Magelang (ANTARA) - Sebanyak tiga buku bertema pandemi diluncurkan secara virtual oleh penerbit indi di Magelang, Jawa Tengah, Tribee, dalam rangka memperingati setahun pandemi COVID-19 di Indonesia.
Pimpinan Penerbit Tribee Magelang Wicahyanti Rejeki dalam keterangan tertulis di Magelang, Kamis malam, menyebut ketiga buku kumpulan tulisan itu, masing-masing berjudul "Menyentuh Batas", "Selurus Jalan Kembali", serta "Pupus dan Mupus".
Dalam peluncuran buku pada Rabu (10/3) malam tersebut, Tribee bekerja sama dengan Cakrawala Film, pimpinan Tri Setyo "Gepeng" Nugroho. Acara dalam durasi sekitar dua jam itu, antara lain ditandai dengan bicang wicara sejumlah penulis, penampilan musikalisasi puisi, musik, dan pembacaan puisi oleh Munir Syalala, Pieu Kamprettu, Yanuar Sastra, Wicayanti, Reno Ranuh, dan Danu Sang Bintang.
Selain itu, pembacaan kutipan cerpen karya beberapa penulis buku tersebut, seperti Supriyanto, Bryan Leon Karlos, Eri Ibad, Afrizal Hani Arifin, Furi Aulia Hanum, Gisela Amadea Prayumaswita, Lili Pratiwi, Nabila Sulcha, M. Zia Alby Wafaq, Hanna Qurrora Aini, dan Yulianita Lovelyna.
Baca juga: Guru di Temanggung ditargetkan menulis satu buku saat pandemi
Bincang wicara yang dipandu pegiat sosial budaya setempat, Danu Sang Bintang, melibatkan sejumlah penulis ketiga buku tersebut, yakni dr. IGB Reno Ranuh, Hari Atmoko, Wicahyanti Rejeki, Bryan Leon Karlos, dan Furi Aulia Hanum. Seorang penulis di kota setempat, Anissa Andrie, memberikan ulasan atas buku-buku tersebut.
"Mereka mengisahkan tentang proses menulis, pandangan, dan yang mereka rasakan, terutama saat awal-awal pandemi tahun lalu. Setahun pandemi telah membersamai langkah kita, memengaruhi laku kehidupan yang dijalani sehari-hari," ujar Wicah yang juga pegiat literasi di daerah itu.
Buku "Menyentuh Batas", berupa kumpulan cerpen ditulis 14 siswa SD, SMP, dan SMA di Kota dan Kabupaten Magelang, Buku "Selurus Jalan Kembali", kumpulan cerpen ditulis 10 guru berbagai sekolah di Kota dan Kabupaten Magelang, dan Buku "Pupus dan Mupus", kumpulan artikel 19 penulis dengan berbagai latar belakang pekerjaan dan profesi, berasal dari beberapa daerah di Indonesia dan penulis Indonesia yang tinggal di sejumlah negara, seperti Hong Kong, Jerman, dan Inggris.
Ia menjelaskan tidak semua penulis di buku-buku tersebut terbiasa menulis.
Baca juga: Kutu buku Kudus diajak manfaatkan perpustakaan digital
Namun, kata dia, mereka memiliki dorongan kuat untuk saling berbagi pengalaman kepada pembaca melalui tulisan masing-masing dalam kaitan dengan menghadapi pandemi.
Latar belakang penulis yang berbeda-beda, ucap dia, membuat karya mereka memiliki banyak sudut pandang terhadap pandemi.
Ia menjelaskan tentang alasan pihaknya mendorong mereka menuangkan pengalaman menghadapi pandemi dalam tulisan di buku-buku tersebut.
"Agar proses menulis kreatif tidak terhenti di masa pandemi dan menjadikan ketiga buku ini sebagai warisan dan dokumentasi atas peristiwa yang kita alami bersama saat ini," ucap dia.
Dokter Reno mengakui tidak terbiasa menulis namun biasa membaca banyak buku tentang kedokteran sesuai dengan profesinya, terutama sebagai spesialis bedah tulang (orthopedi).
"Saya berterima kasih sekali sudah diprovokatori untuk menulis. Lain waktu jika momennya tepat, 'why not?'," katanya.
Baca juga: Disperpusip Kota Magelang arahkan warga akses perpustakaan digital
Baca juga: Buku fiksi Kota Magelang "Pakuning Tanah Jawa" diluncurkan
Baca juga: Dinas Perpustakaan Kota Magelang gelar lomba sinopsis