Iran Bertumpu pada Queiroz
Tim yang mewakili negara Asia ini merupakan tim paling sedikit kebobolan di babak kualifikasi dari empat negara Asia peserta Piala Dunia 2014, bahkan mencetak enam gol di tiga pertandingan terakhir babak kualifikasi.
Tim Tanah Persia ini menjadi amat disegani dalam sepak bola kawasan Asia, di antaranya karena mereka tiga kali lolos ke Piala Dunia (1978, 1998, 2006) serta menyandang tiga gelar juara Piala Asia pada 1968, 1972 dan 1976.
Iran selama ini hanya sampai tahap penyisihan grup, dianggap tidak setangguh Arab Saudi, Jepang dan Korea Selatan, tapi sejak Carlos Queiroz menangani tim Iran, grafik permainan mereka menanjak dan tidak terkalahkan di babak kualifikasi pertama saat menggilas Maladewa 4-0 dan 1-0.
Iran masuk dalam kualifikasi 2 Grup E Zona Asia bersama Bahrain, Qatar dan Indonesia. Salah satu kemenangan besar yang diraih Iran adalah saat mengalahkan Indonesia 3-0 di Teheran dan mempermalukan Indonesia 1-4 di Jakarta.
Hanya Qatar yang mampu mengimbangi keperkasaan lini depan Iran yang dikomandoi Ali Karimi dan Javad Mekounam, Qatar menahan Iran 1-1 di Doha dan 2-2 di Teheran. Sementara Bahrain bernasib sama dengan Indonesia, Iran berhasil menggulung Bahrain 6-0 di Teheran dan imbang 1-1 di Manaama.
Hasilnya mereka kokoh di puncak klasemen akhir kualifikasi 2 Grup E Zona Asia dengan nilai 12, hasil torehan dari enam kali bertanding, tiga kali menang, tiga kali imbang, tanpa sekali pun menderita kekalahan.
Tim asuhan Carlos Queiroz semakin tangkas di babak kualifikasi akhir Grup B Zona Asia tempat mereka memuncaki grup dengan 16 poin, unggul atas beberapa negara kuat di Asia Barat, seperti Uzbekistan, Qatar dan Lebanon dan satu negara Asia Timur, Korea Selatan.
Pada Piala Dunia 2014, Iran tergabung di Grup F bersama dengan Argentina, Nigeria, dan Bosnia Herzegovina dan Iran belum sekali pun pernah bertanding persahabatan dengan ketiga negara lain penghuni Grup F tersebut.
Javad Nekounam merupakan sosok sentral pengatur serangan di lini tengah, menggantikan Mahdi Mahdavikia yang kerap dilanda cedera.
Selain menjadi inspirasi dalam mengatur serangan, ia sebagai pimpinan dalam mengejawentahkan kreativitas permainan bersama mantan rekan setimnya Masoud Shojaei. Striker Reza Ghoochannejhad dan Ashkan Dejagah bermain sebagai penyerang sayap dan di lini tengah ada nama Andranik Teymourian.
Carlos Queiroz mulai menangani tim nasional Iran sejak babak kualifikasi 1 Piala Dunia Zona Asia, namun ia merasakan kesulitan pada beberapa laga terakhir yang dilalui Iran di kualifikasi 3 Grup B Zona Asia.
"Saya menyukai momen saat Reza Ghoochannejhad, salah satu gelandang tim nasional Iran mencetak satu-satunya gol kemenangan kami (dalam kemenangan tandang 1-0 atas Korea) melawan Republik Korea," kata Queiroz, mantan asisten Sir Alex Ferguson saat di Manchester United tersebut.
Kemenangan itu membawa Iran ke puncak grup dan meraih kualifikasi ke Piala Dunia. Queiroz mengatakan, kemenangan tersebut merupakan hal yang sulit karena ada begitu banyak pertandingan tandang, dan harus senantiasa aklimatisasi suhu dan kelembaban bervariasi secara besar-besaran.
Dari neraka ke surga
Queiroz mengatakan babak kualifikasi yang dilalui Iran bagaikan masuk ke neraka, tapi sekarang memulai perjalanannya melalui surga, karena mereka berhasil masuk putaran final Piala Dunia.
"Kami akan pergi ke sana untuk menikmati dan melakukan yang terbaik untuk membuat para fans Iran bangga sekaligus bahagia," kata Queiroz.
Queiroz mengatakan sebuah tim hanya dapat bermimpi masuk Piala Dunia tanpa ada pemainn kuat dan berkelas level internasional dalam tim itu.
"Kami tidak bisa melihat diri kami bermain di Piala Dunia tanpa kualitas dan pengalaman internasional. Selama dua tahun bekerja, saya sudah menemukan pemain Iran yang tersebar di seluruh Eropa dan membawa mereka ke markas latihan. Ketika saya pertama kali tiba kami hanya memiliki satu pemain bermain di luar negeri, tetapi sekarang kami punya enam atau tujuh," kata Queiroz.
Federasi Sepak Bola Iran membebani Queiroz dengan harapan dan tanggung jawab langsung lolos ke Piala Dunia, sekaligus harapan 78 juta orang penduduk Iran.
"Ketika para pemain memikul harapan dan impian dari seluruh bangsa, itu merupakan beban berat untuk dipikul. Tapi saat mimpi menjadi kenyataan, nantinya akan ada hasil yang akan kita petik," kata Queiroz.
Resep sukses Queiroz selama masa kualifikasi Piala Dunia menangani Iran yakni dia menerapkan strategi senior dia, Alex Ferguson. Queiroz merupakan mantan asisten Alex Ferguson di Manchester United.
"Saya belajar banyak hal yang signifikan dari Alex Ferguson. Salah satunya adalah tentang pengaruh kepemimpinan yang harus memilik makna lebih pada tingkat tertentu. Pelajaran pertama adalah percaya bahwa pemimpin menempatkan orang-orang yang dipercaya dalam tim, walau dalam situasi apa pun. Kita semua bekerja di bawah aura kepercayaan penuh. Rumus ini telah saya buktikan bersama Alex Ferguson dalam membangun kerajaan Manchester United," ujar Queiroz, pelatih Portugal pada 2008-10 itu.
Iran memang merupakan tim bayangan, memiliki kekuatan terpendam, kendati tim nomor satu Asia dan ke-37 peringkat FIFA ini baru satu kali melakoni laga persahabatan internasional melawan Guinea di Tehran saat mereka kalah 1-2.
Sebagai kontrasnya, juara Asia, Jepang, sudah berhadapan dengan finalis Piala Dunia Uruguay, Belanda, Belgia dan Ghana, dalam usaha memberikan pengalaman kepada para pemain mereka menjelang tampil di Brazil.
Tapi Queiroz mengatakan, "Kami anggap Piala Dunia sebagai proses pembelajaran dan kami pergi ke Brazil bukan sebagai turis. Tapi kami harus mendapatkan posisi penting dan akan lebih kuat setelah Piala Dunia. Kami akan mendapat pengalaman hebat."
Pelatih memang menjadi salah satu penentu dalam penampilan tim. Dalam otobiografinya yang diterbitkan Oktober, Alex Ferguson mengatakan,"Carlos Queiroz amat brilian. Amat brilian. Cerdas. Manusia berintelijen, menyenangkan."
Kini Iran akan saling adu kekuatan dalam penyisihan Grup F besama Argentina, Nigeria dan Bosnia dan Queiroz amat berperan dalam usaha mereka lolos dari penyisihan itu.