Semarang (ANTARA) - Di Kota Semarang, ada varietas durian yang namanya kian populer dan mampu merebut selera penggemar buah berduri itu. Nama buah beraroma harum itu malika.
Oleh pemiliknya, tanaman ini benar-benar dirawat sepenuh hati, apalagi kini menjadi salah satu varietas durian unggul asli Kota Atlas.
Durian varietas malika dikembangkan di Desa Wisata Kandri, Gunungpati, Semarang, di lahan milik keluarga pasangan suami istri, Muali dan Aslikah, dengan pohon induk tunggal (PIT) yang telah terdaftar.
"Nama malika ini diambil dari singkatan nama bapak dan ibu. Muali dan Aslikah, jadinya malika. Karena tanahnya ini aslinya memang milik ibu saya," kata Mugiyanto, anak sulung pasangan tersebut.
Bahkan, pohon indukan durian malika itu sudah diteliti para ahli, seperti Prof Panca Jarot dari Badan Litbang Holtikultura Solok Sumatera Barat, Prof Mohammad Reza Tirtawinata (Ketua Yayasan Durian Nusantara), termasuk dari Kementerian Pertanian.
Penelitian itu dilakukan untuk menentukan bahwa pohon indukan durian malika tersebut hanya berjumlah satu dan tidak identik dengan tanaman-tanaman durian varietas lainnya sehingga layak disebut PIT.
Dari hasil penelitian tersebut, pohon indukan durian malika yang memiliki tinggi 30 meter dan diameter sekitar 3,5 meter itu ditetapkan sebagai PIT dengan perkiraan usia kurang lebih 125 tahun.
Dijelaskan Mugiyanto, penelitian terhadap pohon durian yang sudah ada sejak zaman kakeknya, Ali Kamari itu dilakukan pada 2018 hingga kemudian disetujui namanya sebagai durian varietas malika.
"Kalau untuk penamaan (varietas durian, red.) yang menentukan Kementan. Kami hanya menyarankan (mengusulkan, red.)," kata anggota TNI berpangkat Serda yang juga Babinsa Koramil 19 Borobudur, Kodim 0705 Magelang.
Setelah mendapatkan status sebagai PIT maka menjadi kewajiban Pemerintah Kota Semarang melalui Dinas Pertanian untuk melakukan pengembangan atau pelestarian terhadap durian varietas malika.
Berbuah 1.000 durian
Pengembangan terhadap durian malika pun dilakukan untuk membuat duplikat, yakni anakan langsung dari PIT dengan menggunakan metode okulasi atau sambung sisip agar identik dengan pohon indukan.
Saat ini, di kebun tersebut telah tumbuh sekitar 30 pohon durian malika dengan kisaran usia empat tahunan yang merupakan turunan langsung dari pohon induknya, namun belum berbuah.
Untuk langkah pembudidayaan durian malika, telah dilakukan pula pembuatan benih sebar sebagai bibit yang dibutuhkan untuk okulasi yang jumlahnya mencapai sekitar 20 ribu bibit.
Ditemui di kebun duriannya, Muali menceritakan bahwa pohon durian biasanya sudah berbuah saat usianya 4-5 tahun dan memerlukan waktu sekitar lima bulan mulai berbunga hingga berbuah matang.
"Durian itu biasanya mulai berbunga (bulan, red.) Agustus. Dari bunga sampai (buahnya, red.) matang sekitar lima bulan. Ya, antara Desember-Januari bisa panen," ujar pria berusia kepala tujuh yang masih cukup enerjik itu.
Pohon durian malika milik Muali tergolong rajin berbuah setiap tahun yang terkadang sampai membuatnya nyaris kewalahan dengan begitu banyaknya buah, bahkan pernah sampai 1.000 buah sekali panen.
Dari penampakan buahnya, durian malika memiliki cita rasa khas yang manis dengan daging buah berwarna kuning dan bertekstur kesat, tebal, namun lembut, dengan sedikit rasa pahit.
Diceritakan Muali, banyak tokoh nasional yang sudah merasakan kelezatan durian malika, mulai jenderal hingga Ibu Negara Iriana Joko Widodo pun pernah memesannya.
Sebagaimana pohon durian lainnya, para pemilik pohon durian biasanya mengikat durian di batang pohonnya menjelang masa panen agar tidak berjatuhan, demikian juga dengan Muali.
Bahkan, Muali yang memanjat sendiri, merambat di batang-batang pohon durian, dan mengikat durian satu demi satu, meski sudah sejak setahun ini sudah tidak dilakukannya lagi karena faktor usia.
"Kemarin pas musim panen tidak saya ikat. Ya, (durian, red.) akhirnya pada jatuh sendiri. Kebetulan, kemarin itu pas sedang bagus-bagusnya buahnya, 'nyenengke' (memuaskan, red.)," katanya.
Rawan tersambar petir
Sebagaimana bangunan tinggi, pohon yang tinggi pun rawan tersambar petir, termasuk pohon indukan durian malika yang tingginya mencapai 30 meter sehingga perlu dipasangi penangkal petir.
17 tahun lalu, Kota Semarang juga punya durian varietas unggul bernama durian Kholil dengan pohon indukan yang berusia lebih dari 100 tahun, tetapi separuh pohon terbakar setelah tersambar petir.
Muali mengatakan bahwa Pemerintah Kota Semarang juga sudah menjanjikan penangkal petir dan perbaikan akses menuju kebun durian tersebut, namun sejauh ini belum terealisasi.
"Sama saya juga minta (dibuatkan sumur, red.) artesis karena di sini susah airnya. Saya sebenarnya sudah buat sumur, tapi kalau musim kemarau kering," kata bapak empat putra itu.
Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan bahwa pihaknya berupaya mengangkat potensi durian lokal, salah satunya varietas malika menjadi durian unggul nasional.
"Durian malika ini sudah disertifikasi pemerintah, artinya ini sudah menjadi aset milik Pemerintah Kota Semarang. Tentunya, kami harus memberikan dukungan dan mengembangkan," kata Ita, sapaan akrabnya.
Selain membantu sertifikasi dan izin edar durian malika, Pemkot Semarang juga berupaya membantu memperbaiki akses jalan dan pavingisasi menuju kebun durian tersebut.
Tak hanya itu, Pemkot Semarang juga bakal membuatkan sumur artesis untuk membantu pengairan dan penyiraman tanaman, serta penangkal petir untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Ditambahkan Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang Hernowo Budi Luhur, Kota Semarang dulu mempunyai durian unggulan, yakni durian Kholil, namun saat itu belum ada upaya pengembangan untuk penyertifikatan dan pengurusan izin edar.
Pohon indukan durian Kholil pun nyaris punah setelah sempat terbakar akibat tersambar petir meski saat ini Distan masih membudidayakan durian Kholil di sekitar kawasan Mijen, Kota Semarang.
Tak ingin lengah lagi, Pemkot Semarang pun berinisiatif melakukan sertifikasi, serta mengurus izin edar dan pemasaran durian malika sebagai durian lokal unggulan yang membanggakan.
Editor: Achmad Zaenal M