Solo (ANTARA) - Tim mahasiswa Profesi Fisioterapis Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Angkatan X mendampingi kelompok lanjut usia di Desa Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Ketua Kelompok 12 Mahasiswa Profesi Fisioterapis Angkatan X Yudith Leo Bantara, S.Kes., Kamis mengatakan pada edukasi dan pemeriksaan kesehatan tersebut difokuskan pada pencegahan nyeri menjalar (saraf kejepit) pada punggung bawah dengan tema Boyok Waras, Ora Was-was.
Ia mengatakan sebanyak 45 lansia berdatangan ke Posyandu Melati I. Mereka mengikuti rangkaian acara dengan penuh semangat, mulai dari pemeriksaan kesehatan hingga penyuluhan mengenai saraf kejepit.
“Kehadiran lansia menunjukkan tingginya antusiasme masyarakat terhadap program promotif dan preventif yang digagas mahasiswa UMS,” katanya.
Kegiatan ini, lanjutnya, merupakan bagian dari praktik stase komunitas mahasiswa profesi Fisioterapis yang bertujuan meningkatkan pengetahuan lansia mengenai pencegahan serta latihan-latihan untuk mengurangi keluhan nyeri menjalar. Harapannya, lansia dapat lebih mandiri dalam beraktivitas tanpa terganggu keluhan kesehatan.
“Rangkaian acara dimulai dengan registrasi peserta, dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan berupa pengecekan tekanan darah dan kadar uric acid (asam urat). Hasil pemeriksaan dicatat dalam blangko khusus sehingga lansia dapat mengetahui kondisi kesehatannya secara lebih jelas,” paparnya.
Dari hasil pemeriksaan, ditemukan sebagian besar lansia Desa Bendosari memiliki tekanan darah tinggi dan kadar asam urat yang melebihi batas normal. Kondisi ini menjadi temuan penting untuk deteksi dini sekaligus mendorong lansia lebih peduli terhadap pola makan dan gaya hidup sehat.
“Dalam penyuluhan, mahasiswa menjelaskan secara rinci mengenai pengertian saraf kejepit, penyebab, gejala, kelompok pekerja berisiko, hingga latihan-latihan yang dapat dilakukan. Beberapa latihan yang dipraktikkan bersama lansia antara lain knee to chest, McKenzie exercise, bridge, bird dog pose, dan leg raise,” tambah Yudith.
Lansia terlihat antusias mengikuti simulasi gerakan yang dipandu mahasiswa, meskipun sebagian hanya mampu menyesuaikan latihan sesuai kondisi fisik. Suasana penyuluhan menjadi interaktif karena dipadukan antara materi edukasi dan praktik langsung.
Dua peserta lansia, Ngadi (59) dan Sudarti (66), mengaku merasa terbantu dengan kegiatan ini.
“Sehabis melakukan simulasi gerakan, badan saya lebih lentur dan lebih enak dibandingkan sebelumnya. Terima kasih adik-adik mahasiswa,” ujar Ngadi.
Sementara Sudarti juga bersyukur telah diberikan solusi dan latihan olahraga.
“Kalau dilakukan setiap hari badan bisa lebih ringan dan nyeri hilang,” katanya.
Bidan desa bersama para kader juga menilai kegiatan ini berdampak positif. Mereka menemukan masalah kesehatan yang sebelumnya tidak teridentifikasi.
“Antusiasme lansia sangat tinggi, terutama karena banyak yang mengeluhkan nyeri boyok menjalar dan kesemutan. Semoga kegiatan ini bisa dilanjutkan di desa lain,” ungkap salah satu kader.
Selain membahas nyeri menjalar punggung bawah, mahasiswa juga memberikan edukasi tambahan mengenai bahaya tingginya kadar uric acid. Dari hasil pemeriksaan, tercatat 25 dari 45 peserta memiliki kadar uric acid di atas normal. Hal ini menjadi perhatian khusus karena berisiko menimbulkan komplikasi jika tidak ditangani dengan baik.
Program pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan yang dilaksanakan pada Sabtu (30/8) itu menjadi bukti bahwa layanan kesehatan dapat dihadirkan lebih dekat dengan masyarakat.
Melalui sinergi antara mahasiswa, Puskesmas, bidan desa, kader kesehatan, serta masyarakat, kegiatan ini tidak hanya menghadirkan solusi sesaat tetapi juga menumbuhkan kesadaran kolektif untuk menjaga kesehatan bersama.

