Purwokerto (ANTARA) - Di dapur besar milik Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Kepolisian Resor Kota (Polresta) Banyumas, setiap panci yang mengepul bukan sekadar untuk memasak, melainkan wujud kepedulian terhadap masa depan anak-anak.
Ya, di dapur SPPG berukuran 15x26 meter yang berlokasi di kompleks Markas Polresta Banyumas, Jawa Tengah, itulah para sukarelawan memastikan seluruh proses pengolahan makanan bagi ribuan penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG) berjalan higienis, aman, dan bernilai gizi tinggi sejak bahan baku diterima hingga makanan disajikan di sekolah.
Puluhan sukarelawan SPPG Polresta Banyumas itu tampak sibuk menyiapkan 2.211 porsi santapan sehat untuk program MBG. Mereka mulai beraktivitas di dapur sejak malam hari, sedangkan pengolahan dimulai pada dini hari.
Kepala SPPG Polresta Banyumas Nanda Mahendra mengatakan setiap tahapan produksi dilakukan dengan standar ketat, mulai dari pemilihan bahan baku, penyimpanan, proses memasak, hingga distribusi.
Semua bertujuan menjamin keamanan pangan dan nilai gizi makanan yang sampai ke tangan siswa.
“Bahan baku datang setiap sore, maksimal pukul tujuh malam. Kami sortir satu per satu. Kalau kualitasnya tidak bagus langsung dikembalikan ke pemasok,” kata Nanda.
Bahan baku yang digunakan SPPG berasal dari UMKM lokal Banyumas, tapi semua harus memiliki izin edar seperti PIRT dan sertifikat halal. Selain menjamin kehalalan dan keamanan bahan pangan, langkah ini juga mendukung perekonomian masyarakat sekitar.
Bahan yang telah lolos seleksi disimpan di tiga jenis gudang: gudang kering untuk minyak, gula, dan tepung; gudang basah untuk sayur dan buah; serta chiller dan freezer untuk bahan segar seperti ayam dan daging. Setiap bahan dijaga pada suhu ideal, yakni chiller di antara 0-8 derajat celcius, sedangkan freezer hingga minus 18 derajat celcius.
Kegiatan memasak di dapur SPPG dimulai sejak pukul 01.00 WIB, namun sukarelawan datang lebih awal untuk menyiapkan bahan dan mencairkan daging beku sebelum diolah. Proses memasak berlangsung hingga menjelang fajar dengan pengawasan suhu ketat.
“Suhu air harus mencapai 100 derajat celcius, daging minimal 74 derajat celcius, dan makanan yang akan didistribusikan tidak boleh di bawah 60 derajat celcius,” kata Nanda.
Distribusi pertama dimulai pukul 06.30 WIB dan disusul pengantaran kedua sekitar pukul 09.00 WIB. Semua makanan dikemas rapat dalam wadah tertutup untuk menjaga suhu dan menghindari kontaminasi.
“Makanan tidak boleh dibuka sebelum waktunya. Itu penting untuk menjaga keamanan dan suhu tetap stabil,” kata Nanda menegaskan.
Dua mobil operasional digunakan untuk mendistribusikan makanan ke 20 sekolah, terdiri atas 6 TK, 9 SD, 2 SMP, dan 3 SMA di wilayah Purwokerto Utara.
Satu mobil bisa mengangkut hingga seribu ompreng, meskipun dalam praktiknya jumlahnya disesuaikan dengan jarak dan jumlah siswa di sekolah tujuan.
Guna menjamin keamanan, setiap masakan yang diolah hari itu diambil sampel dan disimpan selama tiga hari di bank sampel.
Bahkan, pengelola SPPG bersama Dokkes Polresta Banyumas juga melakukan uji cepatuntuk mendeteksi kemungkinan bahan berbahaya seperti formalin, arsen, dan nitrit.
Semua itu dilakukan karena SPPG Polresta Banyumas berkomitmen tidak hanya pada kualitas gizi, juga keamanan dan higienitas proses pengolahan.
SPPG Polresta Banyumas juga melakukan uji laboratorium terhadap air yang digunakan dalam pengolahan.
Tak hanya itu, dapur besar ini juga sedang dalam proses mendapatkan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) dari Dinas Kesehatan.
Sterilisasi peralatan pun dilakukan dengan suhu tinggi. Setelah dicuci serta dibilas menggunakan air hangat, alat seperti rak, loyang, dan wadah dipanaskan dalam lemari pengering dengan suhu hingga 200 derajat celcius agar benar-benar bebas mikroba.
Ahli gizi SPPG Polresta Banyumas Intan Henda Ardiani mengatakan seluruh sukarelawan dan juru masak telah memiliki sertifikat penjamah makanan dari Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI).
Dalam hal ini, mereka sudah dilatih dan tersertifikasi untuk keamanan pangan, sehingga setiap tahap kerja dilakukan sesuai standar kesehatan.
