Anak tukang becak raih gelar sarjana pendidikan di UMP
Alhamdulillah teman-teman tidak memandang latar belakang saya
Purwokerto (ANTARA) - Seorang anak tukang becak, Ema Muktiyani (23) akhirnya dapat mewujudkan mimpinya untuk meraih gelar sarjana pendidikan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Ema bersama 674 wisudawan lainnya diwisuda dalam Wisuda Ke-70 Universitas Muhammadiyah Purwokerto di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Sabtu.
Kedatangan Ema ke lokasi wisuda didampingi kedua orang tuanya, Mahrudin Jatun (50) dan Sudiyah (50). Bahkan, dia bersama ibundanya menumpang becak yang dikayuh ayahnya.
Sesampainya di halaman Auditorium Ukhuwah Islamiyah, Ema dan keluarganya bertemu dengan Rektor UMP Assoc Prof Dr Jebul Suroso bersama sejumlah anggota Senat UMP.
Dalam pertemuan tersebut, Rektor berdialog dengan Ema beserta keluarganya untuk menanyakan perjalanan dan pengalaman selama menuntut ilmu di UMP maupun hal lainnya.
Sementara saat bertemu dengan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMP Drs Eko Suroso MPd, ayahanda Ema langsung memeluknya sembari menangis untuk menyampaikan terima kasih.
Saat ditemui wartawan, Ema mengaku bersyukur dan bangga terhadap orang tuanya karena bisa menguliahkannya hingga sarjana meskipun hanya bekerja sebagai tukang becak.
"Alhamdulillah saya bisa lulus dengan nilai yang bagus, IPK 3,46. Saya mengambil (Program Studi) Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia," kata gadis asal Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas itu.
Baca juga: Bangun potensi desa, BEM FEB UMP canangkan Mitra Desa 2023
Menurut dia, program studi tersebut dipilih karena kebetulan saat masih kecil menulis di buku harian terkait dengan cita-citanya yang ingin menjadi guru.
Selama berkuliah, dia mengaku sempat minder karena teman-temannya berasal dari keluarga yang cukup berada.
"Alhamdulillah teman-teman tidak memandang latar belakang saya. Mereka tetap berteman dengan baik," jelasnya.
Setelah meraih gelar sarjana pendidikan tersebut, Ema mengharapkan dapat segera mendapatkan pekerjaan yang layak dan membanggakan kedua orang tuanya yang telah bekerja keras untuknya agar bisa menjadi sarjana.
Sementara ayahanda Ema, Mahrudin Jatun mengaku bersyukur karena bisa mengantarkan anaknya untuk meraih cita-cita dengan berkuliah di UMP.
Selain bekerja sebagai tukang becak, dia juga memelihara kambing dan ikut melaksanakan program ketahanan pangan di tingkat RT, sehingga bisa untuk memenuhi kebutuhan keseharian.
"Kalau dari menarik becak, alhamdulillah dalam sehari bisa ada pemasukan berkisar Rp25 ribu hingga Rp30 ribu. Cuma kami hidup prihatin karena ingin anak saya sukses," jelasnya.
Baca juga: BPH UMP: Nikmati waktu pensiun untuk mengabdi dan beribadah
Kendati sering menghadapi kendala, dia tetap berdoa kepada Allah SWT agar anaknya bisa menyelesaikan kuliahnya.
"Yang namanya rezeki itu Allah yang mengatur. Alhamdulillah kalau mau bayar uang kuliah, ada kelonggaran, ada pemasukan lagi karena ada orang yang suruh (kerjakan) apa saja," tegasnya.
Rektor UMP Assoc Prof Dr Jebul Suroso mengatakan banyak keistimewaan dalam Wisuda Ke-70 Universitas Muhammadiyah Purwokerto, salah satunya sosok Ema yang sangat percaya diri dengan tidak memandang strata.
"Tetapi dia yang berlatar belakang orang tuanya tukang becak, mohon maaf bukan merendahkan pekerjaan, tetapi bisa berhasil menjadi seorang sarjana, dan UMP mengelola itu," katanya.
Selain itu, kata dia, Wisuda Ke-70 tersebut dihadiri oleh tiga pemerintah kabupaten, yakni dari Bangka, Belitung, dan Pangandaran.
Ia mengatakan niat UMP untuk membuka kelas afirmasi, yang pertama adalah mereka akan menguliahkan putra daerah di UMP dengan beasiswa dari daerah masing-masing.
"Berikutnya, kami akan membuka program studi di luar kampus utama. UMP nanti akan berada di Pangandaran, Bangka, juga di Belitung," jelasnya.
Menurut dia, Wisuda Ke-70 juga diikuti oleh seorang wisudawan yang merupakan seorang penyandang disabilitas dan berkuliah di Fakultas Hukum.
Ia memastikan UMP ramah terhadap difabel, sehingga beberapa hal diset sedemikian rupa meskipun belum 100 persen memberikan kemudahan.
"Contoh yang kuliah di Fakultas Hukum, kami tempatkan di lantai 6 dan di sana ada lift sehingga memudahkan mahasiswa dalam menuju dan meninggalkan ruang kuliah," kata Rektor.
