Magelang (ANTARA) - Guru muda diajak mencari dan menemukan panggilan mengajar sebagai jalan membentuk pribadi manusia secara utuh, kata Ketua Yayasan Kawan Tumbuh Indonesia (YKTI) HJ Sriyanto.
"Karenanya perlu bimbingan bagi guru muda untuk menghubungkan status keguruan dengan hubungan transenden nilai-nilai, tujuan, dan relasi guru dengan sesama serta dunia," katanya dalam rilis YKTI-Yayasan Insan Sekolah Kasih (YISK) diterima di Magelang, Sabtu.
Yayasan Kawan Tumbuh Indonesia (YKTI) --bergerak di bidang pendidikan dan pendampingan, khususnya kepemimpinan dan manajemen sekolah-- bekerja sama dengan Yayasan Insan Sekolah Kasih (YISK) menyelenggarakan kegiatan "Young Teacher Growth Camp (YTGC)" di Semarang, selama 25-26 Juli 2025.
Program pelatihan intensif berbasis nilai dan refleksi profesi untuk guru-guru muda diampu pelatih-pelatih guru yang mumpuni. Peserta kegiatan itu, 29 orang berasal dari sejumlah kota, seperti Semarang, Pekalongan, Purbalingga, Sragen, Sleman, dan Batam.
Para pelatih, antara lain HJ Sriyanto (guru, penulis buku, Ketua YKTI) membawakan materi "Spiritualitas Panggilan dan Instructional Leadership", Ig Kingkin Teja Angkasa (learning & development YKTI) membawakan materi "Pipeline Leadership dan Inside-out Paradigm", Elizabet Indira (psikolog, dosen SCU, dan pendiri Talenta) membawakan materi "Mental Health and Wellbeing", dan Novi Prastyawan (mentor kewirausahaan berbasih AI, Komdigi) mengantarkan materi "AI Sebagai Pendukung Pembelajaran".
Berbagai materi tersebut dikenalkan dan dilatihkan atas dasar temuan bahwa banyak guru muda tidak mendapatkan bekal cukup untuk menjadi guru bagi muridnya.
Keterangan pers itu menyatakan tidak banyak sekolah secara khusus menaikkan kapasitas guru muda, baik dengan bekal konseptual maupun cara-cara praktis.
Akibatnya, banyak guru muda mengeluh dan semangat menggebu-gebu mereka ketika pertama kali menjadi guru begitu cepat padam ketika mereka tidak didampingi lembaga dan guru-guru senior.
Mereka terkesan dilepas begitu saja karena diandaikan sudah tahu tentang hal yang harus dikerjakan.
Kegiatan YTGC dengan didukung, antara lain PUKAT, Rotary, Restu Group, dan Alfalink itu, menawarkan oasis sebagai komunitas guru muda pembelajar, supaya mereka tahu arah hidup yang selaras dengan visi-misi lembaga sekolah.
Selain itu, mereka mampu menyusun strategi mengajar, memiliki kapasitas pemimpin pembelajaran yang tepercaya, dan meyakini bahwa guru profesi tepat pilihannya.
Guru muda layak bertumbuh tidak saja sebagai pengajar yang profesional, akan tetapi menjadi pemimpin pembelajaran.
Untuk itu, mereka memerlukan ruang bertumbuh yang kolaboratif, penguasaan strategi mengajar yang mumpuni, dan pemahaman diri yang utuh tentang pilihan profesinya.
Kingkin Teja Angkasa mengemukakan bahwa guru muda perlu mengetahui dan berani menghidupi budaya belajar dengan mentor yang tepat dan ukuran-ukuran keberhasilan.
Prinsip-prinsip dasar tersebut, katanya, bukan untuk menjadikan guru muda semata-mata kokoh, melainkan justru bisa dinamis menghadapi tantangan zaman ke depan yang riuh dengan perubahan dan ketidakpastian.
"Bagaimana menyiapkan diri ke sana dibekalkan dalam dua materi yang secara empirik sudah dan bakal berjalan beriringan, yakni tentang pemanfaat teknologi akal imitasi (AI), sekaligus tentang bagaimana tetap bisa menjadi pribadi autentik yang berkesadaran dan waras secara mental," katanya.

