Kudus (ANTARA) - Bupati Kudus Sam'ani Intakoris menginstruksikan kepada camat dan kepala desa di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah untuk membersihkan aliran sungai dari sampah serta menjaganya tetap bersih agar tidak mudah terjadi banjir.
"Hingga saat ini sudah tiga wilayah dari sembilan kecamatan di Kudus yang melakukan aksi bersih-bersih sungai. Di antaranya di Kecamatan Bae, Jekulo, dan hari ini (29/5) di Kecamatan Kaliwungu dengan melibatkan camat dan kepala desa," ujarnya ditemui di sela-sela meninjau aksi bersih-bersih aliran Sungai Jaranan dari tumpukan sampah di Desa Mijen, Kecamatan Kaliwungu, Kudus, Kamis.
Ia mengajak semua elemen masyarakat ikut serta membersihkan sungai dan meminta tidak membuang sampah ke sungai guna mencegah banjir.
Terkait upaya normalisasi, kata dia, untuk sungai yang menjadi kewenangan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana sudah diusulkan untuk dinormalisasi.
Untuk areal sungai yang dimanfaatkan untuk bangunan, dia mempersilakan, untuk diselesaikan antar daerah dengan pendekatan kekeluargaan karena lahan sungai semakin menyempit sehingga ketika curah hujan tinggi mudah terjadi banjir.
"Kondisi tersebut juga diperparah dengan kebiasaan warga membuang sampah di sungai, sehingga turut menyumbat kelancaran air sungai," ujarnya.
Camat Kaliwungu Satria Agus Himawan mengungkapkan salah satu penyebab sering terjadinya banjir di Desa Mijen dan sekitarnya, karena aliran Sungai Jaranan ini banyak sampah dan luasnya juga semakin menyempit.
"Bantaran sungai memang banyak berdiri bangunan, baik tempat tinggal maupun bangunan lainnya sehingga semakin memperparah dampak banjir saat curah hujan tinggi," ujarnya.
Untuk itulah, kata dia, bersama kepala desa rutin mengingatkan warga untuk tidak membuang sampah di sungai serta tidak mendirikan bangunan di lahan milik sungai karena ketika dinormalisasi juga menyulitkan.
Aksi bersih-bersih sungai hari ini (29/5), katanya, dilakukan di tujuh lokasi, sebagian ada yang dikerjakan secara bergotong-royong melibatkan masyarakat, organisasi Muhammadiyah, relawan, perwakilan BPBD, Dinas PUPR, dan jajaran pemerintah desa, serta ada yang dikerjakan menggunakan dua unit alat berat.
Sedimentasi dan penumpukan sampah di aliran Sungai Jaranan ini, kata dia, setiap musim hujan memang mengakibatkan genangan banjir, meskipun hanya berlangsung 1-2 jam, tetapi tetap berdampak terhadap pemukiman.
Dampak banjir yang terjadi, selain di Desa Mijen, juga sering terjadi di Desa Kaliwungu, dan Kedungdowo. Sedangkan langganan banjir mulai dari Desa Setrokalangan, Banget, hingga Blimbing Kidul.
Sementara itu, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Mijen Abdul Muklis mengakui sengaja mengajak jajaran ranting Muhammadiyah Mijen untuk peduli lingkungan dengan membersihkan sungai dari tumpukan sampah.
Selain karena dangkal dan terjadi penyempitan, kata dia, sampah yang dibuang sembarangan di sungai juga mengakibatkan banjir saat musim hujan. Sehingga mengajak semua pihak untuk bersama-sama membersihkan sungai agar tidak terjadi banjir.
Jumlah personel yang dilibatkan mencapai 300-an orang, mulai dari relawan, Kokam, Banser, Ansor, serta warga sekitar.
Ia berharap setiap dua tahun sekali dilakukan pengerukan karena cepat terjadi sedimentasi yang bisa mengakibatkan luapan air sungai saat intensitas hujan tinggi.