebut gelaran Solo Raya Great Sale (SGS) mampu menciptakan ekosistem ekonomi baru di kawasan aglomerasi.
“SGS dilaksanakan dalam rangka menumbuhkembangkan ekonomi. Dalam hal ini pemerintah tidak bisa jalan sendiri, perlu adanya kolaborasi,” katanya pada penutupan SGS di De Tjolomadoe Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu malam.
Melihat keberhasilan pelaksanaan SGS kali ini, pihaknya akan segera menggeser konsep serupa ke wilayah aglomerasi lain, seperti Pati Raya, Pekalongan Raya, dan Semarang Raya.
“Agar perekonomian merata, wacana kami agar Jawa Tengah menjadi sentra ekonomi baru. Jawa Tengah menjadi pakunya nusantara,” katanya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, berbagai pihak terkait, termasuk di dalamnya pelaku usaha harus memiliki daya dobrak dan mau bersaing dengan cara mendatangkan investasi baik dari dalam maupun luar negeri.
Ia mengatakan dengan adanya kolaborasi tersebut SGS mampu membukukan transaksi hingga lebih dari Rp10 triliun dalam waktu satu bulan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie mengapresiasi semangat yang diusung oleh Kadin Solo dalam menyelenggarakan Solo Raya Great Sale tersebut.
“Kadin punya tanggung jawab besar, tugas kami meningkatkan perdagangan dan investasi. Upaya SGS ini merupakan contoh yang bisa dikembangkan di seluruh Indonesia,” katanya.
Ia mengatakan Kadin berkomitmen mendampingi pemerintah Republik Indonesia, terutama dalam menggerakkan UMKM dan koperasi.
“Kami ingin para pelaku usaha naik kelas dan usaha di daerah jadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.
Ketua Panitia SGS 2025 Ferry S Indrianto mengatakan Solo Raya Great Sale merupakan platform baru pengembangan ekonomi daerah.
“Dulu hanya sebatas Solo, kini diarahkan oleh Pak Gubernur menjadi Solo Raya Great Sale yang mencakup tujuh kabupaten/kota di Solo Raya. Ini sejalan dengan program prioritas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yakni aglomerasi,” katanya.
Pihaknya mencatat pada penyelenggaraan SGS kali ini ada lebih dari 27.000 tenant yang mengikuti dan 182.000 pelanggan dengan lebih dari 5,3 juta transaksi.
“Bahkan sektor UMKM dan pasar tradisional mampu mencatatkan angka transaksi hingga lebih dari 500.000 dengan nominal Rp600 miliar,” katanya.
Ferry menyebut SGS merupakan laboratorium simulasi aglomerasi yang diharapkan ke depan memberikan manfaat lebih nyata.
“Tantangan ke depan bonus demografi tidak bisa dihadapi secara parsial, harus kerja sama secara utuh. Perlu platform kuat salah satunya aglomerasi. Dalam hal ini, Kadin siap di belakang sebagai motor untuk menggerakkan stakeholder di sekitar kita,” katanya.

