Semarang (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah menyebutkan bahwa komoditas bawang merah menjadi salah satu penyumbang inflasi pada periode November 2025.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BI Jateng Andi Reina Sari, di Semarang, Rabu, inflasi pada periode laporan, terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dengan andil 0,12 persen.
Ia mengatakan komoditas penyumbang inflasi pada kelompok tersebut, antara lain berasal dari kenaikan harga bawang merah, kacang panjang, dan cabai merah.
Berdasarkan Early Warning System Kementerian Pertanian, produksi bawang merah pada November 2025 merupakan produksi yang terendah selama tahun 2025, antara lain disebabkan oleh harga benih yang tinggi dan serangan hama.
Lebih lanjut, kata dia, faktor cuaca yang kurang bersahabat juga menghambat pasokan dari sentra produksi bawang merah dan cabai merah di Jateng.
Selain itu, inflasi juga disumbang oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil sebesar 0,04 persen.
Inflasi pada kelompok tersebut didorong oleh kenaikan harga komoditas emas perhiasan (andil 0,04 persen) seiring dengan harga emas dunia yang berada pada tren meningkat pada November 2025.
Peningkatan harga emas terjadi sejalan dengan kenaikan permintaan investor terhadap aset "safe haven" yang seiring dengan ketegangan geopolitik global yang masih berlanjut.
Kemudian, ekspektasi pemangkasan kembali suku bunga The Fed pada triwulan IV 2025, serta kekhawatiran terhadap penutupan sementara pemerintahan (government shutdown) Amerika Serikat yang baru terselesaikan pada 12 November 2025.
Berdasarkan data Trading Economics, kata dia, harga emas dunia meningkat hingga sebesar 5,97 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan 60,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan tekanan inflasi lebih lanjut didorong oleh kelompok transportasi yang mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,02 persen, seiring dengan kenaikan tarif angkutan udara hampir pada semua rute dan maskapai.
Kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan peningkatan harga avtur dan peningkatan permintaan menjelang akhir tahun.
Sejalan dengan itu, Provinsi Jateng mengalami inflasi sebesar 0,19 persen (month to month) pada November 2025, lebih rendah dari bulan sebelumnya (0,40 persen), sejalan capaian inflasi nasional yang juga menurun, dari 0,28 persen menjadi 0,17 persen.
Secara tahunan, inflasi Provinsi Jateng sebesar 2,79 persen (year on year), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,72 persen (yoy).
Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jateng mengalami inflasi bulanan, dengan inflasi tertinggi di Kabupaten Wonosobo sebesar 0,23 persen (mtm), sementara terendah berlangsung di Kota Tegal, Purwokerto, dan Cilacap masing-masing sebesar 0,14 persen (mtm).

