Pekalongan (ANTARA) - Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, menggencarkan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) sebagai upaya nyata mendukung program nasional yang diluncurkan oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN dalam menekan kasus fatherless (tanpa ayah).
Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid di Pekalongan, Selasa, mengatakan bahwa gerakan ini bertujuan mendorong keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan anak guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak secara emosional, sosial, dan intelektual, serta menekan dampak fenomena fatherless atau hilangnya peran ayah dalam kehidupan anak.
"Kami menilai pentingnya kesadaran kolektif untuk menguatkan peran ayah dalam pengasuhan. Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga dunia dalam kasus fatherless," katanya.
Menurut dia, banyak anak yang tumbuh dengan gangguan emosi, kesulitan membangun hubungan sosial, hingga berisiko mengalami masalah kesehatan mental dan seksual.
Saat ini peran gender dalam keluarga telah bergeser yaitu jika zaman dahulu peran ayah hampir 99 persen bertugas mencari nafkah tetapi sekarang dengan era emansipasi maka perempuan pun sudah banyak yang berperan sebagai tulang punggung keluarga.
"Oleh karena itu, saatnya ayah juga berperan lebih aktif dalam pengasuhan anak, tidak hanya menjadi simbol kehadiran di rumah saja," katanya.
Ia mengatakan pihaknya berkomitmen untuk memberikan edukasi dan layanan pendampingan kepada para ayah, baik pra-nikah, saat menikah, maupun saat telah memiliki anak.
"Tujuannya para ayah agar mampu memahami pentingnya pengasuhan yang setara dan kolaborasi dengan ibu. Ini bukan soal membagi tugas tetapi soal membentuk keluarga yang adil, seimbang, dan penuh cinta," katanya.
Kepala Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kota Pekalongan Yos Rosyidi mengatakan gerakan ayah teladan Indonesia akan mendorong keterlibatan ayah tidak hanya dalam aspek finansial melainkan juga pada bidang pendidikan, perawatan, hingga dukungan emosional anak.
"Kami ingin gerakan ini tidak berhenti sebagai kegiatan seremonial saja namun berlanjut secara konkret di lingkungan sekolah dan keluarga. Kami menyoroti masih kuatnya persepsi masyarakat bahwa peran ayah hanya sebatas pencari nafkah," katanya.
Baca juga: BKKBN Jateng kawal isu kependudukan dalam RPJMD