Baca juga: FAI UMP gelar seminar nasional kaji pembelajaran PAI multidisiplin
Baca juga: Dua mahasiswa UMP raih beasiswa Erasmus Plus 2023
Ema bersama 674 wisudawan lainnya diwisuda dalam Wisuda Ke-70 Universitas Muhammadiyah Purwokerto di Auditorium Ukhuwah Islamiyah UMP, Sabtu.
Kedatangan Ema ke lokasi wisuda didampingi kedua orang tuanya, Mahrudin Jatun (50) dan Sudiyah (50). Bahkan, dia bersama ibundanya menumpang becak yang dikayuh ayahnya.
Sesampainya di halaman Auditorium Ukhuwah Islamiyah, Ema dan keluarganya bertemu dengan Rektor UMP Assoc Prof Dr Jebul Suroso bersama sejumlah anggota Senat UMP.
Dalam pertemuan tersebut, Rektor berdialog dengan Ema beserta keluarganya untuk menanyakan perjalanan dan pengalaman selama menuntut ilmu di UMP maupun hal lainnya.
Sementara saat bertemu dengan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMP Drs Eko Suroso MPd, ayahanda Ema langsung memeluknya sembari menangis untuk menyampaikan terima kasih.
Saat ditemui wartawan, Ema mengaku bersyukur dan bangga terhadap orang tuanya karena bisa menguliahkannya hingga sarjana meskipun hanya bekerja sebagai tukang becak.
"Alhamdulillah saya bisa lulus dengan nilai yang bagus, IPK 3,46. Saya mengambil (Program Studi) Pendidikan Sastra dan Bahasa Indonesia," kata gadis asal Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas itu.
Baca juga: Bangun potensi desa, BEM FEB UMP canangkan Mitra Desa 2023
Menurut dia, program studi tersebut dipilih karena kebetulan saat masih kecil menulis di buku harian terkait dengan cita-citanya yang ingin menjadi guru.
Selama berkuliah, dia mengaku sempat minder karena teman-temannya berasal dari keluarga yang cukup berada.
"Alhamdulillah teman-teman tidak memandang latar belakang saya. Mereka tetap berteman dengan baik," jelasnya.
Setelah meraih gelar sarjana pendidikan tersebut, Ema mengharapkan dapat segera mendapatkan pekerjaan yang layak dan membanggakan kedua orang tuanya yang telah bekerja keras untuknya agar bisa menjadi sarjana.
Sementara ayahanda Ema, Mahrudin Jatun mengaku bersyukur karena bisa mengantarkan anaknya untuk meraih cita-cita dengan berkuliah di UMP.
Selain bekerja sebagai tukang becak, dia juga memelihara kambing dan ikut melaksanakan program ketahanan pangan di tingkat RT, sehingga bisa untuk memenuhi kebutuhan keseharian.
"Kalau dari menarik becak, alhamdulillah dalam sehari bisa ada pemasukan berkisar Rp25 ribu hingga Rp30 ribu. Cuma kami hidup prihatin karena ingin anak saya sukses," jelasnya.
Baca juga: BPH UMP: Nikmati waktu pensiun untuk mengabdi dan beribadah
Kendati sering menghadapi kendala, dia tetap berdoa kepada Allah SWT agar anaknya bisa menyelesaikan kuliahnya.
"Yang namanya rezeki itu Allah yang mengatur. Alhamdulillah kalau mau bayar uang kuliah, ada kelonggaran, ada pemasukan lagi karena ada orang yang suruh (kerjakan) apa saja," tegasnya.
Rektor UMP Assoc Prof Dr Jebul Suroso mengatakan banyak keistimewaan dalam Wisuda Ke-70 Universitas Muhammadiyah Purwokerto, salah satunya sosok Ema yang sangat percaya diri dengan tidak memandang strata.
"Tetapi dia yang berlatar belakang orang tuanya tukang becak, mohon maaf bukan merendahkan pekerjaan, tetapi bisa berhasil menjadi seorang sarjana, dan UMP mengelola itu," katanya.
Selain itu, kata dia, Wisuda Ke-70 tersebut dihadiri oleh tiga pemerintah kabupaten, yakni dari Bangka, Belitung, dan Pangandaran.
Ia mengatakan niat UMP untuk membuka kelas afirmasi, yang pertama adalah mereka akan menguliahkan putra daerah di UMP dengan beasiswa dari daerah masing-masing.
"Berikutnya, kami akan membuka program studi di luar kampus utama. UMP nanti akan berada di Pangandaran, Bangka, juga di Belitung," jelasnya.
Menurut dia, Wisuda Ke-70 juga diikuti oleh seorang wisudawan yang merupakan seorang penyandang disabilitas dan berkuliah di Fakultas Hukum.
Ia memastikan UMP ramah terhadap difabel, sehingga beberapa hal diset sedemikian rupa meskipun belum 100 persen memberikan kemudahan.
"Contoh yang kuliah di Fakultas Hukum, kami tempatkan di lantai 6 dan di sana ada lift sehingga memudahkan mahasiswa dalam menuju dan meninggalkan ruang kuliah," kata Rektor.
Baca juga: FAI UMP gelar seminar nasional kaji pembelajaran PAI multidisiplin
Baca juga: Dua mahasiswa UMP raih beasiswa Erasmus Plus 2023