"Perbaikan 'ground sill' akan dilakukan saat arus Sungai Serayu tidak terlalu deras," kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Bina Marga Jateng, Rudi Hartono, di Banyumas, Selasa.
Menurut dia, pembuatan "ground sill" Jembatan Soeharto di perbatasan Kecamatan Rawalo dan Kebasen tersebut sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 2011 dengan anggaran sebesar Rp10 miliar.
Ia mengatakan bahwa pembuatan "ground sill" kembali dilanjutkan pada tahun 2012 dengan anggaran sebesar Rp4 miliar dan tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp6,4 miliar.
Informasi yang dihimpun, "ground sill" Jembatan Soeharto diketahui jebol selebar 30 meter secara bertahap, yakni pada tanggal 18 Oktober dan 25 Oktober 2013 akibat derasnya arus Sungai Serayu, sehingga mengancam keberadaan jembatan sepanjang 225 meter di ruas jalan nasional penghubung Bandung dan Yogyakarta itu.
Kepala Seksi Pengendalian dan Daya Guna Balai Pengelola Sumber Daya Air (BPSDA) Serayu-Citanduy, Arief Sugiarto mengatakan bahwa posisi "ground sill" Jembatan Soeharto yang jebol berada di tengah-tengah jembatan.
"Awalnya hanya beberapa meter, kemudian karena tergerus arus jadi memanjang," katanya.
Berdasarkan data BPSDA Serayu-Citanduy, limpasan air dari Bendung Gerak Serayu (BGS) di Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Banyumas, mencapai 384,9 meter per detik.
Kondisi tersebut mengakibatkan arus air Sungai Serayu yang melewati Jembatan Soeharto menjadi sangat deras hingga akhirnya menjebol "ground sill".