Dalam seminggu masa operasional perdana, tim SPPG terus memantau reaksi anak-anak terhadap menu yang disajikan. Setiap hari dilakukan uji organoleptik di sekolah secara acak untuk menilai rasa, aroma, dan tampilan makanan.
Dari hasil uji itu, rata-rata anak-anak menyukai menu yang disajikan. Hal itu juga terlihat dari minimnya sisa makanan yang kembali ke dapur karena selalu habis dikonsumsi.
Menu yang disiapkan SPPG mengedepankan kombinasi antara gizi seimbang dan cita rasa lokal. Menu andalan seperti ayam goreng laos menjadi favorit anak-anak karena rasanya gurih dan mudah diterima lidah mereka.
“Kami juga punya rolade beef brown sauce dan soto Sokaraja yang dimodifikasi agar tetap menarik tapi aman dikonsumsi,” kata Intan.
Pada tahap awal SPPG belum menyajikan makanan laut guna menghindari potensi alergi. Ke depan, pihaknya akan memperluas variasi menu dengan menyesuaikan kebutuhan gizi dan preferensi anak-anak.
Kepala Polresta Banyumas Kombes Pol Ari Wibowo mengatakan SPPG merupakan bentuk dukungan Polresta terhadap program pemerintah dalam penyediaan makanan bergizi gratis bagi anak sekolah.
Menurut dia, SPPG yang berlokasi di kompleks Mapolresta Banyumas, di Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, dan beroperasi sejak 27 Oktober 2025 itu merupakan satu dari tiga SPPG yang direncanakan, dua lainnya akan menyusul di Kecamatan Banyumas dan Cilongok.
Sejak pembangunan dapur hingga operasional, pengoperasian SPPG itu melibatkan unsur lintas sektor, termasuk Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup, untuk memastikan semua fasilitas sesuai dengan standar nasional.
“Kami perhatikan dari hulu ke hilir: penyortiran bahan, proses masak, quality assurance (jaminan kualitas), quality control (kontrol kualitas), dan kenyamanan para pekerja,” kata Ari.
Ia mengatakan SPPG tersebut juga dilengkapi sistem ventilasi dan exhaust fan untuk menjaga sirkulasi udara agar pekerja tetap nyaman.
Kombes Ari Wibowo menegaskan, keberadaan SPPG merupakan komitmen Polresta Banyumas untuk mendukung tumbuh kembang generasi muda yang sehat dan cerdas.
“Melalui makanan bergizi, kita ingin memastikan anak-anak tumbuh optimal, berprestasi, dan memiliki daya saing. Gizi baik berarti masa depan bangsa yang kuat,” katanya.

Kepala SD Negeri 1 Bancarkembar Titik Irnawati menyambut baik kehadiran program makan bergizi gratis ini. Dia menilai program tersebut sangat membantu terutama bagi siswa yang sering berangkat ke sekolah tanpa sarapan.
“Anak-anak senang sekali.Apalagi mereka bisa makan bersama teman-temannya. Suasananya jadi lebih hangat,” kata Titik.
Menurut dia, kebiasaan makan bersama juga menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepedulian di antara siswa. Kalau ada siswa yang tidak suka sayur, biasanya dibagi ke temannya yang suka, sehingga tidak ada yang terbuang.
Ia menilai program MBG tidak hanya menambah asupan gizi, juga mengajarkan anak menghargai makanan. Pihaknya menekankan kepada siswa bahwa ini makanan bergizi, bukan sekadar makanan enak karena ada sayur, buah, dan lauk yang lengkap.
Bagi anak-anak, menu MBG menjadi pengalaman baru yang menyenangkan. Hanaf, siswa kelas 5, mengaku suka semua menu yang disajikan.
“Enak semua. Dulu sebelum ada MBG sering jajan di sekolah, sekarang makan di sini,” katanya polos.
Sementara Arsyfa, teman sekelasnya, mengaku sejak adanya program MBG, dia tidak perlu membawa bekal dari rumah. “Sekarang makanannya enak, ada ayamnya. Jadi kenyang,” ujarnya.
Meski baru beroperasi selama lebih kurang satu pekan, SPPG Polresta Banyumas sudah menunjukkan sistem kerja profesional. Semua prosedur dari keamanan pangan hingga distribusi dilakukan secara terukur, dengan pendampingan dari tenaga ahli dan lembaga berkompeten.
Di dapur yang selalu ramai sejak dini hari itu, semangat para sukarelawan relawan dan tenaga masak terus menyala. Setiap panci yang mengepul dan setiap porsi makanan yang dikemas bukan sekadar menu harian, tetapi bentuk nyata kepedulian terhadap masa depan anak bangsa.
Baca juga: SPPG Polresta Banyumas pastikan keamanan makanan program MBG sesuai standar

