Pemprov Jateng ingin perluas replikasi "Pandawa Kita"
Semarang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) ingin model bisnis Kios Pangan Aman Tersedia untuk Warga Kita (Pandawa Kita) diperluas replikasinya di kabupaten/kota di provinsi ini untuk mengendalikan inflasi.
Sekretaris Daerah Jateng Sumarno, di Semarang, Kamis (2/5), mengatakan bahwa model bisnis Pandawa Kita sudah diterapkan Pemerintah Kota Semarang dengan penjualan komoditas dengan harga murah.
Saat ini, sudah ada delapan kabupaten/kota yang telah mereplikasi konsep Pandawa Kita, yakni Kota Surakarta, Kota Tegal, Kabupaten Kudus, Banyumas, Wonogiri, Cilacap, Wonosobo, dan Rembang.
"Kami berharap Pandawa Kita juga direplikasi di kabupaten/kota lain," katanya, mengingat selama ini sangat membantu masyarakat dengan cara memotong rantai distribusi sehingga harga lebih murah dibanding pasaran.
Di Kota Semarang, Kios Pandawa Kita yang merupakan hasil kolaborasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Semarang dan Perwakilan Bank Indonesia Jateng ada di Pasar Kanjengan Semarang.
Ia menyebutkan indikator makro inflasi di Jateng pada April 2024 dalam kondisi aman dan terkendali, dengan tingkat inflasi sebesar 0,20 persen (month to month) atau lebih rendah dari nasional sebesar 0,25 persen.
Menurut dia, inflasi Jateng yang terkendali tidak lepas dari peran berbagai pihak, baik Pemprov Jateng, pemerintah kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan terkait dalam upaya menjaga ekonomi makro.
"Inflasi harus dipantau setiap hari karena perkembangannya sangat dinamis, sehingga kolaborasi bersama untuk mengendalikan inflasi harus dilakukan," kata Sumarno di Kantor BPS Jateng.
Berbagai upaya dilakukan, di antaranya meningkatkan sinergi antara pemprov dan pemkab/pemkot untuk melaksanakan program-program pengendalian inflasi, seperti Gerakan Pangan Murah (GPM), cadangan pangan pemerintah, pemberian subsidi harga pangan, serta fasilitasi distribusi pangan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Dadang Hadiwan menyebutkan bahwa inflasi Jateng pada periode April 2024 tercatat sebesar 0,20 persen.
"Dilihat dari kelompok pengeluaran, inflasi April 2024, salah satunya dipengaruhi transportasi, terutama transportasi antarkota, perawatan pribadi, dan jasa lainnya," katanya.
Ada lima komoditas dengan andil atau sumbangan inflasi bulanan dibandingkan antara Maret dengan April 2024, yaitu bawang merah, emas perhiasan, angkutan antarkota, bawang putih, dan minyak goreng.
"Di sisi lain, andil deflasi terjadi karena komoditas beras, telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, dan buncis," kata Dadang pula.
Baca juga: BI: Toko Pandawa Kita direplikasi di delapan daerah tekan inflasi
Sekretaris Daerah Jateng Sumarno, di Semarang, Kamis (2/5), mengatakan bahwa model bisnis Pandawa Kita sudah diterapkan Pemerintah Kota Semarang dengan penjualan komoditas dengan harga murah.
Saat ini, sudah ada delapan kabupaten/kota yang telah mereplikasi konsep Pandawa Kita, yakni Kota Surakarta, Kota Tegal, Kabupaten Kudus, Banyumas, Wonogiri, Cilacap, Wonosobo, dan Rembang.
"Kami berharap Pandawa Kita juga direplikasi di kabupaten/kota lain," katanya, mengingat selama ini sangat membantu masyarakat dengan cara memotong rantai distribusi sehingga harga lebih murah dibanding pasaran.
Di Kota Semarang, Kios Pandawa Kita yang merupakan hasil kolaborasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Semarang dan Perwakilan Bank Indonesia Jateng ada di Pasar Kanjengan Semarang.
Ia menyebutkan indikator makro inflasi di Jateng pada April 2024 dalam kondisi aman dan terkendali, dengan tingkat inflasi sebesar 0,20 persen (month to month) atau lebih rendah dari nasional sebesar 0,25 persen.
Menurut dia, inflasi Jateng yang terkendali tidak lepas dari peran berbagai pihak, baik Pemprov Jateng, pemerintah kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan terkait dalam upaya menjaga ekonomi makro.
"Inflasi harus dipantau setiap hari karena perkembangannya sangat dinamis, sehingga kolaborasi bersama untuk mengendalikan inflasi harus dilakukan," kata Sumarno di Kantor BPS Jateng.
Berbagai upaya dilakukan, di antaranya meningkatkan sinergi antara pemprov dan pemkab/pemkot untuk melaksanakan program-program pengendalian inflasi, seperti Gerakan Pangan Murah (GPM), cadangan pangan pemerintah, pemberian subsidi harga pangan, serta fasilitasi distribusi pangan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Dadang Hadiwan menyebutkan bahwa inflasi Jateng pada periode April 2024 tercatat sebesar 0,20 persen.
"Dilihat dari kelompok pengeluaran, inflasi April 2024, salah satunya dipengaruhi transportasi, terutama transportasi antarkota, perawatan pribadi, dan jasa lainnya," katanya.
Ada lima komoditas dengan andil atau sumbangan inflasi bulanan dibandingkan antara Maret dengan April 2024, yaitu bawang merah, emas perhiasan, angkutan antarkota, bawang putih, dan minyak goreng.
"Di sisi lain, andil deflasi terjadi karena komoditas beras, telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, dan buncis," kata Dadang pula.
Baca juga: BI: Toko Pandawa Kita direplikasi di delapan daerah tekan inflasi