Purwokerto (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menginventarisasi mata air di wilayah itu untuk mengantisipasi bencana kekeringan pada musim kemarau tahun ini.
Pelaksana Harian Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Barkah di Purwokerto, Banyumas, Senin, mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai upaya antisipasi bencana kekeringan meskipun dalam beberapa hari terakhir masih sering terjadi hujan.
"Bahkan, hujan yang cukup lebat terjadi pada hari Jumat (18/4) dan di Kecamatan Sumbang disertai angin puting beliung. Namun kami tetap melakukan mitigasi untuk mengantisipasi potensi bencana kekeringan pada musim kemarau," katanya menjelaskan.
Menurut dia, beberapa upaya yang dilakukan berupa koordinasi dengan berbagai pihak termasuk Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait prediksi awal musim kemarau.
Ia mengatakan, berdasarkan informasi dari BMKG, Kabupaten Banyumas akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei dan puncaknya berlangsung sekitar bulan Juni-Juli.
Selain itu, kata dia, musim kemarau tahun 2025 di Provinsi Jawa Tengah secara umum diprediksi cukup panjang, sehingga harus diantisipasi sebagai bentuk kesiapsiagaan terhadap potensi bencana kekeringan.
"Kemarin kami sudah mulai menginventarisasi sumber-sumber mata air yang berpotensi untuk pengambilan air yang akan disalurkan ke wilayah-wilayah yang membutuhkan, karena BPBD sebenarnya untuk pemenuhan kebutuhan air bersihnya itu 'kan darurat," katanya.
Dengan demikian, kata dia, hal itu seharusnya juga didukung oleh Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) maupun dinas terkait yang menjalankan fungsi penyediaan air bersih, sehingga tidak hanya untuk kedaruratan, tetapi secara permanen untuk kebutuhan masyarakat dalam jangka panjang.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan saat Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Banyumas pihaknya telah mengusulkan penyediaan sarana-prasarana air bersih di daerah rawan kekeringan tidak hanya untuk pemenuhan pada masa darurat bencana, tetapi sebagai bentuk penanganan jangka panjang terhadap bencana kekeringan.
Menurut dia, sumber-sumber mata air yang telah diinventarisasi itu tidak hanya yang dikelola Perumdam Tirta Satria Banyumas maupun mata air yang ada di lingkungan masyarakat seperti di Kecamatan Purwojati, juga sumber air yang selama ini digunakan oleh perusahaan semen di Ajibarang.
"Alhamdulillah selama ini kami mengambil sumber air pabrik semen Bima untuk kebutuhan penyaluran bantuan air bersih itu secara gratis," katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya juga telah mengirimkan bantuan berupa toren atau tandon air untuk desa-desa rawan kekeringan.
Disinggung mengenai jumlah desa rawan kekeringan, dia mengatakan pihaknya saat ini sedang mereviu ulang wilayah rawan bencana di Kabupaten Banyumas termasuk di dalamnya desa rawan kekeringan.
"Namun berdasarkan pemetaan saat terjadi kemarau panjang pada tahun 2023 tercacat sebanyak 81 desa di 19 kecamatan yang rawan kekeringan. Sementara pada tahun 2024 terdapat 65 desa di 18 kecamatan yang mengalami kekeringan," katanya.
Ia mengakui jumlah desa di Kabupaten Banyumas yang terdampak kekeringan pada tahun 2024 tidak sebanyak tahun 2023.
Ia menduga hal itu disebabkan musim kemarau tahun 2024 tidak terlalu panjang dan kadang masih terjadi hujan, juga karena adanya bantuan pembangunan sumur bor dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan) di sejumlah wilayah Banyumas.
"Kehadiran sumur bor bantuan dari Kemenhan setidaknya mengurangi dampak kekeringan pada musim kemarau di Banyumas," kata Barkah.