Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang terus menggencarkan sosialisasi penyebaran nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia sebagai strategi baru untuk mengatasi penularan kasus demam berdarah dengue di Indonesia.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Semarang, Senin, mengatakan sosialisasi tersebut digencarkan untuk memberikan edukasi, mengingat ada masyarakat yang menolak nyamuk ber-Wolbachia.
Menurut Ita, sapaan akrab Hevearita, adanya masyarakat yang melakukan penolakan sebenarnya diakibatkan kurangnya sosialisasi dari pemerintah yang membuat mereka tidak memahami apa sebenarnya metode nyamuk ber-Wolbachia.
"Saya melihat di wilayah lain mungkin tidak jadi pilot project (proyek percontohan), tidak pakai tahapan-tahapan sosialisasi sehingga langsung, istilahnya dikasih bibit dan langsung seketika itu. Mungkin ada anggapan membawa bibit penyakit," katanya.
Kota Semarang terpilih sebagai salah satu di antara lima kabupaten/kota yang menjadi proyek percontohan Penyelenggaraan Teknologi Nyamuk Aedes Aegypti Ber-Wolbachia.
Penetapan itu tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1341/2022 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Penanggulangan Dengue dengan Metode Wolbachia.
"Masyarakat jangan khawatir akan penyebaran nyamuk Wolbachia. Kami lihat potensi wilayah penyebaran penyakit demam berdarah tinggi saat musim hujan, yaitu di Banyumanik dan Tembalang," katanya.
Pemkot Semarang telah beberapa kali melakukan sosialisasi terkait dengan Wolbachia, dengan wilayah utama yang mendapatkan sosialisasi dari Dinkes Semarang adalah zona yang banyak kasus DBD.
"Intinya masyarakat jangan khawatir, jangan takut karena kalau program dari pemerintah itu tidak bakal menjerumuskan. Tidak mungkin untuk membuat malah nambah banyak penyakit," katanya.
"Justru pencegahan-pencegahan itu kan sebenarnya alami, tidak pakai zat kimia, karena ini kan nyamuknya membuat yang betina tidak bisa bertelur dan mengurangi nyamuk bertelur," katanya.
Ia meminta masyarakat tetap melaksanakan pemeriksaan jentik nyamuk (PJN) dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan rumah secara rutin, yakni dua kali dalam seminggu.
Di Kota Semarang, strategi nyamuk Wolbachia dengan meluncurkan program Wolbachia Ing Kota (Wingko) Semarang pada akhir Mei lalu di Kecamatan Tembalang yang memiliki kontur padat penduduk, banyak pepohonan, dan genangan air.
Strategi nyamuk Wolbachia dilakukan dengan menyebar nyamuk-nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor penyakit DBD yang sudah disuntikkan bakteri Wolbachia agar kemudian bisa kawin dengan nyamuk lain.
Bakteri Wolbachia diketahui bisa melumpuhkan virus dengue sehingga ketika nantinya nyamuk Aedes Aegypti menggigit manusia maka tidak akan menyebarkan virus dengue ke tubuh manusia atau istilahnya dimandulkan.
Penelitian tersebut sudah dilakukan dan diuji coba di Yogyakarta dan berhasil sehingga kemudian dilakukan replikasi di lima kota besar, yakni Semarang, Jakarta Barat, Bontang, Kupang, dan Bandung.
Implementasi Wingko Semarang baru terlihat minimal enam bulan sejak disebarkan karena membutuhkan waktu nyamuk untuk kawin, memasukkan bakteri Wolbachia, dan berkembang biak.