Solo (ANTARA) - Direktorat Reputasi, Kemitraan, dan Urusan Internasional (DRKUI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) memperkuat strategi internasionalisasi melalui koordinasi program lintas prodi di Gedung Induk Siti Walidah UMS di Solo, Jawa Tengah, Selasa.
Kegiatan Kopedinasi Program Internasionalisasi tersebut menjadi bagian dari upaya memperkuat strategi internasionalisasi UMS sekaligus meningkatkan reputasi global dan daya saing pemeringkatan internasional.
Kegiatan dibuka oleh Wakil Rektor V Bidang Riset, Inovasi, Reputasi, Dampak, Kemitraan, dan Urusan Internasional UMS Prof. Supriyono, S.T., M.T., Ph.D. Ia menegaskan internasionalisasi telah menjadi agenda strategis universitas sebagaimana tertuang dalam rencana strategis (renstra) UMS.
“Di dalam renstra universitas, internasionalisasi berkaitan erat dengan pemeringkatan, khususnya Quacquarelli Symonds (QS) World University Rankings. Di dalamnya mencakup program inbound-outbound, serta peningkatan jumlah mahasiswa asing,” ujarnya.
Supriyono menambahkan penguatan internasionalisasi, terutama terkait mobilitas mahasiswa dan dosen memerlukan dukungan aktif dari program studi. DRKUI akan memfasilitasi dan menyusun strategi, namun implementasinya membutuhkan kerja sama lintas unit akademik.
Ia juga menyoroti visibilitas UMS sebagai salah satu indikator penting dalam penilaian QS World University Rankings. Peran dosen dengan jejaring akademik global dinilai strategis untuk memperkuat reputasi universitas di tingkat internasional.
“Jika reputasi universitas meningkat, insyaallah peringkat QS UMS juga akan naik. Karena itu, penting bagi kita mengoptimalkan networking agar UMS semakin dilirik oleh ilmuwan dunia,” katanya.
Ia menambahkan, DRKUI akan melakukan roadshow ke seluruh fakultas guna mendorong optimalisasi program internasionalisasi.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Rektor UMS Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum. Ia mendorong dosen UMS untuk berani menempuh studi lanjut di luar negeri serta aktif membangun kolaborasi riset internasional.
“Kita perlu memprospek mahasiswa internasional untuk kuliah di UMS, sekaligus memperkuat international research network. Dosen harus berani berkolaborasi dengan kolega luar negeri untuk meningkatkan publikasi yang terindeks Scopus,” ujar Harun.
Pesannya, internasionalisasi memerlukan sinergi antarunit agar target dapat tercapai secara berkelanjutan.
Koordinasi program internasionalisasi ini menghadirkan dua pembicara dari DRKUI. Kasubdit Pengembangan Kemitraan Akademik dan Mobilitas DRKUI Hepy Adityarini, S.Pd., M.A., Ph.D., memaparkan Student Transfer and Exchange Program (STEP) 2026 sebagai skema strategis mobilitas mahasiswa asing ke UMS.
“STEP menjadi pintu masuk internasionalisasi di tingkat program studi. Melalui program ini, prodi didorong menyiapkan mata kuliah berbahasa Inggris sekaligus sistem akademik yang siap menerima mahasiswa asing,” ujar Hepy.
Hepy menambahkan STEP tidak hanya mendorong mobilitas inbound-outbound, melainkan juga membuka peluang kerja sama lanjutan dengan mitra luar negeri.
“Target kami bukan sekadar pertukaran mahasiswa, tetapi membangun kolaborasi berkelanjutan antaruniversitas,” imbuhnya.
Sementara itu, Deputi Pengembangan Reputasi Global DRKUI Dr. Agus Ulinuha, M.T., menekankan pentingnya peran sivitas akademika dalam meningkatkan reputasi global UMS sebagai bagian dari persiapan pemeringkatan QS World University Rankings.
“Reputasi universitas tidak bisa dibangun secara instan. Kontribusi dosen melalui jejaring akademik, publikasi, serta keterlibatan dalam komunitas ilmiah global menjadi faktor penentu,” papar Ulin.
Menurutnya, penguatan reputasi global harus menjadi kerja kolektif seluruh unit akademik.
Kegiatan ditutup dengan sesi tanya jawab yang diikuti perwakilan fakultas dan program studi. Diskusi ini menjadi ruang koordinasi awal untuk menyatukan langkah dalam memperkuat internasionalisasi UMS secara terstruktur dan berkelanjutan.

