Cilacap (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terus memantau dampak musim kemarau di wilayahnya, terutama di daerah rawan kekeringan dan krisis air bersih.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cilacap Budi Setyawan di Cilacap, Senin, mengatakan seluruh wilayah Cilacap telah memasuki musim kemarau berdasarkan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
“Bahkan, pekan lalu kami telah menerima surat permohonan penyaluran bantuan air bersih dari Pemerintah Desa Bojong, Kecamatan Kawunganten,” katanya.
Ia mengatakan, selain Desa Bojong, pihaknya juga mendapat laporan bahwa Desa Karangkemiri, Kecamatan Jeruklegi, mulai terdampak kemarau, meski belum secara resmi mengajukan permohonan bantuan.
Oleh karena itu, BPBD Cilacap berencana menyalurkan bantuan air bersih ke wilayah terdampak setelah dilakukan survei lapangan guna memastikan titik distribusi yang tepat.
“Namun dalam beberapa hari terakhir, hujan kembali turun di sejumlah wilayah Cilacap. Dengan demikian, rencana penyaluran bantuan air bersih belum kami laksanakan pekan ini karena masih menunggu perkembangan lebih lanjut,” kata Budi.
Sementara itu, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan berdasarkan hasil pengamatan curah hujan hingga 28 Juli 2025, seluruh wilayah Cilacap secara klimatologis telah memasuki musim kemarau.
“Akumulasi curah hujan dari 1 hingga 28 Juli 2025 tercatat antara 4-107 milimeter atau kurang dari 150 milimeter per bulan. Curah hujan tertinggi terjadi di Jeruklegi (107 milimeter), sedangkan yang terendah di Gandrungmangu (4 milimeter),” katanya.
Ia mengatakan tiga hari terakhir hujan ringan hingga sedang masih terjadi di sejumlah wilayah Cilacap, terutama kawasan pesisir seperti Kroya, Cilacap Kota, Jeruklegi, Maos, Kampung Laut, dan Sidareja.
Menurut dia, fenomena tersebut disebabkan oleh gangguan cuaca Rossby Ekuator yang saat ini aktif di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Selain itu, dipengaruhi oleh suhu permukaan laut (Sea surface Temperature/SST) yang hangat di sekitar perairan Jawa Tengah, serta kelembapan udara yang relatif tinggi secara lokal.
“Berdasarkan evaluasi data hujan yang ada sampai akhir Juli, sifat curah hujan di wilayah Cilacap bisa dikatakan antara normal hingga atas normal, mengingat untuk beberapa hari di akhir bulan Juli masih berpotensi terjadi hujan,” katanya.
Bahkan dalam dua hari ke depan, kata dia, potensi hujan ringan hingga sedang diprakirakan masih akan terjadi di sejumlah wilayah Cilacap pada malam hingga pagi hari dengan suhu udara berada di kisaran 22–30 derajat Celcius, kelembapan 68–91 persen, dan angin bertiup dari tenggara dengan kecepatan 5–25 kilometer per jam.
Dalam perkembangannya, lanjut dia, suhu udara minimum di wilayah Cilacap masih di kisaran 22 derajat Celcius atau masih dalam kisaran normal.
“Sedangkan prediksi curah hujan memasuki bulan Agustus diprakirakan curah hujan antara 50-100 milimeter per bulan dengan sifat hujan atas normal,” kata Teguh.
Baca juga: BPBD: Sejumlah wilayah Cilacap mulai terdampak kekeringan

