Tegal (ANTARA) - Di sudut padat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, berdiri sebuah sekolah dasar yang sederhana, SD Negeri Kalisapu 02. Gedung-gedung yang tak luas dan lorong-lorong sempit menjadi saksi keterbatasan ruang untuk belajar.
Tak ada perpustakaan yang memadai, tidak pula sudut baca yang nyaman bagi siswa-siswi yang haus akan bacaan.
Namun, dari ruang-ruang sempit itulah, semangat perubahan justru menyala.
Dipimpin oleh Dina Fuji Handayani, kepala sekolah muda berusia 37 tahun, SDN Kalisapu 02 perlahan menulis babak baru dalam perjalanan literasinya.
Ketika pertama kali dilantik menjadi kepala sekolah, Dina menghadapi kenyataan berat. Selain fasilitas yang terbatas, ia juga harus membuktikan diri di tengah pandangan skeptis sebagian pihak yang meragukan kemampuannya memimpin di usia muda. Alih-alih berkecil hati, Dina memilih untuk mendekatkan diri pada guru, siswa, dan orang tua. Ia hadir di tengah mereka, tidak hanya sebagai pemimpin, tetapi sebagai sahabat dan pendamping perubahan.
Lahir di Bekasi, Dina telah membaktikan dirinya untuk dunia pendidikan sejak usia muda. Selain mengajar lebih dari 15 tahun, ia juga aktif sebagai Fasilitator Daerah Tanoto Foundation, mendampingi pengembangan mutu pendidikan dasar di berbagai sekolah. Pengalaman ini memperkaya perspektifnya dalam membangun ekosistem pembelajaran yang kolaboratif dan berpihak pada murid.
"Belajar bisa dilakukan di mana saja, bahkan dalam keterbatasan," ujar Dina. Prinsip sederhana ini kemudian melahirkan program Sabuk Besi, akronim dari Sorotan Aksi Bacaan Unik Bersama Kami, sebuah inovasi literasi berbasis ekspresi.
Melalui Sabuk Besi, ruang-ruang seadanya diubah menjadi panggung membaca. Anak-anak tidak sekadar membaca, tetapi juga menjiwai cerita, bermain peran, dan menampilkan isi bacaan mereka dalam pertunjukan kecil di kelas, sudut baca, atau di halaman sekolah. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan minat baca, tetapi juga membangun kepercayaan diri, kreativitas, dan kemampuan berbicara siswa di depan umum.
Dampaknya mulai terasa nyata. Nilai literasi SDN Kalisapu 02 dalam rapor pendidikan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2023, skor literasi sekolah tercatat sebesar 83,33, dan melonjak menjadi 93,33 pada tahun 2024. Sebuah lompatan 10 poin yang mencerminkan keberhasilan transformasi budaya membaca di sekolah ini.
Tidak hanya itu, beberapa siswa berhasil meraih juara satu lomba bercerita dan literasi tingkat Kabupaten Tegal. Program Sabuk Besi juga mengantarkan Kabupaten Tegal meraih penghargaan di ajang Innovation Government Award (IGA) 2024, dan kini telah diakui secara resmi melalui Surat Keputusan Bupati sebagai program inovatif daerah.
Tidak hanya siswa yang bertumbuh, para guru pun terinspirasi untuk berinovasi dalam metode pembelajaran. Orang tua yang sebelumnya hanya sebagai pengantar anak kini turut aktif terlibat dalam berbagai program sekolah. Perlahan, SDN Kalisapu 02 menjelma menjadi komunitas belajar yang hidup.
Dalam refleksi Hari Kartini tahun ini, Dina mengungkapkan, "Kartini mengajarkan kita bahwa perubahan besar dimulai dari keberanian kecil. Dari satu buku, satu kelas, dan satu keyakinan, perempuan bisa membuka jalan bagi ribuan mimpi."
Baginya, sekolah bukan sekadar tempat belajar, melainkan ruang untuk tumbuh, bermimpi, dan membangun masa depan. Dina berharap ke depan dapat memperluas program literasi berbasis ekspresi ini, mempererat kolaborasi dengan komunitas, dan membuka lebih banyak ruang kreasi bagi siswa-siswinya.
Kisah Dina Fuji Handayani membuktikan bahwa perubahan tidak selalu berawal dari gedung megah atau fasilitas serbaada. Kadang, perubahan besar lahir dari niat sederhana, dari tangan yang sabar membimbing, dan dari keberanian seorang perempuan yang percaya bahwa masa depan dapat dibentuk, bahkan dari ruang-ruang kecil di sudut kota.
Pada Hari Kartini ini, perjuangan Dina dari Kota Tahu Aci, julukan Kabupaten Tegal, menjadi pengingat bahwa perempuan memiliki kekuatan untuk menyalakan cahaya, bahkan dari tempat-tempat yang paling sederhana, dan menerangi jalan bagi generasi masa depan. ***