Kudus (ANTARA) - Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar meresmikan Markaz Turats Ulama Kudus yang berlokasi di Jalan Sunan Kudus, Jawa Tengah, sebagai pusat pelestarian karya-karya ulama terdahulu di Kabupaten Kudus agar dapat dikenali dan dipelajari generasi muda.
Peresmian markaz ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar, didampingi Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus MC. Fatchan.
Ketua Turats Ulama Kudus Nanal Ainal Fauz ditemui usai peresmian di Kudus, Selasa mengatakan peresmian Markaz Turats Ulama Kudus menjadi momentum penting dalam upaya pelestarian, pengkajian, dan pengembangan khazanah keilmuan ulama Nusantara, khususnya ulama Kudus.
"Turats Ulama Kudus ini merupakan ikhtiar khidmah untuk melestarikan karya-karya turats peninggalan para ulama leluhur kita, terutama ulama Kudus, agar tidak punah dimakan zaman," ujarnya.
Ia menjelaskan Markaz Turats Ulama Kudus berfungsi sebagai pusat dokumentasi, riset, dan pengkajian warisan intelektual ulama, baik berupa manuskrip, kitab kuning, maupun karya-karya keilmuan lain yang menjadi fondasi tradisi Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
"Keberadaan markaz ini diharapkan menjadi rujukan akademik bagi santri, peneliti, dan masyarakat luas," ujarnya.
Saat ini, kata dia, Turats Ulama Kudus berhasil mengumpulkan sekitar 100 kitab karya ulama Kudus, baik dalam bentuk manuskrip asli maupun cetakan lama. Salah satu program utama yang dijalankan, yakni digitalisasi manuskrip, termasuk naskah tertua yang berusia hampir tiga abad, diperkirakan ditulis sekitar tahun 1.750 Masehi.
Manuskrip tersebut merupakan karya ulama bernama Kodi Syahabuddin di Semarang, yang disalin oleh ulama Kudus dari kawasan Damaran, dekat Menara Kudus, bernama Abu Raden Muhammad, yang saat itu menjabat sebagai kodi atau hakim Kudus.
Selain karya di bidang fikih dan ushul fikih, Turats Ulama Kudus juga menyimpan berbagai kitab maulid karya ulama Kudus. Di antaranya Fathul Aliyil Garim karya Syeikh Abdul Hamid Kudus, seorang ulama asal Kudus yang kemudian menjadi pengajar di Masjidil Haram. Kitab tersebut hingga kini masih dibaca rutin setiap malam 17 Hijriah di kawasan Menara Kudus.
Selain itu, terdapat pula kitab maulid karya KH Ahmad Ratin Ahmad Kamal Hambali, pendiri NU asal Kudus, serta terjemahan dan syarah Maulid Al-Barzanji berbahasa Jawa karya KH Subhan Dili Tempasan.
Nanal menegaskan kehadiran Rais Aam PBNU dalam peresmian ini menjadi bentuk dukungan penuh PBNU terhadap upaya pelestarian turats ulama Nusantara.
"Markaz ini diharapkan menjadi simpul penguatan tradisi keilmuan pesantren yang berakar pada sanad keilmuan yang otoritatif, sekaligus menjawab tantangan zaman dengan Islam yang moderat dan berkarakter," ujarnya.
Dengan berdirinya Markaz Turats Ulama Kudus, nilai-nilai keilmuan, spiritualitas, serta keteladanan para ulama diharapkan dapat terus diwariskan dan diajarkan kepada generasi mendatang.
Baca juga: Kelompok tani Kudus terima bantuan alsintan dari Kementerian Pertanian

