Solo (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) RI Mahfud MD meminta mahasiswa ikut menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan meningkatkan kesadaran bela negara.
"Untuk menjaga keutuhan NKRI, itu harus karena kita sudah punya negara yang merdeka. Mari bela Negara menurut profesi masing-masing. Ada yang di bidang kedokteran, ekonomi, hukum, menurut keahlian dan profesi masing-masing," katanya pada kuliah umum kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) UNS melalui daring di Solo, Jateng, Senin.
Ia mengatakan saat ini mahasiswa yang merupakan bagian dari generasi milenial atau disebut juga generasi Y dan Z jumlahnya sangat besar, yaitu 34,45 persen dari total penduduk yang ada di Indonesia. Berdasarkan hasil riset yang dirilis oleh PEW Research Center, generasi ini memiliki karakteristik unik dan menarik.
"Karakternya lebih dipengaruhi oleh kemajuan iptek. Generasi ini lebih mudah mengakses informasi, sesuai dengan konsep bela negara disesuaikan dengan bentuk ancaman yang dihadapi saat ini dan di masa depan. Ancaman saat ini bukan militer atau fisik, tetapi nonmiliter dan nonfisik," katanya.
Baca juga: 10.105 mahasiswa baru iUNS kuti PKKMB daring
Ia mengatakan beberapa ancaman yang dihadapi negara di antaranya persaingan global, perdagangan bebas, upaya pelemahan SDM, perusakan sosial dan budaya, destruksi pada kemajemukan, sikap intoleransi dan rong-rongan nasionalisme, dan derasnya arus informasi.
"Ini semuanya harus disikapi dengan sikap bijaksana. Mahasiswa akan ikut membangun pemerintahan karena nasionalisme bisa luntur kalau yang memerintahkan koruptif, mau enaknya sendiri," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta agar para mahasiswa bisa menjadi kader bangsa yang antikorupsi sehingga bisa menjadi calon pemimpin yang bersih dan berintegritas.
Untuk bisa memiliki sifat tersebut, dikatakannya, harus ditanamkan beberapa sikap dasar, salah satunya adalah cinta tanah air.
"Karena inti bela Negara adalah mencintai negeri ini, dengan begitu akan timbul rasa ingin membelanya. Ini juga harus didukung dengan suasana kepemimpinan yang kondusif. Di Indonesia memiliki suku, agama, ras yang beragam maka sikap toleran menjadi sangat penting. Masyarakat harus hidup rukun dalam perbedaan sesuai dengan ajaran 'Bhinneka Tunggal Ika'," katanya.
Baca juga: Pura Mangkunegaran dan UNS digitalisasi Perpustakaan Reksapoestaka
Baca juga: UNS dorong mahasiswa realisasikan "Kampus Merdeka, Merdeka Belajar"