Ribuan warga Merapi Boyolali ritual Sedekah Merapi malam 1 Sura
Boyolali (ANTARA) - Ribuan warga lereng Gunung Merapi mengikuti ritual Sedekah Merapi dengan melabuhkan kepala kerbau untuk menyambut malam 1 Sura atau 1 Muharam 1445 Hijriah di Joglo Merapi 1 Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jateng, Selasa malam.
Kegiatan setiap tahun sekali pada malam hingga dini hari di awal Muharam 1445 Hijriah tersebut, menjadi keyakinan warga kawasan lereng Merapi untuk memohon perlindungan dari segala penyakit dan bencana dari dampak Gunung Merapi.
Selain itu, tanda syukur atas limpahan hasil bumi yang menyejahterakan warga sekitar.
Prosesi Sedekah Merapi diawali dengan menyediakan satu kepala kerbau yang dibalut kain mori dan sesaji tumpeng gunung dari nasi jagung yang dibuat dengan bentuk gunungan, yang diarak keliling kampung oleh puluhan warga menuju Joglo Merapi 1.
Setelah kepala kerbau dan sesaji tumpeng gunung tiba di Joglo Merapi, dipanjatkan doa bersama-sama, memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar warga kawasan Merapi diberi perlindungan dari bencana maupun penyakit, dan hasil pertanian yang melimpah.
Kepala kerbau kemudian dibawa dengan dipikul oleh sejumlah warga diiringi barisan pembawa penerangan obor menuju puncak Merapi, Rabu sekitar pukul 00.15 WIB.
Suwarnoz selaku ketua panitia Sedekah Merapi Desa Lencoh menjelaskan Sedekah Merapi dilakukan setiap tahun sekali dan sudah turun temurun oleh warga lereng Merapi.
Masyarakat lereng Merapi percaya upacara ritual ini, pertama memberikan berkah kepada sesepuh Gunung Merapi untuk keselamatan jika terjadi bencana alam atau sebagai tolak bala supaya masyarakat terlindungi dari bencana Merapi.
Kepala kerbau dilabuhkan ke puncak Gunung Merapi atau tepatnya di lokasi Pasar Bubrah sejauh sekitar empat kilometer dari Joglo Merapi. Namun, karena status Merapi sedang level tiga maka dilaksanakan hanya sekitar dua kilometer dari Joglo Merapi 1 atau sesuai anjuran dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM).
Sekitar 10 tokoh masyarakat dan kelompok relawan melarung kepala kerbau dan gunungan hasil bumi di kawasan puncak Merapi. Ribuan warga mengikuti upacara ritual yang juga disajikan seni budaya dan gelaran wayang kulit.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Boyolali Budi Prasetyaingsih mengatakan upacara ritual Sedekah Metapi tanda syukur dan terima kasih warga lereng Merapi kepada Tuhan karena kemakmuran, bisa bercocok tanam, dan lainnya di lereng Merapi.
Warga juga mengirim doa kepada leluhur supaya kehidupan di Gunung Merapi lebih tentram dan sejahtera.
Pada sektor pariwisata, upacara ritual suatu budaya yang perlu dilestarikan serta untuk menarik para wisatawan hadir di daerah ini.
Bupati Boyolali M. Said Hidayat mengatakan Sedekah Gunung Merapi bertepatan malam 1 Sura ini, tanda syukur masyarakat atas berkah dan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga mereka hidup tentram dan sejahtera.
Ia mengatakan para sesepuh pada masa lampau mengajarkan tentang pentingnya menjaga nilai budaya dan melestarikan kearifan lokal.
Warga Merapi dengan kearifan lokal diajarkan selalu dekat dengan Tuhan, sesama, dan alam.
Ia mengimbau masyarakat lereng Merapi tetap menjaga dan melestarikan tradisi tersebut sebagai kearifan lokal yang dapat menarik perhatian wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Kegiatan setiap tahun sekali pada malam hingga dini hari di awal Muharam 1445 Hijriah tersebut, menjadi keyakinan warga kawasan lereng Merapi untuk memohon perlindungan dari segala penyakit dan bencana dari dampak Gunung Merapi.
Selain itu, tanda syukur atas limpahan hasil bumi yang menyejahterakan warga sekitar.
Prosesi Sedekah Merapi diawali dengan menyediakan satu kepala kerbau yang dibalut kain mori dan sesaji tumpeng gunung dari nasi jagung yang dibuat dengan bentuk gunungan, yang diarak keliling kampung oleh puluhan warga menuju Joglo Merapi 1.
Setelah kepala kerbau dan sesaji tumpeng gunung tiba di Joglo Merapi, dipanjatkan doa bersama-sama, memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar warga kawasan Merapi diberi perlindungan dari bencana maupun penyakit, dan hasil pertanian yang melimpah.
Kepala kerbau kemudian dibawa dengan dipikul oleh sejumlah warga diiringi barisan pembawa penerangan obor menuju puncak Merapi, Rabu sekitar pukul 00.15 WIB.
Suwarnoz selaku ketua panitia Sedekah Merapi Desa Lencoh menjelaskan Sedekah Merapi dilakukan setiap tahun sekali dan sudah turun temurun oleh warga lereng Merapi.
Masyarakat lereng Merapi percaya upacara ritual ini, pertama memberikan berkah kepada sesepuh Gunung Merapi untuk keselamatan jika terjadi bencana alam atau sebagai tolak bala supaya masyarakat terlindungi dari bencana Merapi.
Kepala kerbau dilabuhkan ke puncak Gunung Merapi atau tepatnya di lokasi Pasar Bubrah sejauh sekitar empat kilometer dari Joglo Merapi. Namun, karena status Merapi sedang level tiga maka dilaksanakan hanya sekitar dua kilometer dari Joglo Merapi 1 atau sesuai anjuran dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM).
Sekitar 10 tokoh masyarakat dan kelompok relawan melarung kepala kerbau dan gunungan hasil bumi di kawasan puncak Merapi. Ribuan warga mengikuti upacara ritual yang juga disajikan seni budaya dan gelaran wayang kulit.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Boyolali Budi Prasetyaingsih mengatakan upacara ritual Sedekah Metapi tanda syukur dan terima kasih warga lereng Merapi kepada Tuhan karena kemakmuran, bisa bercocok tanam, dan lainnya di lereng Merapi.
Warga juga mengirim doa kepada leluhur supaya kehidupan di Gunung Merapi lebih tentram dan sejahtera.
Pada sektor pariwisata, upacara ritual suatu budaya yang perlu dilestarikan serta untuk menarik para wisatawan hadir di daerah ini.
Bupati Boyolali M. Said Hidayat mengatakan Sedekah Gunung Merapi bertepatan malam 1 Sura ini, tanda syukur masyarakat atas berkah dan perlindungan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga mereka hidup tentram dan sejahtera.
Ia mengatakan para sesepuh pada masa lampau mengajarkan tentang pentingnya menjaga nilai budaya dan melestarikan kearifan lokal.
Warga Merapi dengan kearifan lokal diajarkan selalu dekat dengan Tuhan, sesama, dan alam.
Ia mengimbau masyarakat lereng Merapi tetap menjaga dan melestarikan tradisi tersebut sebagai kearifan lokal yang dapat menarik perhatian wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.