Semarang (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Semarang, Jawa Tengah menyampaikan bahwa program teknologi nyamuk Aedes Aegypti berwolbachia sebagai upaya pencegahan demam berdarah dengue (DBD) bakal dievaluasi awal tahun depan.
Kepala Dinkes Kota Semarang Dokter Abdul Hakam, di Semarang, Kamis, menyebutkan program Wingko Semarang (Wolbachia Ing Kota Semarang) dimulai di empat kecamatan, yakni Kecamatan Tembalang, Banyumanik, Gunungpati dan Mijen pada 31 Mei 2023.
Wolbachia adalah bakteri yang ada pada lalat buah yang kemudian disuntikkan ke dalam telur nyamuk Aedes Aegypti sehingga bisa menekan replikasi virus dengue, zika dan chikungunya.
Ia mengatakan bahwa hasil implementasi program penyebaran nyamuk berwolbachia di suatu wilayah hingga kawin dengan nyamuk Aedes Aegypti dan menyebabkannya fertil itu bisa ketahui dalam waktu 6-8 bulan.
"Karena berakhirnya di pertengahan 2024, evaluasi tidak bisa langsung setelah selesai. Nanti, di awal 2025 akan kami evaluasi," katanya.
Setelah nyamuk Aedes Aegypti yang disuntik bakteri wolbachia disebar dan ditumbuh kembangkan, kata dia, cukup memenuhi 60 persen per kecamatan untuk keberhasilan program tersebut.
Menurut dia, Kota Semarang dipilih oleh Kementerian Kesehatan sebagai salah satu kota yang menerapkan program teknologi nyamuk Aedes Aegypti berwolbachia.
Pada tahun ini, kata dia, Pemerintah Kota Semarang juga melakukan perluasan implementasi Wingko Semarang di 37 kelurahan yang tersebar di 12 kecamatan.
Ada sembilan kelurahan yang menjadi titik perdana perluasan program Wingko Semarang, yakni Kelurahan Brumbungan dan Pendrikan Lor (Kecamatan Semarang Tengah).
Kemudian, Kelurahan Barusari dan Lamper Tengah di Kecamatan Semarang Selatan, serta lima kelurahan, yakni Bojong salaman, Gisikdrono, Kembangarum, Krobokan dan Ngemplak Simongan di Kecamatan Semarang Barat.
"Program di 37 kelurahan tambahan ini nanti selesainya di pertengahan 2025. Jadi, evaluasinya nanti akan dilakukan di tahun 2026," kata Hakam.
Dari hasil implementasi yang dilakukan di Yogyakarta, program atau teknologi nyamuk berwolbachia tersebut terbukti bisa menurunkan angka kejadian infeksi dengue sebesar 77 persen.