Situasi pandemi, peringatan Hari Jadi Kota Magelang dikemas secara sederhana
Magelang (ANTARA) - Wali Kota Magelang, Jawa Tengah Muchamad Nur Aziz mengatakan peringatan hari jadi ke-1115 daerah itu pada tahun ini dikemas secara sederhana karena masih dalam situasi pandemi COVID-19 seperti tahun lalu.
Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz dalam keterangan tertulis di Magelang, Selasa, mengatakan hanya akan ada tiga acara pada Hari Jadi Ke-1115 Kota Magelang, yakni syukuran dan doa bersama, wayang kulit secara daring, serta acara virtual yang digagas kalangan milenial setempat.
"'Grebeg Getuk' tidak diadakan, karena kita masih zona kuning. Mungkin tahun 2022 ya, kalau zona kita sudah hijau atau pandemi sudah berakhir,” katanya.
Baca juga: Kota Magelang perpanjang PPKM mikro
Hari jadi Kota Magelang jatuh setiap 11 April berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989. Dalam beberapa tahun terakhir, puncak perayaan hari jadi kota itu ditandai dengan "Grebeg Getuk" di alun-alun setempat. Getuk khas Magelang, salah satu produk kuliner daerah itu yang dibuat warga secara turun-temurun dan dikembangkan kreasi, kemasan, dan pemasarannya hingga saat ini.
Ia mengatakan meskipun peringatan dilakukan secara sederhana, tidak mengurangi semangat warga merayakan dan memaknai dalam kaitan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memajukan daerah setempat.
"Saya harap gelora dan semangat hari jadi ini bisa mengena sampai ke hati OPD (Organisasi Perangkat Daerah), pejabat, ASN (Aparatur Sipil Negara), dan seluruh masyarakat. Kita ingin wujudkan visi dan misi kita, yang paling krusial adalah pengentasan kemiskinan,” katanya usai Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Musrenbang RKPD) Kota Magelang pada 2022 di Pendopo Pengabdian, Kompleks Rumah Dinas Wali Kota Magelang, Senin (29/3).
Terkait perayaan hari jadi Kota Magelang dengan melibatkan milenial, ia mengaku masih melakukan diskusi, terutama untuk memberikan kepastian bahwa kegiatan itu tidak mengakibatkan kerumunan orang karena riskan terjadi penularan COVID-19.
"Ini saya baru diskusi soal keterlibatan kalangan milenial, mau acara apa, yang jelas biar tidak mengundang kerumunan. Kami ingin kaum milenial tetap bisa kreatif di tengah pandemi COVID-19," katanya.
Turunkan kemiskinan
Ia mengatakan terkait upaya pemkot mendorong semua pihak bersama-sama menurunkan angka kemiskinan di daerah tersebut yang hingga saat ini tercatat 9.270 warga.
Data 2020 Pemerintah Kota Magelang, total jumlah warga kota itu 121.526 jiwa tersebar di tiga kecamatan dan 17 kelurahan dengan total luas daerah sekitar 18,54 kilometer persegi.
"Upaya menurunkan itu, menjadi tanggung jawab semua pihak. Saya harap di momen hari jadi ini, menjadi awal dari misi kami, masalah kemiskinan bisa teratasi, pendidikan semakin baik dan perekonomian lebih membaik lagi," katanya.
Menurut dia, strategi awal untuk mengatasi kemiskinan adalah keabsahan dan kevalidan data. Oleh karena itu, Dinas Sosial dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) harus bekerja sama untuk mendapatkan data angka kemiskinan yang diperbarui setiap bulan.
"Kebijakan itu mendasari pada data-data yang ada. Untuk itu saya minta supaya data-data diperbarui tidak hanya setahun sekali, apalagi sampai lima tahun, tapi sebulan sekali. Karena ekonomi masyarakat itu sangat dinamis, sehingga jangan terlalu lama data-data ini dijadikan acuan. Harus yang terbaru dan ter-update," katanya.
