WKRI: Perkembangan zaman memotivasi perempuan terus belajar
Magelang (ANTARA) - Perkembangan situasi dan zaman yang dinamis menjadi motivasi kuat perempuan Indonesia terus belajar guna mewujudkan kemajuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, kata Ketua Presidium Dewan Pimpinan Pusat Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Elly Kusumawati Handoko.
"Kita terus-menerus belajar lagi, karena perkembangan situasi zaman tidak bisa membuat kita untuk stop belajar," katanya di sela-sela memimpin kegiatan "Napak Tilas 100 Tahun WKRI" di sekitar Gereja Katolik Mendut Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Magelang, Jumat.
Acara juga ditandai dengan peluncuran buku "Mengenal, Memahami, Mencintai, & Mengembangkan WKRI" disusun Dewan Pengurus Cabang WKRI Kabupaten Magelang.
Ia mengemukakan, era kemajuan zaman saat ini semakin membuka kesempatan luas bagi perempuan untuk mengambil peran untuk kemajuan kehidupan bersama di berbagai sektor, seperti pemerintahan, politik, perekonomian, sosial, dan pendidikan.
Upaya mewujudkan kemajuan perempuan, ujar dia, juga dilakukan WKRI kepada anggota organisasi perempuan yang berdiri 100 tahun lalu, tepatnya 26 Juni 1924, dengan pendirinya Maria Soelastri Sasraningrat (1898-1975), di seluruh Indonesia.
"Kami memberikan banyak kesempatan untuk (perempuan) mau belajar. Kalau dikatakan sekarang perempuan sudah begitu pintar, melek digital, tapi ada sisi lain kita yang belum belajar, sehingga harus terus belajar," ujarnya.
Ia mengemukakan pentingnya perempuan belajar terus-menerus, antara lain supaya memperkuat kepedulian terhadap perkembangan situasi di sekitarnya dan bisa mengambil peran dalam mengatasi berbagai persoalan di lingkungan sekitarnya.
Ia mencontohkan tentang pentingnya peranan perempuan dalam menghadapi kekerasan seksual, seperti memberikan edukasi dan pengertian menyangkut perlindungan terhadap perempuan dan anak dari tindak kejahatan tersebut, serta menjaga harkat dan martabat mereka.
Ia menilai langkah edukasi terkait dengan perlindungan terhadap perempuan dan anak yang kemungkinan nampak sederhana, akan tetapi jika dilakukan secara bersama-sama, akan menampakkan hasil yang signifikan.
Pada kesempatan itu, Elly juga menjelaskan tentang makna tema peringatan 100 tahun WKRI, "Lahir Kembali Semakin Berarti", bagi anggota organisasi tersebut yang antara lain untuk menggali inspirasi pendirian WKRI dan mengembangkan berbagai karya yang telah dikerjakan para anggota di daerah masing-masing.
"Tema ini memberi harapan dan semangat bahwa apa yang kita lakukan selama ini akan kita tingkatkan, akan terus bergelora," ujar dia.
Ia mengingatkan anggota untuk bermitra dengan berbagai pihak, baik kalangan gereja, pemerintah, maupun masyarakat, untuk mewujudkan kemajuan bersama, termasuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak dalam banyak hal.
Pihaknya juga menyiapkan kader-kader perempuan yang siap terlibat dalam pemerintahan dan politik, memajukan pendidikan, perekonomian, dan keluarga.
"Karena di setiap lini ada perempuan, dibutuhkan perempuan, di mana kita mendapatkan satu kesempatan untuk mengembangkan diri, memberikan pembekalan kepada anggota, dan lebih lagi untuk bisa meningkatkan harkat hidup ekonomi keluarga, pengembangan UMKM," katanya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Magelang Taufik mengajak anggota WKRI setempat terus berkarya dan mengembangkan kemajuan hidup bersama, termasuk menjaga situasi kondusif agar pilkada mendatang sukses, lancar, dan aman.
"Terus beraktivitas, dan ajak semua keluarga dan warga, anggota untuk mengikuti pilkada pada 27 November mendatang," ujarnya.
Kegiatan napak tilas mereka antara lain di Pabrik Cerutu Tirtomartani Yogyakarta yang berdiri pada 1918 --tempat Soelastri memperjuangkan nasib buruh. Selain itu, bekas Sekolah Mendut (1908-1943) di Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah --tempat Soelastri menempuh pendidikan--, sedangkan di Gua Maria Kerep, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah --makam Soelastri-- pada Sabtu (27/7) berlangsung perayaan ekaristi diikuti sedikitnya 1.600 anggota WKRI dari berbagai daerah di Indonesia.
Pada napak tilas di bekas Sekolah Mendut itu, rombongan pengurus dan perwakilan WKRI dari sejumlah daerah di Indonesia berjumlah sekitar 100 orang disambut jajaran pengurus DPC WKRI Kabupaten Magelang dengan ketua panitia, Alexa Hersi. Mereka antara lain juga mendapatkan penjelasan tentang sejarah sekolah untuk anak-anak perempuan pada zaman kolonial Belanda itu, dari Penasihat Rohani DPC WKRI Kabupaten Magelang Romo Agustinus Sudarisman dan Wakil Ketua II Dewan Pastoral Paroki Administratif Santo Petrus Borobudur Christian C Birawan.
