"Teripang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Namun, sayangnya belum banyak masyarakat Indonesia yang mengenal biota laut ini," kata pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip itu di Semarang, Jumat.
Permintaan teripang, kata dia, selama ini justru didominasi masyarakat di luar negeri dengan banyaknya permintaan ekspor teripang yang semakin lama mengakibatkan populasi biota laut tersebut kian menipis.
Menurut dia, dahulu sangat mudah menemukan teripang di sepanjang pantai Karimunjawa. Akan tetapi, sekarang ini sudah sangat sulit ditemukan di kepulauan itu, apalagi di pesisir Semarang yang banyak polusi.
Atas keprihatinan semakin menipisnya populasi teripang, Ketua Tim Penjaminan Mutu Fakultas FPIK Undip itu mengajak masyarakat nelayan Karimunjawa menangkarkan teripang untuk mengembalikan populasinya.
Meski tidak banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui potensi teripang, Delianis mengakui kenyataannya eksploitasi teripang untuk diekspor dan memenuhi permintaan pasar luar negeri selama ini sangat besar.
"Dengan kata lain, pemanfaatan teripang lebih banyak dinikmati masyarakat luar negeri dibandingkan bangsa sendiri, seperti di Singapura dan Malaysia. Sebab, harga komoditas teripang memang menggiurkan," katanya.
Dahulunya, kata dia, teripang hanya dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi, tetapi belakangan ini teripang banyak dimanfaatkan untuk banyak bidang, terutama dalam hal perawatan dan pemeliharaan kesehatan.