Baca juga: Kota Magelang ikuti verifikasi Anugerah Parahita Ekapraya 2021
Baca juga: Kota Magelang bakal kerja sama bidang pariwisata dengan Temanggung
Wali Kota Magelang Muchamad Nur Aziz dalam keterangan tertulis di Magelang, Selasa, mengatakan hanya akan ada tiga acara pada Hari Jadi Ke-1115 Kota Magelang, yakni syukuran dan doa bersama, wayang kulit secara daring, serta acara virtual yang digagas kalangan milenial setempat.
"'Grebeg Getuk' tidak diadakan, karena kita masih zona kuning. Mungkin tahun 2022 ya, kalau zona kita sudah hijau atau pandemi sudah berakhir,” katanya.
Baca juga: Kota Magelang perpanjang PPKM mikro
Hari jadi Kota Magelang jatuh setiap 11 April berdasarkan Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 6 Tahun 1989. Dalam beberapa tahun terakhir, puncak perayaan hari jadi kota itu ditandai dengan "Grebeg Getuk" di alun-alun setempat. Getuk khas Magelang, salah satu produk kuliner daerah itu yang dibuat warga secara turun-temurun dan dikembangkan kreasi, kemasan, dan pemasarannya hingga saat ini.
Ia mengatakan meskipun peringatan dilakukan secara sederhana, tidak mengurangi semangat warga merayakan dan memaknai dalam kaitan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memajukan daerah setempat.
"Saya harap gelora dan semangat hari jadi ini bisa mengena sampai ke hati OPD (Organisasi Perangkat Daerah), pejabat, ASN (Aparatur Sipil Negara), dan seluruh masyarakat. Kita ingin wujudkan visi dan misi kita, yang paling krusial adalah pengentasan kemiskinan,” katanya usai Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (Musrenbang RKPD) Kota Magelang pada 2022 di Pendopo Pengabdian, Kompleks Rumah Dinas Wali Kota Magelang, Senin (29/3).
Terkait perayaan hari jadi Kota Magelang dengan melibatkan milenial, ia mengaku masih melakukan diskusi, terutama untuk memberikan kepastian bahwa kegiatan itu tidak mengakibatkan kerumunan orang karena riskan terjadi penularan COVID-19.
"Ini saya baru diskusi soal keterlibatan kalangan milenial, mau acara apa, yang jelas biar tidak mengundang kerumunan. Kami ingin kaum milenial tetap bisa kreatif di tengah pandemi COVID-19," katanya.
Turunkan kemiskinan
Ia mengatakan terkait upaya pemkot mendorong semua pihak bersama-sama menurunkan angka kemiskinan di daerah tersebut yang hingga saat ini tercatat 9.270 warga.
Data 2020 Pemerintah Kota Magelang, total jumlah warga kota itu 121.526 jiwa tersebar di tiga kecamatan dan 17 kelurahan dengan total luas daerah sekitar 18,54 kilometer persegi.
"Upaya menurunkan itu, menjadi tanggung jawab semua pihak. Saya harap di momen hari jadi ini, menjadi awal dari misi kami, masalah kemiskinan bisa teratasi, pendidikan semakin baik dan perekonomian lebih membaik lagi," katanya.
Menurut dia, strategi awal untuk mengatasi kemiskinan adalah keabsahan dan kevalidan data. Oleh karena itu, Dinas Sosial dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) harus bekerja sama untuk mendapatkan data angka kemiskinan yang diperbarui setiap bulan.
"Kebijakan itu mendasari pada data-data yang ada. Untuk itu saya minta supaya data-data diperbarui tidak hanya setahun sekali, apalagi sampai lima tahun, tapi sebulan sekali. Karena ekonomi masyarakat itu sangat dinamis, sehingga jangan terlalu lama data-data ini dijadikan acuan. Harus yang terbaru dan ter-update," katanya.
Baca juga: Kota Magelang ikuti verifikasi Anugerah Parahita Ekapraya 2021
Baca juga: Kota Magelang bakal kerja sama bidang pariwisata dengan Temanggung