Baca juga: 1.500 perempuan peringati Hari Kebaya Nasional di Borobudur
"Kita terus-menerus belajar lagi, karena perkembangan situasi zaman tidak bisa membuat kita untuk stop belajar," katanya di sela-sela memimpin kegiatan "Napak Tilas 100 Tahun WKRI" di sekitar Gereja Katolik Mendut Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Magelang, Jumat.
Acara juga ditandai dengan peluncuran buku "Mengenal, Memahami, Mencintai, & Mengembangkan WKRI" disusun Dewan Pengurus Cabang WKRI Kabupaten Magelang.
Ia mengemukakan, era kemajuan zaman saat ini semakin membuka kesempatan luas bagi perempuan untuk mengambil peran untuk kemajuan kehidupan bersama di berbagai sektor, seperti pemerintahan, politik, perekonomian, sosial, dan pendidikan.
Upaya mewujudkan kemajuan perempuan, ujar dia, juga dilakukan WKRI kepada anggota organisasi perempuan yang berdiri 100 tahun lalu, tepatnya 26 Juni 1924, dengan pendirinya Maria Soelastri Sasraningrat (1898-1975), di seluruh Indonesia.
"Kami memberikan banyak kesempatan untuk (perempuan) mau belajar. Kalau dikatakan sekarang perempuan sudah begitu pintar, melek digital, tapi ada sisi lain kita yang belum belajar, sehingga harus terus belajar," ujarnya.
Ia mengemukakan pentingnya perempuan belajar terus-menerus, antara lain supaya memperkuat kepedulian terhadap perkembangan situasi di sekitarnya dan bisa mengambil peran dalam mengatasi berbagai persoalan di lingkungan sekitarnya.
Ia mencontohkan tentang pentingnya peranan perempuan dalam menghadapi kekerasan seksual, seperti memberikan edukasi dan pengertian menyangkut perlindungan terhadap perempuan dan anak dari tindak kejahatan tersebut, serta menjaga harkat dan martabat mereka.
Ia menilai langkah edukasi terkait dengan perlindungan terhadap perempuan dan anak yang kemungkinan nampak sederhana, akan tetapi jika dilakukan secara bersama-sama, akan menampakkan hasil yang signifikan.
Pada kesempatan itu, Elly juga menjelaskan tentang makna tema peringatan 100 tahun WKRI, "Lahir Kembali Semakin Berarti", bagi anggota organisasi tersebut yang antara lain untuk menggali inspirasi pendirian WKRI dan mengembangkan berbagai karya yang telah dikerjakan para anggota di daerah masing-masing.
"Tema ini memberi harapan dan semangat bahwa apa yang kita lakukan selama ini akan kita tingkatkan, akan terus bergelora," ujar dia.
Ia mengingatkan anggota untuk bermitra dengan berbagai pihak, baik kalangan gereja, pemerintah, maupun masyarakat, untuk mewujudkan kemajuan bersama, termasuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak dalam banyak hal.
Pihaknya juga menyiapkan kader-kader perempuan yang siap terlibat dalam pemerintahan dan politik, memajukan pendidikan, perekonomian, dan keluarga.
"Karena di setiap lini ada perempuan, dibutuhkan perempuan, di mana kita mendapatkan satu kesempatan untuk mengembangkan diri, memberikan pembekalan kepada anggota, dan lebih lagi untuk bisa meningkatkan harkat hidup ekonomi keluarga, pengembangan UMKM," katanya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Magelang Taufik mengajak anggota WKRI setempat terus berkarya dan mengembangkan kemajuan hidup bersama, termasuk menjaga situasi kondusif agar pilkada mendatang sukses, lancar, dan aman.
"Terus beraktivitas, dan ajak semua keluarga dan warga, anggota untuk mengikuti pilkada pada 27 November mendatang," ujarnya.
Kegiatan napak tilas mereka antara lain di Pabrik Cerutu Tirtomartani Yogyakarta yang berdiri pada 1918 --tempat Soelastri memperjuangkan nasib buruh. Selain itu, bekas Sekolah Mendut (1908-1943) di Kelurahan Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah --tempat Soelastri menempuh pendidikan--, sedangkan di Gua Maria Kerep, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah --makam Soelastri-- pada Sabtu (27/7) berlangsung perayaan ekaristi diikuti sedikitnya 1.600 anggota WKRI dari berbagai daerah di Indonesia.
Pada napak tilas di bekas Sekolah Mendut itu, rombongan pengurus dan perwakilan WKRI dari sejumlah daerah di Indonesia berjumlah sekitar 100 orang disambut jajaran pengurus DPC WKRI Kabupaten Magelang dengan ketua panitia, Alexa Hersi. Mereka antara lain juga mendapatkan penjelasan tentang sejarah sekolah untuk anak-anak perempuan pada zaman kolonial Belanda itu, dari Penasihat Rohani DPC WKRI Kabupaten Magelang Romo Agustinus Sudarisman dan Wakil Ketua II Dewan Pastoral Paroki Administratif Santo Petrus Borobudur Christian C Birawan.
Baca juga: 1.500 perempuan peringati Hari Kebaya Nasional di Borobudur