Boyolali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Boyolali Provinsi Jawa Tengah meningkatkan kesiapsiagaan bencana alam banjir, tanah longsor, dan angin ribut di wilayahnya sebagai langkah antisipasi untuk menghadapi puncak musim hujan yang diprakirakan pada Januari 2022.
"Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boyolali dengan melibatkan tiga unsur relawan, TNI, dan Polri telah melakukan beberapa langkah untuk kesiapsiagaan mengantisipasi bencana hidrometeorologi, kata Kepala BPBD Kabupaten Boyolali, Widodo Munir, di Boyolali, Jumat.
Bahkan, BPBD terkait dengan antisipasi bencana hidrometeorologi di Kabupaten Boyolali beberapa langkah sudah dilaksanakan sejak dimulai Oktober 2021 hingga sekarang. Salah satunya Pemerintah Boyolali bersama Polri telah melaksanakan apel bersama tanggap bencana.
Dalam apel bersama tersebut, kata Widodo Munir, meningkatkan koordinasi antar-lini baik vertikal maupun di lingkungan Pemerintah daerah dalam rangka penanggapi atau mengantisipasi bencana alam.
Selain itu, Pemkab Boyolali bersama TNI juga melakukan simulasi tanggap darurat tanah longsor, kemudian Bupati Boyolali M Said Hidayat, juga menetapkan Boyolali status siaga darurat bencana angin ribut, banjir, dan tanah longsor pada 2021-2022 melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Boyolali, Nomor.360/831/2021.
"Artinya, dengan SK Bupati itu, segala daya upaya baik beralatan maupun personel memiliki kewajiban untuk menyiagakan diri mengantisipasi bencana angin ribut, banjir, dan tanah longsor di wilayahnya," katanya.
Selain itu, kata dia, kebijakan tersebut juga diikuti Surat Edaran (SE) Bupati Boyolali, terkait dengan antisipasi bencana hedrometeoroplogi antara lain imbauan masyarakat untuk menebang pohon yang membahayakan, tidak tidur di bawah tebing, mengecek jembatan agar tidak rusak karena gerusan air, mengecek sekolah yang rawan untuk dihindari agar tidak terjadi roboh bangunanya yang bisa menimpa anak sekolah.
Namun, Boyolali terutama untuk sekolah hingga sekarang tidak terjadi bangunan sekolah yang roboh.
"SK Bupati masih diberlakukan sehingga kami setiap hari status siaga terhadap bencana angin ribut, banjir, dan tanah langsor. Kami juga selalu berkomunikasi dengan masyarakat untuk segera melaporkan jika terjadi bencana sehingga segera dikirim tenaga membantu penanganannya," katanya.
Selain itu, pihaknya juga menyiapkan peralatan seperti alat berat beko terutama untuk menangani bencana tanah longsor. Alat berat sudah disiapkan 24 jam dan dapat mengurangi serta mengantisipasi resiko terhadap terjadinya tanah longsor. Sehingga, ketika terjadi tanah longsor alat berat dikirim ke lokasi untuk membersihkan material yang longsor.
Pihaknya juga melakukan sosialisasi kondisi cuaca yang diterima dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), kemudian diteruskan kepada camat agar mengantisipasi dan mengedukasi masyarakat. Karena, puncak La Nina diperkirakan terjadi Januari ini.
"Jadi lewat camat bisa mengedukasi masyarakat agar mereka lebih siaga kemunginkan terjadinya bencana angin ribut, banjir, dan tanah longsor di lingkungannya. Kami juga mengkoordinasikan dengan relawan, polisi maupun TNI bekerja sama dalam menanggulangi terjadinya bencana," katanya.
Sementara itu, berdasarkan data di BPBD kejadian bencana alam di Boyolali selama 2021 untuk banjir tercatat ada 16 kejadian, tanah longsor 33 kejadian, pohon tumbang 11 kejadian, rumah roboh 11 kejadian, angin puting beliung 12 kejadian, dan erupsi Merapi tiga kejadian.