Purwokerto (ANTARA) - Menyebarkan kegembiraan membaca dibutuhkan kerja sama dan gotong royong berbagai pihak. Tidak hanya keluarga, dan orang tua saja, melainkan sekolah, komunitas dan pemerintah Indonesia harus turut berperan.
Belum lama ini, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar Episode Ke-23. Program tersebut bertajuk Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia.
Program berfokus pada pengiriman buku bacaan bermutu untuk jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) yang disertai dengan pelatihan bagi guru.
Terobosan Merdeka Belajar Episode ke-23 ini merupakan jawaban atas tantangan rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia akibat rendahnya kebiasaan membaca sejak dini.
Menurut Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim dalam peluncuran Merdeka Belajar Episode ke-23 di Kantor Kemendikbudristek lalu, penyebab rendahnya kebiasaan membaca adalah masih kurang atau belum tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta didik.
Menjawab itu semua, Merdeka Belajar Episode Ke-23 meluncurkan Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia. Data menunjukan pada tahun 2022, Kemendikbudristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai dengan pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia.
Buku berperan penting dalam peningkatan kompetensi literasi dan penumbuhan minat baca. Pemilihan buku yang tidak tepat membuat upaya penumbuhan minat baca tidak efektif. Rudine Sims Bishop (1990) menegaskan pentingnya menyediakan berbagai macam buku yang dapat berperan sebagai jendela, pintu geser, dan cermin bagi pembaca.
Buku yang berperan sebagai jendela, artinya buku membantu pembaca melihat pengalaman baru yang berbeda dari kehidupannya melalui kejadian yang dialami oleh tokoh cerita. Buku sebagai pintu geser, yakni buku membawa pembacauntuk berimajinasi mengeksplorasidunia baru melalui ilustrasi dan cerita fantasi, dan buku sebagai cermin, yakni buku memberikan kesempatan untuk merefleksikan pengalaman hidupnya sendiri melalui cerita dalam buku.
Kegembiraan membaca di mana saja dan kapan saja
Untuk mencapai kegembiraan membaca di mana saja, dan kapan saja bisa dilakukan melalui pemerintah daerah, sekolah, komunitas dan orang tua. Pemerintah dapat memfasilitasi sekolah dalam pemanfaatan buku bacaan. Untuk sekolah bisa praktikkan materi dari pelatihan ke kegiatan pembelajaran. Pembiasaan membaca setiap hari, dan membaca untuk kesenangan.
Sementara untuk komunitas dan orang tua bisa dilakukan dengan cara mendampingi anak-anak membaca atau bacakan buku bacaan untuk anak-anak. Sediakan lingkungan membaca yang ramah anak. Gotong royong untuk terus menambah koleksi bacaan bermutu yang bervariasi dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Ayo, sebarkan kegembiraan membaca di mana saja, kapan saja!
*) Tegar Roli A. merupakan Dosen (LB) PPKn Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Direktur Penerbit Amerta Media
Baca juga: Perpustakaan UMP raih Juara 2 FPPTMA Awards 2023
Baca juga: Anak tukang becak raih gelar sarjana pendidikan di UMP