"Bisa diidentifikasi bahwa kemungkinan yang akan paling cepat adalah yang dilakukan oleh Lembaga Eijkman di mana pengembangan vaksin COVID-19 yang menggunakan platform sub unit protein rekombinan saat ini prosesnya di bulan Oktober ini mereka sedang mempersiapkan untuk uji coba pada hewan," kata Menristek Bambang dalam konferensi pers virtual yang diadakan di Gedung Graha BNPB Jakarta, Selasa.
Baca juga: Eijkman: Progres Vaksin Merah Putih capai 55 persen
Menristek menuturkan uji kandidat bibit vaksin COVID-19 pada hewan tersebut diharapkan bisa selesai dengan hasil yang memuaskan pada akhir 2020.
Setelah akhir tahun 2020, rencananya bibit vaksin yang sudah teruji pada hewan tersebut atau sel mamalia, akan diserahkan pada Januari 2021 kepada PT Bio Farma sebagai pihak yang nantinya akan melakukan produksi skala kecil terutama untuk keperluan uji klinis mulai dari tahap 1, tahap 2 hingga tahap 3.
Baca juga: Eijkman: Uji preklinis calon vaksin Merah Putih sampai Desember 2020
"Kita akan mengikuti semua prosedurnya uji klinis tahap 1, 2 dan 3," ujar Bambang.
Dari hasil uji klinis tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan memutuskan apakah vaksin tersebut sudah bisa dipergunakan secara massal atau belum.
Menristek Bambang mengatakan kemungkinan vaksin Merah Putih paling cepat akan tersedia sebagai produksi massal pada triwulan III 2021.
Baca juga: Menristek harapkan uji praklinik Vaksin Merah Putih akhir 2020
Menristek menuturkan dari pengembangan bibit vaksin Merah Putih yang sedang dilakukan enam institusi dalam negeri, pengembangan yang dilakukan Eijkman diperkirakan akan paling cepat untuk menghasilkan bibit vaksin COVID-19.
Pengembangan bibit vaksin Merah Putih dilakukan dengan platform berbeda-beda, yang dilakukan oleh masing-masing institusi, yakni Lembaga Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada dan Institut Teknologi Bandung.
Baca juga: Batan dukung pembuatan vaksin dan anti serum untuk COVID-19