Kudus (ANTARA) - Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan Ahmad Mahendra mengunjungi lokasi ekskavasi fosil gajah purba di Situs Patiayam Desa Terban, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang kondisinya hampir utuh.
"Dibuat 'live' ekskavasi kelihatannya menarik. Nantinya mahasiswa diberi tantangan dengan tetap dipandu tenaga ahli," ujarnya di sela-sela melihat langsung lokasi ekskavasi fosil gajah purba yang berada di petak 21 kawasan Situs Patiayam di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Senin.
Kegiatan ekskavasi fosil gajah purba tersebut, diinisiasi oleh Lestari Moerdijat, Wakil Ketua MPR RI, sekaligus penggagas dari Yayasan Dharma Bakti Lestari.
Hadir dalam kunjungan tersebut, Bupati Kudus Sam'ani Intakoris, Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat, Usman Kansong, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Mutrikah, serta Prof. Dr. R. Cecep Eka Permana seorang Arkeolog dan Dosen Arkeolog di Universitas Indonesia, serta Kepala Desa Terban Supeno.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Mutrikah menanggapi gagasan tersebut dan nantinya akan ditata agar "live" ekskavasi bisa berjalan dengan lancar dan aman.
Koordinator Lapangan Ekskavasi Fosil Gajah Purba Situs Patiayam Kudus Dama Qoriy Arjanto juga ikut menyambut kedatangan Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan bersama rombongan untuk memberikan penjelasan soal proses penggalian dan tahapan yang berlangsung.
Proses penggalian fosil gajah purba sendiri, saat ini baru mencapai 25 persen. Karena nantinya akan dijadikan lokasi wisata, maka dilakukan pencetakan fosil purba (casting fossil) untuk dibuatkan replikasi.
Sementara itu, Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat Usman Kansong mengungkapkan kedatangan Dirjen Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan ini untuk melihat kebutuhan yang bisa difasilitasi oleh Kementerian Kebudayaan.
"Sehingga sebelum ke lokasi ekskavasi fosil gajah purba, digelar dialog-dialog dengan Bupati Kudus, Kepala Dinas Perwisataan dan Kebudayaan, serta kepala Desa Terban untuk mendiskusikan apa yang kira-kira diperlukan oleh masyarakat Desa Terban kaitannya dengan Situs Patiayam," ujarnya.
Tujuan lainnya, kata dia, untuk melihat peluang yang bisa didorong oleh pemerintah pusat untuk menghidupkan Situs Patiayam.
Misalnya, upaya menghidupkan ruang terbuka yang ada di sekitar Museum Patiayam lewat kegiatan atau festival.
"Dulu di Situs Sangiran ada 'Sangi Run' atau lari di kawasan Situs Sangiran. Hal ini yang juga sedang dijajaki Dirjen, kira-kira yang bisa didorong oleh pemerintah pusat apa saja," ujarnya.
Berdasarkan pendapat arkeolog, kata dia, Situs Patiayam bukan cuma tingkat nasional, tetapi juga cocok untuk dijadikan warisan dunia.
"Tetapi tahapan awal yang sedang diupayakan menuju warisan nasional terlebih dahulu karena dari sisi ilmiah sudah tidak ada diskusi lagi dan tidak perlu ada perdebatan. Mudah-mudahan nantinya bisa menjadi cagar budaya nasional," ujarnya.
Bupati Kudus Sam'ani Intakoris juga berharap hal serupa kelak bisa menjadi cagar budaya nasional serta dikenal hingga tingkat internasional.
Hal itu, kata dia, tidak terlepas dari kehadiran Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat yang menginisiasi ekskavasi fosil, kemudian ditindaklanjuti dengan kehadiran Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan.
"Tentunya ini suatu keuntungan luar biasa dan berkah untuk Kabupaten Kudus. Semoga Situs Patiayam ini menjadi destinasi wisata unggulan dan bisa mendongkrak ekonomi masyarakat sekitar," ujarnya.
Baca juga: Kudus gandeng PT Semen Indonesia kelola sampah jadi RDF