Solo (ANTARA) - Program Studi Pendidikan Teknik Informatika (PTI) Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar guest lecture internasional bertema AI in Education dengan menghadirkan Prof. Dr. Thomas Köhler dari Technische Universität Dresden, Germany, sebagai narasumber utama.
Kegiatan yang berlangsung secara daring ini dibuka dengan sambutan dari Ketua Program Studi PTI UMS, Sukirman, Ph.D., yang menekankan pentingnya kecerdasan artifisial dalam membentuk ekosistem pendidikan masa depan.
“Pemahaman AI tidak hanya penting dari sisi teknologi, tetapi juga dari sisi pedagogik dan pengembangan kompetensi manusia,” kata Sukirman di Solo, Jawa Tengah, Rabu.
Pada sesi utama, Thomas Köhler memaparkan bagaimana AI dan teknologi pembelajaran telah memengaruhi pendidikan tinggi di Jerman selama satu dekade terakhir. Ia menjelaskan meskipun struktur institusi pendidikan belum berubah secara drastis, AI telah mengubah cara mahasiswa mengakses informasi, cara belajar, serta peran dosen dalam proses pembelajaran.
“Teknologi seperti large language models (LLM) dinilai mampu mengubah cara manusia bekerja sama dengan pengetahuan dan mencari informasi,” katanya.
Lebih lanjut, ia membahas transformasi digital di lingkungan akademik, termasuk pergeseran dari pembelajaran berbasis ruang fisik menuju ekosistem pembelajaran digital dan hybrid. Universitas, termasuk TU Dresden kini menawarkan berbagai program pembelajaran daring dan luring sebagai respons terhadap kebutuhan masyarakat global.
Menurutnya, kondisi ini menuntut lahirnya keterampilan profesional baru serta budaya belajar yang berkelanjutan.
Dalam konteks integrasi AI di pendidikan, Köhler menjelaskan bahwa interaksi pembelajaran saat ini tidak lagi hanya melibatkan dosen dan mahasiswa, tetapi juga sistem AI sebagai mitra. Ia mencontohkan pengembangan AI mentors dan chatbot akademik yang digunakan untuk mendukung pembelajaran dan layanan administrasi.
Namun demikian, ia menegaskan bahwa peran dosen tetap krusial sebagai pembimbing, pendamping, dan pemberi pengalaman belajar yang personal.
“Ini juga menjadi penting dalam penguasaan literasi data dan keterampilan AI bagi pendidik dan mahasiswa. Menurutnya, AI bukan untuk menggantikan peran manusia, tetapi untuk memperluas kapasitas belajar dan mengajar. Di sisi lain, mahasiswa juga perlu dibekali kemampuan berpikir kritis agar mampu menggunakan AI secara bertanggung jawab dan memahami keterbatasannya,” paparnya.
Pada sesi diskusi, Köhler turut menjawab pertanyaan terkait peluang studi lanjut di Jerman, termasuk ketersediaan program internasional dan beasiswa bagi mahasiswa Indonesia.
Ia menyampaikan perbedaan budaya akademik tidak terlalu signifikan dan mahasiswa internasional memiliki peluang besar untuk berkembang selama memenuhi persyaratan akademik dan bahasa.

