Solo (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menunjukkan kiprahnya di level internasional melalui partisipasi dalam Bioeconomy Innovations and Investments Forum (BIIF) 2025 yang diselenggarakan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Bangkok, Thailand, 25-27 November 2025.
Forum internasional bergengsi ini menjadi wadah pertemuan inovator, akademisi, pemerintah, sektor swasta, hingga investor global untuk membahas solusi bioekonomi berkelanjutan, khususnya dalam pengurangan food loss and waste, penguatan circular economy, serta pembangunan sistem pangan berkelanjutan di kawasan Asia Pasifik.
Dalam kesempatan tersebut, dosen Program Studi Pendidikan Teknik Informatika (PTI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMS Hardika Dwi Hermawan, S.Pd., M.Sc.ITE., hadir sebagai perwakilan UMS bersama Kintan Nur Romadhona dari University of Queensland (UQ) dan Desi Putri Andini dari Monash University. Kolaborasi lintas negara ini memperkenalkan inovasi produk herbal Indonesia, Rhizolatte, ke panggung global.
“Rhizolatte merupakan produk herbal tea berbahan 100 persen natural ingredients yang bersumber dari petani lokal Indonesia. Selain mengedepankan kualitas bahan herbal alami, produk ini juga mengusung model pemberdayaan petani yang selaras dengan prinsip bioekonomi dan ketahanan pangan,” kata Hardika.
Inovasi ini, lanjutnya, telah memperoleh pendanaan dari Food & Beverage Australia’s Accelerator serta dukungan pengembangan dari UQ Ventures, sehingga memperkuat daya saingnya untuk menembus pasar internasional.
Tak hanya menghadirkan produk minuman herbal, tim juga memperkenalkan HerbsWise, sebuah aplikasi berbasis Virtual Reality (VR) yang dikembangkan bersama mahasiswa FKIP UMS. Aplikasi ini dirancang untuk mempermudah edukasi tanaman herbal secara imersif, mulai dari kandungan, manfaat, hingga karakteristik tanaman, sebagai bagian dari penguatan literasi sains di era bioekonomi modern.
“Bangga melihat Rhizolatte dan inovasi mahasiswa PTI UMS dapat hadir di forum dunia FAO–UN. Produk herbal dari petani lokal Indonesia akhirnya mendapat panggung global. Semoga langkah ini membuka jalan bagi kolaborasi dan dampak yang lebih besar,” katanya.
Dalam BIIF 2025, Rhizolatte juga memperoleh kesempatan eksklusif dari panitia untuk membuka booth secara gratis, sehingga dapat dipamerkan sejajar dengan berbagai inovasi global lainnya. Selain itu, tim kolaborasi UMS, UQ, dan Monash University mendapatkan kesempatan presentasi langsung di hadapan investor internasional. Presentasi tersebut menyoroti potensi Rhizolatte sebagai inovasi minuman herbal berkelanjutan dari Indonesia di tengah berkembangnya bioekonomi global.
Apresiasi datang dari peserta internasional, salah satu peserta asal Singapura menyampaikan ketertarikannya terhadap Rhizolatte.
“Rhizolatte sangat potensial. Kami berharap tim dapat berkunjung ke Singapura karena ada peluang pendanaan dan kerja sama yang bisa dikembangkan,” tambahnya.
Keikutsertaan UMS dalam FAO–UN BIIF 2025 ini, tambah Hardika, menegaskan komitmen universitas dalam mendorong inovasi berkelanjutan serta memperkuat jejaring internasional. Kolaborasi UMS bersama UQ dan Monash University menjadi contoh nyata bagaimana inovasi lokal Indonesia dapat tumbuh dan berkembang melalui sinergi global.
“Kami berharap partisipasi dalam forum FAO–UN ini dapat membuka peluang lebih luas bagi Rhizolatte untuk memasuki pasar internasional, memperkuat kapasitas petani lokal, serta berkontribusi aktif dalam agenda pembangunan berkelanjutan yang diusung Perserikatan Bangsa-Bangsa,” tandasnya.

