Sukoharjo (ANTARA) - Tim mahasiswa Profesi Fisioterapis Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggandeng tenaga kesehatan mewujudkan layanan promotif di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Koordinator acara Prolanis Puskesmas Tawangsari dari Fisioterapis UMS Wahyu Andriawan, S.Kes., Jumat mengatakan program promosi kesehatan di Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo, ini menjadi bukti nyata sinergi fisioterapis dengan tenaga kesehatan lain dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat.
Tim mahasiswa Profesi Fisioterapis Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) turut ambil bagian dalam program Prolanis Puskesmas Tawangsari tahun 2025 dengan berbagai kegiatan promotif, preventif, hingga rehabilitatif.
Kecamatan Tawangsari memiliki puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan primer yang menaungi sejumlah puskesmas pembantu di berbagai desa.
“Di sini, fisioterapis tidak hanya berperan dalam penyembuhan gangguan fungsi gerak, tetapi juga bergerak di tingkat komunitas melalui edukasi, deteksi dini, dan intervensi langsung kepada masyarakat,” katanya.
Ia mengatakan tujuan utama keterlibatan fisioterapis di tingkat komunitas adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga fungsi gerak tubuh, mencegah risiko jatuh, serta mempertahankan kemampuan fungsional agar tetap mandiri.
Salah satu kegiatan besar dilaksanakan di Puskesmas Pembantu Pojok dengan mengusung tema Usia Boleh Senja, Langkah Tetap Terjaga.
“Kegiatan ini menyasar kelompok lansia dengan fokus pada pentingnya keseimbangan tubuh untuk mencegah risiko jatuh. Mahasiswa Fisioterapis UMS bersama bidan desa dan penyelenggara Prolanis menginisiasi pemeriksaan, edukasi, hingga aktivitas fisik yang melibatkan puluhan peserta lansia,” kata Wahyu.
Rangkaian kegiatan dimulai sejak pagi dengan pemeriksaan kesehatan dasar seperti pengukuran berat badan, tinggi badan, dan tekanan darah.
Mahasiswa fisioterapi juga melaksanakan tes keseimbangan statis dan dinamis seperti Romberg Test, Fukuda Test, serta Tandem Gait Test. Untuk menjawab rasa ingin tahu peserta, mahasiswa menyampaikan penyuluhan melalui media booklet mengenai peran fisioterapi dalam menjaga keseimbangan dan pencegahan risiko jatuh.
Tidak hanya pemeriksaan, acara juga diisi dengan senam lansia yang dipandu tenaga kesehatan, serta berbagai lomba kreatif yang disesuaikan dengan kemampuan lansia. Lomba-lomba tersebut dirancang untuk meningkatkan koordinasi, fokus, kelincahan, serta interaksi sosial peserta, sehingga kegiatan berlangsung meriah sekaligus bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental.
Selain di Prolanis, mahasiswa Profesi Fisioterapis UMS juga aktif mendukung kegiatan posyandu lansia, balita, dan ibu hamil di 14 posyandu desa. Mereka membantu bidan desa dalam pemeriksaan kesehatan, pemberian vitamin, pemantauan tumbuh kembang, hingga edukasi kesehatan.
Respon masyarakat pun sangat positif, karena keberadaan fisioterapi di posyandu membantu mereka lebih mengenal manfaat layanan ini.
Mahasiswa Fisioterapis juga berkesempatan mengimplementasikan ilmunya di Sanggar Inklusi Mutiara Hati, yang melayani anak berkebutuhan khusus (ABK) dan penyandang disabilitas. Mereka memberikan intervensi fisioterapi untuk kasus seperti cerebral palsy, down syndrome, dan autisme, sehingga mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Meski demikian, keterbatasan jumlah fisioterapis di Puskesmas Tawangsari masih menjadi tantangan. Saat ini hanya ada satu tenaga fisioterapis sehingga fokus layanan masih banyak di aspek kuratif dan rehabilitatif. Oleh karena itu, kehadiran mahasiswa Profesi Fisioterapis UMS diharapkan mampu menutup celah tersebut melalui kegiatan promotif dan preventif, termasuk home care yang terbukti membawa dampak positif bagi pasien.
Respon positif datang dari para peserta. Para peserta juga berharap kolaborasi mahasiswa fisioterapis dengan Puskesmas Tawangsari dapat terus berlanjut agar manfaatnya semakin meluas.
Menurut Syam Santi yang merupakan tenaga kesehatan Puskesmas Tawangsari, keseimbangan menjadi isu penting karena gangguan pada fungsi ini dapat meningkatkan risiko jatuh, salah satu masalah kesehatan paling banyak dialami lansia.
“Hampir semua penyakit menimbulkan keluhan pada otot, tulang, atau sendi, sehingga membutuhkan penanganan fisioterapi,” katanya.
Tenaga kesehatan Puskesmas Tawangsari berharap, ke depan jumlah Fisioterapis dapat ditambah, sementara mahasiswa UMS terus diberi kesempatan untuk terjun langsung di lapangan.
“Dengan keterlibatan mahasiswa, promotif dan preventif bisa lebih optimal. Harapannya, kerja sama UMS dengan Puskesmas di Sukoharjo, terutama Tawangsari, terus berlanjut,” katanya.

