Solo (ANTARA) - Program studi Doktor Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mengukuhkan dua doktor, yakni ke-60 dan 61 setelah dinyatakan lulus dari sidang terbuka promosi doktor.
Sidang dan pengukuhan ini dilaksanakan di Ruang Amphiteater FAI UMS Solo, Jawa Tengah, Selasa:
Doktor PAI UMS ke-60 Heru Wibowo mengangkat disertasi yang berjudul Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural dalam Membangun Sikap Toleransi Siswa di SMA Bina Dharma Jakarta. Ia melihat pembelajaran PAI di banyak sekolah masih berorientasi pada pengajaran dogma dan ajaran tekstual tanpa ruang yang cukup untuk menanamkan nilai toleransi dan kesadaran sosial.
Akibatnya, siswa sering memiliki pemahaman yang sempit tentang pentingnya hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat yang beragam.
Selain itu, meskipun sekolah-sekolah telah mengintegrasikan elemen-elemen multikultural dalam kurikulum mereka, banyak siswa yang masih tidak mampu menghubungkan pembelajaran yang mereka terima dengan kehidupan sosial mereka.
Dari penelitiannya, ia menemukan bahwa pembelajaran PAI di SMA Bina Dharma Jakarta telah mengintegrasikan teori Bandura tentang social learning dan Banks tentang pendidikan multikultural dengan sistem kurikulum nasional.
“Model ini menekankan pada pengajaran nilai toleransi melalui keteladanan guru dan diskusi lintas agama. Pembelajaran ini tidak hanya mencakup aspek kognitif, tetapi juga memperhatikan dimensi afektif dan perilaku siswa dalam menghadapi keberagaman agama dan budaya,” ujar Heru saat memaparkan hasil disertasinya.
Selain itu, penelitiannya juga menunjukkan bahwa sikap toleransi siswa meningkat secara signifikan setelah mengikuti pembelajaran PAI berbasis multikultural.
Prof. Dr. Bunyamin, M.Pd.I., selaku promotor Heru Wibowo memberikan apresiasi dan pesan kepadanya setelah dinyatakan menjadi doktor. Ia refleksi, bahwa setelah menjadi doktor justru merasa tidak bisa apa-apa.
“Tuntutan untuk bisa apa-apa. Artinya memang belajarnya agak semakin panjang, semakin dalam, semakin menggali, karena beban seorang doktor di kampus itu akan sangat beda dengan yang bukan doktor terutama dalam masalah akademik,” ujar Bunyamin.
Menurutnya, ujian terbuka merupakan awal untuk mengembangkan diri khususnya di bidang keilmuan sesuai disiplin ilmu.
Selanjutnya, Ristianti Azharita, yang dikukuhkan sebagai doktor PAI UMS ke-61 memaparkan disertasinya yang berjudul Persepsi Guru PAI dan BP tentang Nilai-Nilai Demokrasi dan Implementasinya dalam pembelajaran di MTs Fisabilillah Kota Bekasi.
“Dalam konteks pendidikan, demokrasi menjadi fondasi penting untuk menanamkan nilai kebebasan, kesetaraan, dan partisipasi. Namun, di penelitian lain, sebagian Guru PAI dan Budi Pekerti masih memandang demokrasi sebagai konsep sekuler yang tidak sejalan dengan Islam,” katanya.
Hal ini menjadikan terbatasnya ruang dialog, partisipasi siswa, dan penghargaan terhadap pluralitas dalam pembelajaran.
Penelitiannya sendiri menemukan bahwa guru di MTs Fisabilillah telah memiliki persepsi positif dan kontekstual terhadap demokrasi. Para guru menilai demokrasi sejalan dengan ajaran Islam terutama prinsip musyawarah, keadilan, dan tasamuh.
“Nilai-nilai demokrasi telah diimplementasikan dalam kegiatan belajar PAI dan BP seperti musyawarah kelas dan diskusi terbuka, penghargaan terhadap perbedaan pendapat, keadilan dalam penilaian dan perlakuan siswa,” tutur Ristianti.
Sementara itu, promotor Prof. Dr. Waston, M.Hum., mengapresiasi atas capaian gelar akademik tertinggi yaitu gelar doktor. Namun, ia berpesan bahwa gelar doktor bukanlah sekadar penambahan titel melainkan pengakuan atas kematang intelektual, kedalaman analisis, serta tanggung jawab moral dan akademik.
“Dinamika diskusi, perdebatan akademik, juga perdebatan pandangan yang muncul justru menjadi pendewasaan ruang berpikir. Saudara tidak hanya belajar apa yang diteliti, tetapi juga bagaimana sikap sebagai seorang ilmuwan,” kata Waston.
Waston menegaskan disertasi yang dihasilkan telah menunjukkan kontribusi yang jelas.
Dekan FAI UHAMKA Dr. Ai Fatimah Nur Fuad, MA., Ph.D., yang hadir menyaksikan kedua dosennya mengikuti sidang terbuka promosi doktor memberikan kesan dan pesannya. Ia bersyukur karena dosen yang dikirimkan ke UMS telah mencapai titik mendapatkan gelar doktor.
“Kami atas nama rektor dan pimpinan UHAMKA, hari ini sangat berbahagia, kemarin, dan beberapa bulan yang lalu, karena kami panen 5 orang doktor. Jadi tentu kami berterima kasih banyak dan bersyukur bisa berkolaborasi secara akademik dan juga menghasilkan dan mengantarkan kami ke tujuan akhir untuk mendapatkan gelar doktor bagi dosen yang dikirimkan UHAMKA,” ujarnya.

