Semarang (ANTARA) - Bakal calon wakil wali kota Semarang Ady Setiawan atau Mas Wawan telah menyiapkan program "Sabuk Semarang" untuk mengatasi banjir di daerah itu.
"Sabuk Semarang itu program infrastruktur drainase mulai Tembalang, turun ke Pedurungan, Genuk, Tanjung Mas, geser ke Tugu, Mangkang, Ngaliyan, Mijen, Gunungpati, Banyunik," katanya, di Semarang, Sabtu malam.
Menurut dia, drainase yang mengelilingi seluruh wilayah sebenarnya saling berkaitan, termasuk di kawasan Semarang atas dan bawah yang nantinya akan dibereskan melalui program Sabuk Semarang,
"Sabuk Semarang yang mengelilingi ini harus dibereskan semua saluran, sesuai level saluran yang ada," kata Wawan yang pernah memimpin perusahaan daerah air minum (PDAM) di empat kota itu, yakni Kabupaten Grobogan, Kota Pangkal Pinang, Kabupaten Jember, dan Kabupaten Indramayu.
Diakuinya, kondisi drainase saat ini tidak maksimal sehingga kerapkali ketika hujan deras mengguyur membuat jalan tergenang air, sementara saluran air di sisi kanan dan kiri jalan belum dipenuhi air.
"Jadi, jalan sudah penuh (air, red.), tapi saluran belum penuh. Ini drainase tidak sinkron dengan jalan. Sudah harus (pakai, red.) model melintang, 'cross drain'," kata doktor ilmu hukum dan manajemen itu.
Menurut dia, pembangunan jalan dan drainase kerap tidak sinkron karena dilakukan menggunakan model penunjukan langsung (PL) yang berjalan sepotong-sepotong, padahal harus dengan satu perencanaan terintegrasi.
Soal kultur, kata bakal calon wakil wali kota dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu, juga turut menentukan keberhasilan program Sabuk Semarang sehingga masyarakat juga harus terlibat aktif.
Ia yakin banjir yang menjadi permasalahan di Kota Semarang bisa terselesaikan, sebab Belanda saja bisa membangun kota yang letaknya berada di bawah ketinggian permukaan air laut.
Pulang kampung
Mengenai keinginannya maju dalam kontestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Semarang, Wawan yang juga putra asli Semarang mengaku tergerak untuk pulang kampung membangun daerahnya.
"Setelah 14 tahun melanglang buana, saya ingin kembali ke Kota Semarang. Saya tidak ingin jadi penguasa, tidak ingin jadi pejabat. Tapi bagaimana bisa membangun Kota Semarang menjadi lebih baik," katanya.
Selain itu, Wawan juga menegaskan komitmennya terhadap kebebasan pers karena pemberitaan kritis justru bisa menjadi sarana menjaring aspirasi dan masukan bagi pemimpin dalam menjalankan tugasnya.
"Jadi pemimpin jangan baper. Biar saja, itu aspirasi yang harus digali. Asalkan ada mekanismenya, verifikasi, klarifikasi, dan hak jawab. Jangan sedikit-sedikit minta berita di-'take down'," katanya.
Bahkan, mantan Ketua Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Jawa Tengah itu juga mengecam keras kriminalisasi terhadap jurnalis, sebab keberadaan media menjadi pilar keempat demokrasi.
"Kalau ada berita miring, biarkan saja. Lakukan verifikasi, klarifikasi dan hak jawab. Tulisan harus dibalas dengan tulisan, bukan dengan 'take down' (berita), apalagi kriminalisasi," katanya.