Borobudur, Jateng, ANTARA JATENG - Lima pelukis berbasis di Yogyakarta menggelar pameran bersama bertajuk "Clik adalah Klik" di Limanjawi Art House, sekitar 600 meter timur Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, 17 Agustus-17 September 2017.
Pembukaan pameran oleh penikmat seni rupa dan pendiri Ehipassiko Foundation, Handaka Vijjananda di Borobudur, Kamis, juga ditandai dengan upacara HUT Ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia ala kalangan seniman kawasan Candi Borobudur.
Para pelukis yang berpameran dan tergabung dalam kelompok "Click" tersebut, adalah Dayat Repsol, asal Solo, Joni Antara (Yogyakarta), Norman "Hendy" Hendrasyah (Yogyakarta), Tjokorda Bagus Wiratmaja (Ubud, Bali), dan Tofan Muhammad Ali Siregar (Medan, Sumatera Utara).
Tjokorda menyebut sekitar 31 karya, terutama pada 2016-2017, dipamerkan kelompok tersebut. Berbagai karya itu, antara lain corak realis, surealis, ekspresionis, dan ekspresionis.
"Kami mencoba keluar dari Yogyakarta, untuk mengetahui bagaiman respons dunia seni rupa di sini. Banyak turis asing ke Borobudur sehingga ini kesempatan mengenalkan karya-karya kami kepada turis, dan tentunya kami memperluas jaringan," ujarnya.
Pada kesempatan itu, ia menjelaskan tentang makna tema pameran "Click adalah Klik" yang antara lain tentang tanda ataupun memanfaatkan sesuatu yang simpel menjadi lebih bermanfaat.
Klik, ucapnya, juga tidak lepas dari tanda untuk saling menjaga keberadaan anggota sebagai seniman.
Dayat menyebut biasanya pameran seni rupa untuk disajikan kepada kalangan penikmat seni.
"Dengan pameran di sini, maka tidak hanya dinikmati pecinta seni tetapi juga turis dan masyarakat umum, mengakses ke publik yang lebih luas," ujarnya.
Selain itu, ucapnya, pameran tersebut juga menunjukkan dedikasi para seniman sebagai perupa yang terus berkarya meskipun situasi pasar seni lukis saat ini sedang relatif sepi.
Pengelola Limanjawi Art House Borobudur Umar Chusaeni mengatakan pameran "Click adalah Klik" selama sebulan tersebut menjadi kesempatan yang baik untuk pihaknya memberikan informasi atau menyajikan perkembangan seni rupa Indonesia kepada masyarakat luas.
"Terlebih pameran di kawasan Candi Borobudur ini strategis karena candi warisan budaya dunia dengan kawasannya ini dikunjungi tidak hanya wisatawan dalam negeri tetapi juga luar negeri," katanya.
Handaka mengatakan karya lukis yang unggul dicipta dengan kompetensi ganda, yakni teknik tinggi dan makna yang mengena.
Keduanya, katanya, sejatinya suara nurani murni penikmat seni, mulai dari yang mengatakan diri sebagai akar maupun pakar, yang tidak boleh diabaikan oleh perupa.
"Jika dua kualitas ini terus dijunjung, niscaya membawa kepositifan bagi dunia seni murni, lebih `fair`, dan `nggenah` (jelas, red.)," ujarnya.
Beberapa karya yang mereka pamerkan, antara lain berjudul "Kampung Idaman" (Joni Antara), "Blank" (Tofan M. Ali Siregar), "The Challenger" (Tjokorda Bagus Wiratmaja, "Sweet Pelagic" (Norman Hendrasyah), dan "Mahalnya Aku" (Dayat Repsol).

