Sambut Imlek, Umat Tri Dharma Bersihkan Kelenteng
Seperti di Temanggung belasan umat Tri Dharma, Selasa, membersihkan Kelenteng Cahaya Sakti dan memandikan rupang dewa dewi yang ada di tempat ibadah tersebut.
"Kegiatan ini sebagai rangkaian menyambut Tahun Baru Imlek 2567/2016, yang semalam didahului dengan sembahyang toa pekong di kelenteng," Kata Ketua Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Cahaya Sakti, Erwin Nugraha.
Ia mengatakan umat yang terlibat dalam pembersihan kelenteng ini harus menjalani puasa tidak makan daging selama tiga hari.
Pembersihan rupang dengan cara disikat dan disucikan menggunakan air bersih yang diberi bunga tujuh rupa. Tempat ibadah dibersihkan menggunakan sapu kemudian dipel.
Sejumlah rupang dewa yang dibersihkan, antara lain Hok Tik Tjieng Sin (Dewa Bumi), Kwan Seng Tee (Dewa Perang), dan Thiang Siang Tee (Dewa Pembasmi Semua Ilmu Hitam), Kwam Im Poo Sat (Dewa Belas Kasih), Kwang Kong (Dewa Keadilan), dan Thian Sian Sing Bo (Dewa Penguasa Air).
Ia mengatakan ritual membersihkan tempat ibadah dan rupang dewa dewi dilakukan pada akhir tahun saat dewa-dewi pergi ke surga menghadap Tuhan untuk melaporkan amal perbuatan manusia.
Begitu juga di Kabupaten Banyumas, kegiatan yang dilaksanakan pada Selasa itu tidak hanya melibatkan warga keturunan Tiongkok tetapi juga warga pribumi yang bermukim di sekitar Kelenteng Boen Tek Bio, Banyumas.
Selain membersihkan aula dan bangunan di sekitar kelenteng, mereka juga memandikan rupang atau kimsin serta mencuci peralatan sembahyang.
Juru bicara Kelenteng Boen Tek Bio, Sobitananda mengatakan bahwa keterlibatan warga pribumi dalam kegiatan tersebut menunjukkan adanya pluralisme di Banyumas.
"Bahkan, kami juga memberi penghormatan kepada leluhur Kejawen Banyumas, yakni Mbah Koentjoeng. Oleh karena itu, pengurus kelenteng sepakat menempatkan altar Mbah Koentjoeng dalam satu ruangan bersama dengan altar Sang Buddha, Nabi Khonghucu, Maha Dewa Tay San Lauw Cin, dan Dewi Kwan Im," katanya.
"Kegiatan ini sebagai rangkaian menyambut Tahun Baru Imlek 2567/2016, yang semalam didahului dengan sembahyang toa pekong di kelenteng," Kata Ketua Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Cahaya Sakti, Erwin Nugraha.
Ia mengatakan umat yang terlibat dalam pembersihan kelenteng ini harus menjalani puasa tidak makan daging selama tiga hari.
Pembersihan rupang dengan cara disikat dan disucikan menggunakan air bersih yang diberi bunga tujuh rupa. Tempat ibadah dibersihkan menggunakan sapu kemudian dipel.
Sejumlah rupang dewa yang dibersihkan, antara lain Hok Tik Tjieng Sin (Dewa Bumi), Kwan Seng Tee (Dewa Perang), dan Thiang Siang Tee (Dewa Pembasmi Semua Ilmu Hitam), Kwam Im Poo Sat (Dewa Belas Kasih), Kwang Kong (Dewa Keadilan), dan Thian Sian Sing Bo (Dewa Penguasa Air).
Ia mengatakan ritual membersihkan tempat ibadah dan rupang dewa dewi dilakukan pada akhir tahun saat dewa-dewi pergi ke surga menghadap Tuhan untuk melaporkan amal perbuatan manusia.
Begitu juga di Kabupaten Banyumas, kegiatan yang dilaksanakan pada Selasa itu tidak hanya melibatkan warga keturunan Tiongkok tetapi juga warga pribumi yang bermukim di sekitar Kelenteng Boen Tek Bio, Banyumas.
Selain membersihkan aula dan bangunan di sekitar kelenteng, mereka juga memandikan rupang atau kimsin serta mencuci peralatan sembahyang.
Juru bicara Kelenteng Boen Tek Bio, Sobitananda mengatakan bahwa keterlibatan warga pribumi dalam kegiatan tersebut menunjukkan adanya pluralisme di Banyumas.
"Bahkan, kami juga memberi penghormatan kepada leluhur Kejawen Banyumas, yakni Mbah Koentjoeng. Oleh karena itu, pengurus kelenteng sepakat menempatkan altar Mbah Koentjoeng dalam satu ruangan bersama dengan altar Sang Buddha, Nabi Khonghucu, Maha Dewa Tay San Lauw Cin, dan Dewi Kwan Im," katanya.