Semarang (ANTARA) - "Halo kawan mari semua, mendengar dongeng bersama-sama. Dongengnya bagus, seru menarik, membuat kita tak jemu-jemu", seru Hisyam, bersenandung penuh semangat
Siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri Kalisapu 02, Kabupaten Tegal itu mengajak kawan-kawannya untuk mendengarkan kisah fabel yang diciptakannya sendiri.
Meski baru duduk di kelas V SD, sulung dari dua bersaudara itu ternyata pintar menulis dongeng hewan, salah satunya "Nemo si kelinci yang gemar belajar" yang dibawakannya saat itu.
"Di sebuah desa yang bernama Desa Satwa di Kabupaten Tegal, hiduplah seekor kelinci mungil bernama Nemo. Dia memiliki banyak teman, salah satunya bernama Kiki," katanya, mengawali cerita.
Kawan-kawannya pun antusias mendengarkan cerita yang disampaikan pemilik nama lengkap Hisyam Alwi Syabana itu dengan sangat bersemangat dan enerjik.

Tak hanya kata-kata, gerak tubuhnya pun ikut melengkapi pembacaan dongeng yang membuat kawan-kawannya semakin larut dalam alur cerita yang disampaikan.
Dalam dongengnya, siswa kelahiran Kabupaten Tegal, 13 Juni 2014 itu juga menyelipkan tentang permainan tradisional daerahnya, seperti engklek, gobak sodor, dan lompat tali.
Di akhir dongeng, ia kembali menguatkan pesan kepada kawan-kawannya untuk terus rajin belajar, terutama dengan banyak membaca buku, sebagaimana Nemo si kelinci mungil, diiringi riuh tepuk tangan.
Di SDN Kalisapu 02, tak hanya Hisyam yang piawai bercerita, tapi ada banyak siswa yang memang digembleng secara khusus untuk mengasah bakatnya di bidang storytelling.
Storytelling adalah proses menyampaikan cerita, baik fiksi maupun non fiksi, secara lisan maupun tulisan dengan tujuan untuk menyampaikan pesan, informasi, atau untuk menghibur.
Program Sabuk Besi
Dina Fuji Handayani, Kepala SDN Kalisapu 02 Kabupaten Tegal adalah sosok yang berinovasi untuk meningkatkan literasi bagi siswa-siswinya melalui program Sorotan Aksi Bacaan Unik Bersama Kami (Sabuk Besi).
Uniknya, sekolah tersebut tidak memiliki ruang perpustakaan khusus, melainkan hanya punya pojok baca yang ada di setiap kelas, lorong baca, dan gazebo baca.
Meski sekolah tidak punya perpustakaan yang memadai, tidak menyurutkan keinginannya untuk berinovasi dengan memaksimalkan potensi yang ada.
Tak kurang akal, perempuan kelahiran Bekasi, 16-4-1988 itu mencukupi stok buku di pojok baca, lorong baca, dan gazebo baca agar bisa dibaca oleh siswa-siswinya di kala senggang.
Bahkan, SDN Kalisapu 02 Kabupaten Tegal baru saja membeli 100 judul buku yang berasal dari dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk melengkapi koleksi buku bacaan di sekolah.
Di setiap momentum kenaikan kelas, setiap siswa juga diharapkan menyumbang satu judul buku bacaan anak-anak sehingga semakin banyak buku yang tersaji.
Gayung bersambut, para siswa ternyata sangat bersemangat membaca dan rata-rata setiap minggu sanggup menyelesaikan satu judul buku.
Tidak sekadar membaca, siswa juga diasah kemampuan untuk menceritakannya kembali, atau mendongengkannya di hadapan kawan-kawan dalam semacam pertunjukan di depan kelas.
"Kami coba dulu (program Sabuk Besi) selama tiga bulan. Kan harus ada masa percobaan. 2024 awal, kami mantap lakukan program ini dan Alhamdulillah berjalan," kata fasilitator PINTAR Tanoto Foundation tersebut.
Hasilnya, beberapa kali penghargaan dalam lomba bercerita dan menulis dongeng berbagai level sukses disabet oleh sekolah tersebut, diiringi dengan kenaikan tingkat literasi 10 poin menjadi 93,33 poin pada 2024.
Perpustakaan digital
Diakui Dina, kesuksesan program Sabuk Besi merupakan hasil kerja sama berbagai pihak, baik siswa, guru, maupun kalangan orang tua yang turut memberikan dukungan.
Apalagi, banyak manfaat yang didapatkan dari program tersebut, khususnya dalam pembelajaran karena membuat siswa lebih terlatih untuk memahami soal pelajaran dan meningkatkan kepercayaan diri.
Karena terbiasa atau sering membaca dan menceritakannya kembali, siswa menjadi lebih mudah untuk mencerna materi soal yang diberikan oleh guru di sekolah.
Siswa-siswi yang semula cenderung pendiam di kelas juga berhasil dilatih agar lebih percaya diri untuk mengekspresikan bakatnya, salah satunya Hisyam.
Dengan program Sabuk Besi, secara berkala diadakan kompetisi bercerita yang melibatkan seluruh siswa, mulai kelas I-VI dengan menjaring anak-anak yang memiliki kemampuan lebih untuk bercerita.
"Pelaksanaannya di kelas, saat pelajaran sudah selesai. Mereka bisa cerita apa saja dari yang mereka baca, bahkan ada yang (menyampaikan) cerita sendiri. Siapa yang terbaik akan ditempatkan, diberikan piala dan slempang sebagai duta baca," jelasnya.
Kini, program Sabuk Besi di SDN Kalisapu 02 Kabupaten Tegal juga sudah diakui dan tercatat dalam surat keputusan (SK) sebagai program bidang pendidikan dari pemerintah daerah setempat.
Namun, lulusan magister Universitas Terbuka itu masih belum puas, sebab perjuangannya masih panjang dan ada mimpi yang ingin diwujudkannya, yakni perpustakaan digital.
Pada tahun ini, Dina ingin menghadirkan perpustakaan digital di sekolah untuk lebih memudahkan para siswa dalam mengakses beragam judul cerita dan dongeng.
Kesuksesan program Sabuk Besi SDN Kalisapu 02 adalah bukti betapa pentingnya literasi di kalangan anak-anak, sebagai solusi di tengah serbuan game dan tontonan tidak mendidik yang menyerang lewat gadget.