Kudus bakal gelar kompetisi sepak bola putri secara rutin
Kudus (ANTARA) - Kompetisi sepak bola putri tingkat sekolah dasar (SD) di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, bakal digelar setiap tahun empat kali kompetisi, agar masing-masing sekolah mempersiapkan atletnya sebagai salah satu upaya menjaring bibit muda sepak bola putri.
"Dengan jadwal kompetisi yang digelar setiap empat bulan, diharapkan masing-masing sekolah juga mendukung pengembangan sepak bola putri melalui penambahan ekstra olahraga sepak bola putri," kata Panitia Pelaksana "Milklife Soccer Challenge 2023" sekaligus mantan pemain sepak bola Indonesia Budhi Tanoto ditemui di sela-sela memantau kompetisi sepak bola putri di Stadion Supersoccer Arena Rendeng, Kudus, Jumat.
Menurut dia kompetisi yang digelar saat ini merupakan awal, sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat agar terlebih dahulu menyenangi olahraga tersebut.
Apalagi, kata dia, tim sepak bola putri Indonesia pada era 1980-an juga sudah tampil di level Asia, sehingga lewat kompetisi tingkat SD di Kudus ini nantinya muncul bibit berkualitas yang bisa memperkuat tim nasional sepak bola putri.
Kompetisi sepak bola putri yang digagas oleh MilkLife dan Bakti Olahraga Djarum Foundation ini juga memberikan kesempatan bagi para siswi unjuk kebolehan mengolah "si kulit bundar" melalui "Skill Challenge".
Sejumlah lomba ketangkasan mulai dari passing and control, three on three, dribbling, shooting on target hingga penalty kick digelar untuk melihat sejauh mana bakat ratusan peserta yang terbagi dalam dua kelompok usia yakni U-10 dan U-13. Sedangkan pesertanya berasal dari 32 SD di Kabupaten Kudus.
Timo Scheunemann, pelatih kenamaan Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan Pemain Usia Dini PSSI turut hadir memantau langsung jalannya kompetisi tersebut.
"Hadirnya 'skill challenge' dapat memacu potensi dan kemampuan para siswi secara individu seputar penguasaan teknik dasar dalam sepak bola. Kegiatan ini dikemas secara menyenangkan juga kompetitif, untuk membangkitkan kecintaan dan motivasi untuk meraih kemenangan," ujarnya.
Pasalnya, kata dia, peserta kompetisi mayoritas dari nol, hanya beberapa atlet yang punya kemampuan cukup mumpuni. Sehingga memang harus belajar beragam teknik dasar untuk diaplikasikan di lapangan ketika mereka bertanding sebagai tim.
"Sehingga pada gelaran kompetisi berikutnya kami bisa melihat perkembangan mereka dan apa yang perlu dievaluasi untuk menjadi lebih baik," ujarnya.
Timo berharap, melalui kejuaraan ini kelak akan lahir pesepakbola putri handal yang kelak bisa membangkitkan kejayaan sepak bola putri Indonesia seperti beberapa dekade lalu. Hal itu bisa terwujud jika ekosistem cabang olahraga ini berputar dengan baik, salah satunya dengan banyaknya kejuaraan yang rutin digelar.
“Kejuaraan-kejuaraan seperti ini menjadi pondasi sebelum mereka melangkah ke jenjang yang lebih tinggi, mulai dari masuk sekolah sepak bola (SSB) hingga menjadi pemain nasional. Kami ingin agar para siswi punya rasa senang dulu bermain bola, selanjutnya baru dibina sesuai jenjang," ujarnya.
"Dengan jadwal kompetisi yang digelar setiap empat bulan, diharapkan masing-masing sekolah juga mendukung pengembangan sepak bola putri melalui penambahan ekstra olahraga sepak bola putri," kata Panitia Pelaksana "Milklife Soccer Challenge 2023" sekaligus mantan pemain sepak bola Indonesia Budhi Tanoto ditemui di sela-sela memantau kompetisi sepak bola putri di Stadion Supersoccer Arena Rendeng, Kudus, Jumat.
Menurut dia kompetisi yang digelar saat ini merupakan awal, sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat agar terlebih dahulu menyenangi olahraga tersebut.
Apalagi, kata dia, tim sepak bola putri Indonesia pada era 1980-an juga sudah tampil di level Asia, sehingga lewat kompetisi tingkat SD di Kudus ini nantinya muncul bibit berkualitas yang bisa memperkuat tim nasional sepak bola putri.
Kompetisi sepak bola putri yang digagas oleh MilkLife dan Bakti Olahraga Djarum Foundation ini juga memberikan kesempatan bagi para siswi unjuk kebolehan mengolah "si kulit bundar" melalui "Skill Challenge".
Sejumlah lomba ketangkasan mulai dari passing and control, three on three, dribbling, shooting on target hingga penalty kick digelar untuk melihat sejauh mana bakat ratusan peserta yang terbagi dalam dua kelompok usia yakni U-10 dan U-13. Sedangkan pesertanya berasal dari 32 SD di Kabupaten Kudus.
Timo Scheunemann, pelatih kenamaan Indonesia yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan Pemain Usia Dini PSSI turut hadir memantau langsung jalannya kompetisi tersebut.
"Hadirnya 'skill challenge' dapat memacu potensi dan kemampuan para siswi secara individu seputar penguasaan teknik dasar dalam sepak bola. Kegiatan ini dikemas secara menyenangkan juga kompetitif, untuk membangkitkan kecintaan dan motivasi untuk meraih kemenangan," ujarnya.
Pasalnya, kata dia, peserta kompetisi mayoritas dari nol, hanya beberapa atlet yang punya kemampuan cukup mumpuni. Sehingga memang harus belajar beragam teknik dasar untuk diaplikasikan di lapangan ketika mereka bertanding sebagai tim.
"Sehingga pada gelaran kompetisi berikutnya kami bisa melihat perkembangan mereka dan apa yang perlu dievaluasi untuk menjadi lebih baik," ujarnya.
Timo berharap, melalui kejuaraan ini kelak akan lahir pesepakbola putri handal yang kelak bisa membangkitkan kejayaan sepak bola putri Indonesia seperti beberapa dekade lalu. Hal itu bisa terwujud jika ekosistem cabang olahraga ini berputar dengan baik, salah satunya dengan banyaknya kejuaraan yang rutin digelar.
“Kejuaraan-kejuaraan seperti ini menjadi pondasi sebelum mereka melangkah ke jenjang yang lebih tinggi, mulai dari masuk sekolah sepak bola (SSB) hingga menjadi pemain nasional. Kami ingin agar para siswi punya rasa senang dulu bermain bola, selanjutnya baru dibina sesuai jenjang," ujarnya.