Semarang (Antaranews Jateng) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir menyebutkan seluruh instansi pemerintahan bakal diinstruksikan menggunakan Gesits, sepeda motor listrik buatan anak bangsa.
"Kemarin, hasil rapat dengan DPR di bawah koordinasi Menko Kemaritiman, motor listrik sekarang sudah dalam tahap masuk industri," katanya di kampus Universitas Diponegoro Semarang, Jumat.
Usai menyampaikan paparan tentang capaian Kemenristek Dikti selama empat tahun ini, Nasir mengatakan sepeda motor listrik yang memakai komponen lokal itu sudah dicoba Presiden RI Joko Widodo.
"Presiden bertanya, 'Pak Menteri, motor ini kok suaranya jauh lebih halus dibandingkan motor listrik yang pernah saya coba? Saya jawab, teknologi motor listrik ini sangat tinggi sekali," katanya.
Mulai Januari 2019, kata dia, motor listrik sudah mulai diproduksi massal ditangani oleh Kementerian Perindustrian dan sudah mendapatkan izin dari Kementerian Perhubungan untuk dioperasikan di jalan raya.
"Pemerintah telah menginisiasi semua instansi pemerintahan, kendaraan bermotornya menggunakan motor listrik ini. Teknologinya sangat canggih," kata mantan Rektor Undip terpilih itu.
Masih soal teknologi, kata Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Undip itu, spidometer yang digunakan Gesits yang sangat ramah lingkungan itu bisa berfungsi sebagai ponsel pintar ketika motor berhenti.
"Spidometer yang bisa memantau kecepatan dan baterainya ini luar biasa. Begitu motor diberhentikan, spidometernya bisa dikeluarkan dan berfungsi sebagai 'smartphone', ini pertama kali di dunia," katanya.
Nasir memastikan komponen yang digunakan Gesits itu merupakan produk lokal, seperti baterainya yang merupakan hasil riset Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dengan teknologi lithium.
"Spidometernya hasil inovasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), kemudian motor penggeraknya dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Komponennya sudah dibuat di dalam negeri," katanya.
Untuk kapasitas produksi, ia menargetkan tahun depan sudah bisa memproduksi sebanyak 60 ribu unit dalam satu "line" di industri tersebut, dari empat "line" yang sudah disiapkan untuk produksi.
"Target pertama, pabrik produksi 60 ribu unit. Itu kapasitas satu 'line'. Jika sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan, ditambah 'line' 2. Dalam satu bulan, berarti 5.000 motor," katanya.