"RSUD dr. Moewardi berhasil membuat inovasi dan kreativitas dengan membuat APD sendiri yang hasilnya sama dengan yang dijual pabrikan dan harganya jauh lebih murah," kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat memperlihatkan APD berupa pakaian pelindung di kantor Dinas kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang, Senin.
Ganjar menjelaskan bahwa inovasi pembuatan APD untuk tenaga medis itu dilatarbelakangi minimnya persediaan di sejumlah rumah sakit yang menangani pasien COVID-19.
APD pakaian pelindung yang diproduksi RSUD dr. Moewardi sebanyak 200-250 item per hari itu berbahan standar pabrikan yakni polypropylene spunbond.
"APD ini sulit dicari, bahkan di beberapa daerah ada yang teriak-teriak kekurangan APD sampai pakai mantel (jas hujan, red), kami kemudian berinovasi mencari bahan seperti yang dibuat pabrikan dan hasilnya seperti ini," ujarnya.
Baca juga: Dewi Aryani prakarsai Gerakan SaveIndonesiaTogether
Menurut Ganjar, sudah saatnya pemerintah daerah berusaha berinovasi dan berkreasi dalam rangka menangani penyebaran COVID-19 dan tidak hanya berpangku tangan mengandalkan pemerintah pusat.
"Kalau bisa pemerintah daerah membantu pusat, jangan hanya membebani pusat. Harus kreatif dan inovatif untuk memecahkan masalah sendiri, yakinlah dengan doa, ketekunan dan kemauan, semua pasti ada jalan," katanya.
Selanjutnya, Ganjar menginstruksikan jajarannya untuk mencari terobosan baru dalam rangka pemenuhan masker.
Terkait persoalan ketersediaan hand sanitizer, beberapa perusahaan dan pelajar sudah menemukan cara membuatnya sehingga kebutuhan di masyarakat dapat dipenuhi.
"Silakan rumah sakit di seluruh Jateng koordinasi dengan Dinkes apabila kekurangan APD. Kalau ada yang ingin belajar membuatnya sendiri juga boleh, datang langsung ke Moewardi," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan RSUD dr. Moewardi Bambang S.W mengatakan ide pembuatan APD tersebut berawal dari kesulitan pihaknya mencari APD di pabrikan.
Pihaknya kemudian juga mencari bahan apa yang digunakan pabrikan untuk membuat APD itu.
"Ternyata bahannya ada, kemudian kami beli dan kami jahit sendiri, hasilnya ternyata bagus dan sesuai standar. Kalau rumah sakit lain membutuhkan, kami juga siap membantu. Kalau ada yang mau belajar membuatnya, kami juga siap mengajari," ujarnya.
Meski dibuat sendiri, namun standar dan prosedur keamanan tetap diterapkan karena sebelum dibuat, para penjahit juga sudah dipastikan dalam kondisi sehat, bersih, dan melakukan cuci tangan. (LHP)
Baca juga: Dinkes Jateng ajukan penambahan puluhan ribu APD antisipasi kekurangan