Magelang (ANTARA) - Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) 2025 memperkuat pribadi-pribadi umat Katolik Kevikepan Kedu dalam merawat alam karena menjadi sumber pemenuhan kebutuhan pangan secara berkelanjutan, kata Vikaris Episkopal (Vikep) Kedu Romo Antonius Dodit Haryono.
"Peringatan ini mengingatkan masyarakat dan umat, melalui HPS, menjadi pribadi yang merawat alam, agar hak atas pangan, membangun hidup bersama yang lebih baik," katanya dalam peringatan HPS 2025 Kevikepan Kedu di halaman kompleks Gereja Santo Antonius Padua Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah di Magelang, Jumat sore.
Peringatan HPS 2025 dengan tema "Hak Atas Pangan untuk Kehidupan dan Masa Depan yang Lebih Baik" diselenggarakan Gereja Kevikepan Kedu (gereja-gereja paroki di Kabupaten Magelang, Temanggung, dan Kota Magelang) selama 17-20 Oktober 2025.
Kegiatan dimulai dengan kirab sembilan gunungan hasil bumi dan olahan pangan oleh umat mengenakan berbagai pakaian adat Jawa dan iringan tabuhan musik kesenian rakyat serta drum band pelajar. Kirab jalan kaki sejauh sekitar dua kilometer itu, dimulai dari halaman Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM) menuju halaman kompleks Gereja Santo Antonius Padua Muntilan.
Setiap gunungan hasil bumi dan olahan pangan diletakkan di halaman gereja untuk diperebutkan secara tertib dan meriah oleh umat serta warga yang hadir dalam acara pembukaan tersebut. Rangkaian kegiatan lainnya, seperti bazar UMKM dengan 43 gerai, festival band, pementasan tarian, wayang, musik, dan teater, dan misa peringatan HPS 2025.
Ia menjelaskan HPS dilahirkan oleh 142 anggota Badan PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO) --termasuk Indonesia-- dalam konferensi umum ke-20 pada 1979. Peringatan HPS jatuh pada 16 Oktober yang pertama kali dilaksanakan pada 1981.
"Ini perayaan dunia, dan tentu saja lewat HPS, seluruh dunia sampai tingkatan terendah ambil bagian," ucapnya.
Ia mengemukakan alam sebagai anugerah Tuhan harus dikelola dengan baik karena mengelola alam dengan baik maka alam akan memberikan yang terbaik untuk kehidupan umat manusia.
Alam, katanya, memberikan bahan pokok untuk kebutuhan hidup manusia.
"Kita syukuri alam ciptaan Tuhan, kita menjaga, merawat, dan mengelola alam, karena kita 'nunut ngeyup' (menumpang berteduh) di dunia," katanya.
Bupati Magelang Grengseng Pamuji menjelaskan upaya secara saksama membangun kedaulatan pangan dimulai dari kesadaran pribadi manusia yang kemudian berkembang menjadi langkah kolektif mewujudkan hal tersebut.
"Ketika semua komponen masyarakat melakukan hal yang sama, membangun kebersamaan, maka kedaulatan pangan bukan hanya mimpin, tetapi harapan yang bisa kita wujudkan bersama," ucapnya.
Ia mengatakan persoalan terkait dengan pangan menjadi tanggung jawab semua komponen masyarakat, pemerintah, dan kekuatan bangsa.
Ia menyatakan kedaulatan pangan menjadi tantangan zaman karena spirit saat ini bukan sekadar persoalan pangan, tetapi sudah masuk dalam ranah dominasi ekonomi dan politik.
Oleh karena itu, ia menyatakan pentingnya membangkitkan spirit kedaulatan pangan tersebut.
Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Kevikepan Kedu Romo Agustinus Giyono mengatakan peringatan HPS mengangkat dan menghidupkan UMKM di kevikepan setempat.
Gereja kevikepan setempat, antara lain memberikan perhatian kepada umat yang menjadi pelaku UMKM, baik terkait dengan budi daya maupun pengolahan hasil pertanian, peternakan, dan perkebunan.
"Ada sebagian dari bantuan Aksi Puasa Pembangunan (APP) untuk permodalan mereka, tergantung situasi di paroki-paroki yang berbeda-beda, untuk mendukung kehidupan umat," katanya.

