Semarang (ANTARA) - Universitas Semarang (USM) menjadi tuan rumah pertemuan Korps Peladjar Serbaguna (Kodjarsena), pada Jumat (18/10/2024) di lantai 10 Gedung Menara USM.
Kegiatan dihadiri oleh Rektor USM Dr Supari ST MT, Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip USM Prof Sudharto P. Hadi MES PhD, Anggota Pembina Yayasan Alumni Undip USM sekaligus Anggota Kodjarsena Ir Soeharsojo IPU, Ketua Pengurus Yayasan Alumni Undip USM Prof Dr Ir Hj Kesi Widjajanti SE MM, civitas akademika USM, dan anggota Kodjarsena.
Dalam Sambutannya, Dr Supari ST MT menyambut baik kehadiran anggota Kodjarsena di USM.
"Kisah perjuangan Kodjarsena ini menginspirasi kami semua, dan kami akan terus berupaya menanamkan nilai-nilai kebangsaan pada mahasiswa kami," ujarnya.
Sementara itu, Anggota Pembina Yayasan Alumni Undip USM sekaligus Anggota Kodjarsena Ir Soeharsojo IPU menyampaikan, pengalamannya saat menjadi bagian dari tim pelajar yang ditugaskan untuk mengibarkan bendera Merah Putih.
"Kami, 27 pelajar SMA dari berbagai kota di Indonesia, dipersiapkan untuk tugas yang sangat penting ini. Meski masih sangat muda, semangat kami berkobar untuk mengabdi pada negara," ujarnya.
Ir Soeharsojo IPU mengatakan pengalaman bersejarah ini harus menjadi inspirasi bagi generasi muda.
"Adik-adik mahasiswa harus memiliki semangat yang sama seperti kami dulu. Semangat untuk mengabdi pada negara dan bangsa," tegasnya.
Selain itu, mantan Gubernur Akademi Militer sekaligus anggota Kodjarsena, Mayor Jenderal TNI (Purn) Irvan Eddyson, menyampaikan pesan penting tentang nilai-nilai kebangsaan saat menjadi bagian dari Tim Pelajar Serbaguna yang bertugas di Papua pada tahun 1964.
"Kami membawa misi untuk meyakinkan pemuda Papua bahwa tidak ada perbedaan antara mereka dengan pemuda di Pulau Jawa atau daerah lainnya. Kami bergaul dengan mereka, bermain bersama, dan berbagi cerita untuk membangun persaudaraan," jelasnya.
Mayor Jenderal TNI (Purn) Irvan Eddyson, mengatakan pentingnya pendidikan sejarah dalam membentuk karakter generasi muda. Ia menyayangkan banyak pemuda saat ini yang kurang memahami sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
"Saya sedih ketika mendengar ada anak SMA yang tidak tahu kepanjangan MPR atau urutan Pancasila, ini menunjukkan bahwa pendidikan sejarah kita perlu diperkuat," ungkapnya.
Jenderal Irvan mengajak seluruh pihak, terutama generasi muda, untuk kembali pada nilai-nilai luhur Pancasila dan gotong royong, dan mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang majemuk, namun tetap satu kesatuan.
"Kita harus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, jangan terpengaruh oleh paham-paham yang dapat memecah belah kita," tegasnya. ***