Tingkatkan ekosistem ekonomi kreatif desa wisata, BOB gelar inkubasi bisnis
Semarang (ANTARA) - Badan Otorita Borobudur (BOB) berkolaborasi dengan Muhammadiyah Center For Entrepreneurship And Business Incubator (MCEBI) menggelar inkubasi bisnis dengan total 96 peserta terdiri dari 16 pelaku ekonomi kreatif dan 80 studentpreuner dari 32 lembaga inkubator bisnis dan kewirausahaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) se-Indonesia.
"Kami berkolaborasi dengan MCEBI melakukan inkubasi bisnis berbasis kompetisi bersama. Ada beberapa sesi pemberian pembekalan untuk meningkatkan kualitas produk, kemasan, dan lainnya. Besok akan diadakan pameran business matching, akan ada banyak pelaku dunia usaha dan industri, serta pariwisata," kata Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan Badan Pelaksana Otorita Borobudur Bisma Jatmika, di Semarang, Sabtu (27/7).
Bisma menjelaskan kegiatan yang berlangsung di Kawasan Wisata Goa Kreo Semarang tersebut, merupakan rangkaian acara dari kegiatan Inkubasi Bisnis Berbasis Kompetisi bagi Pelaku Ekraf di Kawasan Pariwisata Borobudur melalui peran aktif serta aksi nyata yang berkelanjutan dari kemenparekraf/Baparekraf melalui BPOB bersama MCEBI.
Pada kegiatan tersebut diharapkan peserta bisa saling bertukar pengalaman dan motivasi saat bootcamp Inkubasi, diakhiri business matching antara pelaku ekraf, Studentpreneur dan para pengusaha dengan tema wisata hijau gemilang.
"Tujuan kegiatan ini adalah untuk penguatan jejaring desa wisata serta keberlanjutan program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diharapkan dapat dikawal hingga program pendampingan desa wisata berprestasi” kata Bisma Jatmika yang hadir memberikan motivasi sekaligus membuka secara resmi kegiatan Inkubasi Bisnis Berbasis Kompetisi bagi Pelaku Ekraf di Kawasan Pariwisata Borobudur.
Ketua MCEBI Endang Rudiatin menambahkan sejumlah persyaratan sebagai peserta dalam kegiatan tersebut di antaranya sudah memiliki usaha dan usahanya sudah berjalan, dilakukan wawancara terlebih dahulu untuk dilakukan penilaian.
"Kami punya tujuh kategori produk yakni kuliner siap saji, kuliner kemasan, budidaya, jasa digital, jasa non-digital, kraf, dan fashion. Untuk teman-teman yang dari e-kraf desa wisata baru lima kategori yakni kraf, jasa, fashion, kuliner siap saji, dan kuliner kemasan," kata Endang.
Desa wisata yang tergabung dalam kegiatan tersebut yakni dari Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Temanggung.
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama satu hari Inkubasi Bisnis yang terdiri dari penjurian display produk, Pelatihan dan Pendampingan Usaha dengan Mentor mengenai materi Pendampingan Manajemen (Keuangan & SDM), Pendampingan HAKI, sertifikasi dan legalitas, Pendampingan Packing, Branding dan Digital Marketing serta Pendampingan Marketing Ekraf, lalu ditutup satu hari Business Matching dengan jumlah peserta 16 Orang dari 8 Desa Wisata terpilih serta 80 Studentpreuner dari 32 PTMA.
Diharapkan setelah pelaksanaan kegiatan tersebut dapat meningkatkan keterampilan dan pemahaman pelaku ekonomi kreatif di desa wisata tentang manajemen usaha, sehingga mampu memicu terjadinya transformasi ekosistem ekonomi lokal melalui pariwisata yang berdampak pada peningkatan kualitas produk dan layanan, dan pertumbuhan ekonomi baru sebagai bagian dari multiplier effect adanya pengembangan pariwisata serta memberikan dampak terhadap penguatan produk lokal.
"Kami berkolaborasi dengan MCEBI melakukan inkubasi bisnis berbasis kompetisi bersama. Ada beberapa sesi pemberian pembekalan untuk meningkatkan kualitas produk, kemasan, dan lainnya. Besok akan diadakan pameran business matching, akan ada banyak pelaku dunia usaha dan industri, serta pariwisata," kata Direktur Industri Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan Badan Pelaksana Otorita Borobudur Bisma Jatmika, di Semarang, Sabtu (27/7).
Bisma menjelaskan kegiatan yang berlangsung di Kawasan Wisata Goa Kreo Semarang tersebut, merupakan rangkaian acara dari kegiatan Inkubasi Bisnis Berbasis Kompetisi bagi Pelaku Ekraf di Kawasan Pariwisata Borobudur melalui peran aktif serta aksi nyata yang berkelanjutan dari kemenparekraf/Baparekraf melalui BPOB bersama MCEBI.
Pada kegiatan tersebut diharapkan peserta bisa saling bertukar pengalaman dan motivasi saat bootcamp Inkubasi, diakhiri business matching antara pelaku ekraf, Studentpreneur dan para pengusaha dengan tema wisata hijau gemilang.
"Tujuan kegiatan ini adalah untuk penguatan jejaring desa wisata serta keberlanjutan program Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang diharapkan dapat dikawal hingga program pendampingan desa wisata berprestasi” kata Bisma Jatmika yang hadir memberikan motivasi sekaligus membuka secara resmi kegiatan Inkubasi Bisnis Berbasis Kompetisi bagi Pelaku Ekraf di Kawasan Pariwisata Borobudur.
Ketua MCEBI Endang Rudiatin menambahkan sejumlah persyaratan sebagai peserta dalam kegiatan tersebut di antaranya sudah memiliki usaha dan usahanya sudah berjalan, dilakukan wawancara terlebih dahulu untuk dilakukan penilaian.
"Kami punya tujuh kategori produk yakni kuliner siap saji, kuliner kemasan, budidaya, jasa digital, jasa non-digital, kraf, dan fashion. Untuk teman-teman yang dari e-kraf desa wisata baru lima kategori yakni kraf, jasa, fashion, kuliner siap saji, dan kuliner kemasan," kata Endang.
Desa wisata yang tergabung dalam kegiatan tersebut yakni dari Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Temanggung.
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama satu hari Inkubasi Bisnis yang terdiri dari penjurian display produk, Pelatihan dan Pendampingan Usaha dengan Mentor mengenai materi Pendampingan Manajemen (Keuangan & SDM), Pendampingan HAKI, sertifikasi dan legalitas, Pendampingan Packing, Branding dan Digital Marketing serta Pendampingan Marketing Ekraf, lalu ditutup satu hari Business Matching dengan jumlah peserta 16 Orang dari 8 Desa Wisata terpilih serta 80 Studentpreuner dari 32 PTMA.
Diharapkan setelah pelaksanaan kegiatan tersebut dapat meningkatkan keterampilan dan pemahaman pelaku ekonomi kreatif di desa wisata tentang manajemen usaha, sehingga mampu memicu terjadinya transformasi ekosistem ekonomi lokal melalui pariwisata yang berdampak pada peningkatan kualitas produk dan layanan, dan pertumbuhan ekonomi baru sebagai bagian dari multiplier effect adanya pengembangan pariwisata serta memberikan dampak terhadap penguatan produk lokal.