Ratusan Biku Baca Tripitaka di Candi Borobudur (VIDEO)
Magelang, ANTARA JATENG - Ratusan Biku dari Sangha Theravada Indonesia membaca kitab suci agama Buddha Tripitaka di Lapangan Lumbini kompleks Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, menyambut Hari Suci Asadha.
Ketua Sangha Theravada Indonesia, Biku Subha Pannyo Mahathera Sanghanayaka, di Magelang, Kamis, mengatakan Tripitaka merupakan sumber pembelajaran dhamma atau kebenaran bagi umat Buddha.
Ia mengatakan Tripitaka harus dibaca, dikaji, dan dipahami sebagai landasan praktik dalam kehidupan sehari-hari umat Buddha. Tipitaka inilah terdapat ajaran Buddha sebagai petunjuk jalan pembebasan dari penderitaan.
"Umat beragama apa pun, termasuk umat Buddha tentu kitab suci merupakan bagian terpenting dari kehidupan beragama yang menjadi tuntunan bagi kehidupan sehari-hari," katanya.
Ia mengatakan kegiatan ini dilakukan tiga bulan setelah Waisak yang dihubungkan dengan peringatan Hari Suci Asadha, yaitu salah satu dari empat hari besar agama Buddha.
Pembacaan Kitab Suci Tripitaka untuk ketiga kalinya ini didukung oleh Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi), Wanita Buddhis Theravada Indonesia (Wandani). dan Pemuda Buddhis Theravada Indonesia (Patria) yang tergabung dalam Keluarga Buddhis Theravada Indonesia (KBTI).
Ia menuturkan kegiatan ini dalam upaya KBTI melestarikan dhamma ajaran Buddha untuk perdamaian dan kebahagiaan dunia.
Ia mengatakan tema besar yang diusung dalam momentum ini adalah "Cinta Kasih Penjaga Kebhinekaan".
Ia mengatakan dengan dilangsungkannya pembacaan dan kajian Tripitaka ini umat Buddha Indonesia sebagai warga bangsa Indonesia mampu mengaplikasikan ajaran Buddha dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menebarka semangat cinta kasih dalam keberagaman dan bersatu padu membangun NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pembacaan Tripitaka yang berlangsung 6-8 Juni 2017 ini diikuti sekitar 750 orang terdiri atas para biku, samanera, atthasilani, dan upasaka-upasaki.
"Selain pembacaan Tripitaka dalam bahasa Pali juga diadakan pendalaman kajian Tipitaka yang dipandu oleh Biku Dhammadhiro Mahathera dan Bhikkhu Santacitto," katanya.
Ketua Sangha Theravada Indonesia, Biku Subha Pannyo Mahathera Sanghanayaka, di Magelang, Kamis, mengatakan Tripitaka merupakan sumber pembelajaran dhamma atau kebenaran bagi umat Buddha.
Ia mengatakan Tripitaka harus dibaca, dikaji, dan dipahami sebagai landasan praktik dalam kehidupan sehari-hari umat Buddha. Tipitaka inilah terdapat ajaran Buddha sebagai petunjuk jalan pembebasan dari penderitaan.
"Umat beragama apa pun, termasuk umat Buddha tentu kitab suci merupakan bagian terpenting dari kehidupan beragama yang menjadi tuntunan bagi kehidupan sehari-hari," katanya.
Ia mengatakan kegiatan ini dilakukan tiga bulan setelah Waisak yang dihubungkan dengan peringatan Hari Suci Asadha, yaitu salah satu dari empat hari besar agama Buddha.
Pembacaan Kitab Suci Tripitaka untuk ketiga kalinya ini didukung oleh Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi), Wanita Buddhis Theravada Indonesia (Wandani). dan Pemuda Buddhis Theravada Indonesia (Patria) yang tergabung dalam Keluarga Buddhis Theravada Indonesia (KBTI).
Ia menuturkan kegiatan ini dalam upaya KBTI melestarikan dhamma ajaran Buddha untuk perdamaian dan kebahagiaan dunia.
Ia mengatakan tema besar yang diusung dalam momentum ini adalah "Cinta Kasih Penjaga Kebhinekaan".
Ia mengatakan dengan dilangsungkannya pembacaan dan kajian Tripitaka ini umat Buddha Indonesia sebagai warga bangsa Indonesia mampu mengaplikasikan ajaran Buddha dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menebarka semangat cinta kasih dalam keberagaman dan bersatu padu membangun NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pembacaan Tripitaka yang berlangsung 6-8 Juni 2017 ini diikuti sekitar 750 orang terdiri atas para biku, samanera, atthasilani, dan upasaka-upasaki.
"Selain pembacaan Tripitaka dalam bahasa Pali juga diadakan pendalaman kajian Tipitaka yang dipandu oleh Biku Dhammadhiro Mahathera dan Bhikkhu Santacitto," katanya.